Oktober 18, 2024

"Membangun Define yang Berorientasi pada Kebutuhan Pengguna di Design Thinking"

 Oleh : 

Juwita Erviani ( 43123010232 )

Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Progam Studi Manajemen. Universitas Mercu Buana

Abstrak

Dalam proses Design Thinking, tahap “Define” merupakan langkah krusial yang berfungsi untuk mengidentifikasi masalah nyata yang dihadapi pengguna. Proses ini menuntut pemahaman mendalam tentang kebutuhan pengguna agar solusi yang dirancang benar-benar relevan dan efektif. Artikel ini membahas pentingnya membangun tahap Define yang berorientasi pada kebutuhan pengguna dengan memanfaatkan metode dan pendekatan berbasis empati. Diharapkan artikel ini dapat memberikan panduan bagi para desainer dan inovator dalam menciptakan solusi yang lebih berpusat pada pengguna.

Kata Kunci

Design Thinking, Define, Kebutuhan Pengguna, Empati, Inovasi, Problem Solving

Pendahuluan

Design Thinking adalah sebuah metodologi untuk memahami dan memecahkan masalah dengan pendekatan yang berpusat pada manusia (human-centered approach). Metode ini terdiri dari lima tahap utama: Empathize, Define, Ideate, Prototype, dan Test. Dari kelima tahap tersebut, tahap “Define” memainkan peran sentral dalam menyaring wawasan yang diperoleh dari tahap Empathize agar dapat dirumuskan menjadi masalah yang jelas dan terarah.

Pada tahap Define, tim desainer ditantang untuk mengartikulasikan masalah pengguna yang sebenarnya. Definisi masalah ini harus dibuat dengan cermat agar solusi yang dirancang tidak hanya menyelesaikan masalah permukaan, tetapi juga kebutuhan mendasar yang dirasakan oleh pengguna. Proses ini sering kali menuntut kolaborasi intens antara desainer, pengguna, dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan demikian, penting untuk memastikan bahwa tahap Define benar-benar berorientasi pada kebutuhan pengguna.

Permasalahan

Sering kali dalam proses pengembangan produk atau solusi, definisi masalah tidak sepenuhnya didasarkan pada perspektif pengguna, melainkan pada asumsi internal tim atau tujuan perusahaan. Hal ini dapat mengakibatkan solusi yang kurang relevan dengan kebutuhan nyata pengguna. Beberapa masalah yang sering terjadi dalam tahap Define antara lain:

  1. Asumsi Berlebihan: Desainer atau tim inovasi sering kali membuat asumsi mengenai kebutuhan pengguna tanpa validasi yang memadai.
  2. Kurangnya Empati: Tanpa pemahaman empati yang mendalam, masalah yang dirumuskan mungkin hanya bersifat permukaan dan tidak menyentuh inti permasalahan pengguna.
  3. Definisi yang Tidak Jelas: Ketika masalah tidak didefinisikan dengan jelas, proses ideasi dan solusi yang dihasilkan bisa jadi tidak fokus dan sulit diukur efektivitasnya.
  4. Tidak Melibatkan Pengguna: Kurangnya keterlibatan pengguna dalam proses Define membuat hasil yang dirumuskan tidak mewakili kebutuhan atau aspirasi mereka yang sebenarnya.

Pembahasan

1. Memahami Kebutuhan Pengguna

Proses Define yang berorientasi pada pengguna harus dimulai dengan memahami kebutuhan, keinginan, dan hambatan yang dihadapi oleh mereka. Tahap Empathize dalam Design Thinking menyediakan informasi penting melalui observasi, wawancara, dan penelitian lapangan. Namun, data yang diperoleh harus diolah dan disusun menjadi gambaran utuh tentang kebutuhan pengguna yang sebenarnya, bukan sekadar menyajikan fakta.

2. Mengembangkan User Persona

Salah satu cara efektif untuk membantu mendefinisikan masalah pengguna adalah dengan membuat user persona. Persona ini merupakan representasi fiktif dari tipe pengguna utama yang dihadapi, berdasarkan data nyata dari penelitian pengguna. Dengan mengembangkan persona, tim dapat lebih mudah melihat masalah dari sudut pandang pengguna, sehingga membantu menghindari asumsi yang tidak akurat.

3. Menggunakan Point of View (PoV) Statements

Dalam tahap Define, tim sering menggunakan pernyataan Point of View (PoV) untuk mengidentifikasi masalah utama pengguna. PoV membantu menyusun masalah dalam format yang spesifik, manusiawi, dan actionable. PoV biasanya terdiri dari tiga elemen: pengguna (user), kebutuhan (need), dan wawasan (insight). Contohnya, “Seorang pelajar (user) membutuhkan cara yang lebih efektif untuk belajar (need) karena dia sering kewalahan dengan banyaknya materi pelajaran (insight).”

4. Kolaborasi dalam Menyusun Define

Proses Define sebaiknya melibatkan kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk desainer, pengguna, dan pemangku kepentingan lainnya. Diskusi dan pertukaran ide dapat memperkaya pemahaman masalah serta menghasilkan definisi yang lebih akurat dan holistik.

5. Validasi Definisi Masalah

Setelah merumuskan masalah, penting untuk memvalidasi kembali dengan pengguna untuk memastikan bahwa masalah yang diidentifikasi benar-benar relevan dan signifikan bagi mereka. Validasi dapat dilakukan dengan cara mengajak pengguna berdiskusi mengenai hasil Define dan meminta umpan balik.

Kesimpulan

Tahap Define dalam Design Thinking memainkan peran penting dalam menentukan arah solusi yang akan dikembangkan. Agar Define benar-benar efektif, prosesnya harus berorientasi pada kebutuhan pengguna dengan menggunakan pendekatan empati, melibatkan pengguna dalam prosesnya, dan menghindari asumsi yang tidak valid. Melalui kolaborasi dan validasi yang tepat, masalah yang dirumuskan dapat menjadi pijakan yang kuat untuk menghasilkan solusi inovatif yang relevan dan bermanfaat bagi pengguna.

Saran

Untuk memastikan bahwa tahap Define dalam proses Design Thinking selalu berorientasi pada pengguna, disarankan untuk:

  1. Mengintegrasikan sesi validasi pengguna secara berkala di setiap tahap proses.
  2. Memperbanyak penggunaan metode empati seperti observasi langsung atau wawancara mendalam.
  3. Melibatkan tim lintas disiplin dalam merumuskan masalah agar perspektif yang dihasilkan lebih beragam.
  4. Terus memperbarui user persona berdasarkan data baru yang diperoleh dari pengguna untuk menjaga relevansi definisi masalah.

Daftar Pustaka

Brown, T. (2009). Change by Design: How Design Thinking Transforms Organizations and Inspires Innovation. Harper Business.

Curedale, R. (2013). Design Thinking: Process and Methods Manual. Design Community College Inc.

Kolko, J. (2015). Design Thinking Comes of Age. Harvard Business Review, 93(9), 66-71.

Liedtka, J., & Ogilvie, T. (2011). Designing for Growth: A Design Thinking Tool Kit for Managers. Columbia University Press.

Plattner, H., Meinel, C., & Leifer, L. (2011). Design Thinking: Understand–Improve–Apply. Springer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar