ABSTRAK
Kewirausahaan
berperan strategis dalam mengurangi kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. Masalah-masalah
yang terdapat pada perusahaan merupakan bagian dalam ekosistem kewirausahaan,
yakni sebuah pendekatan teoritis untuk pengembangan kewirausahaan. Ekosistem
kewirausahaan tersusun dari budaya, kebijakan, keuangan, sumber daya manusia,
pasar, kelembagaan dan infrastruktur yang harus terkait dan terkordinasi baik
formal mapun informal. Ekosistem kewirausahaan di Indonesia perlu dikembangkan
menjadi sebuah ekosistem yang saling mendukung di antara para aktor dan faktor
di dalamnya guna memberikan pengaruh positif bagi perusahaan. Penelitian
mengenai ekosistem kewirausahaan di Indonesia perlu ditingkatkan dan
dikembangkan supaya dapat memberikan konsepsi gambaran ekosistem kewirausahaan
yang cocok dengan karakter kewirausahan di Indonesia.
Kata Kunci: Ekosistem,
Kewirausahaan, Perusahaan, Pengembangan
PENDAHULUAN
Jumlah
wirausaha di Indonesia saat ini hanya sekitar 3,4%. Angka tersebut masih jauh di
bawah negara Singapurayang sudah mencapai sekitar 8% dan Jepang yang sudah
lebih dari 11%. Data ini diungkapkan oleh Eka Sri Dana Afriza, selaku Ketua Tim
Program Penguatan Ekosistem Kewirausahaan Perguruan Tinggi Penyelenggara
Pendidikan Vokasi (PTPPV) dari Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi
Kemendikbudristek pada hasil riset yang diselenggarakan oleh Direktorat
Kemitraan dan Penyelerasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Hakim, 2021).
Pertumbuhan
jumlah wirausaha di Indonesia belum signifikan dikarenakan ekosistem kemitraan yang
terjalin antara dunia usaha dan dunia industri dengan sekolah dan perguruan
tinggi masih sangat minim, sehingga kemampuan berwirausaha pada anak didik
belum mencapai angka yang ditargetkan. Padahal, kebutuhan akan minat dan peluang
para siswa dan mahasiswa untuk membangun
usaha sendiri saat ini justru mengalami peningkatan. Hal ini karena
didukung oleh kurikulum yang penuh dengan muatan nilai-nilai kewirausahaan,
seperti kemampuan mengorganisasi sumberdaya, mampu menciptakan nilai, memiliki
kemandirian, adaptasi sosial, kreasi inovasi yang orisinil, orientasi pada
hasil, berfikir kedepan, dan bertanggung jawab (Saputra, 2011; Wiratno, 2012).
Ekosistem
mulai dikaitkan dengan dunia bisnis dengan lahirnya ekosistem kewirausahaan
yang menyatakan bahwa bisnis bukan lahir dari ruang kosong dan dalam bisnis ada
hubungan interaksi yang terjadi antar para aktor yang berkepentingan untuk
pertumbuhan perusahaan (Moore, 1993 dalam Purbasari 2019). Pada kesempatan itu
Isenberg menyatakan bahwa struktur dalam ekosistem kewirausahan mencakup 6
(enam) pilar yang menjadi pembentuknya, yakni (i) kondusivitas budaya (adanya
toleransi pada resiko dan kegagalan, pandangan positif dalam kewirausahaan);
(ii) kepemimpinan dan pembuatan kebijakan yang mendukung seperti insentif,
aturan/regulasi, kebijakan dan kepemimpinan yang mendukung (insentif regulasi,
dukungan lembaga publik); (iii) Adanya pembiayaan yang memadai (kredit mikro,
permodalan ventura, dsb); (iv) Human capital / sumber daya manusia (SDM)
(Lembaga pendidikan dan pelatihan, ketrampilan SDM); (v) Ketersediaan pasar dan
kemampuannya menyerap produk; dan (vi) Dukungan Lembaga lain serta
infrastruktur (Bidang hukum, legal, akuntansi, komputerisasi dan IT serta
kelompok kewirausahaan).
PERMASALAHAN
Entreprenuerial Ecosystem atau Ekosistem Kewirausahaan diperkenalkan pertama
oleh Daniel Isenberg (2010) melalui tulisannya How to start an Entreprenuerial
ecosystem dan kemudian dilengkapi melalui tulisannya di Institute of
International European Affair pada tahun 2011 yang menyatakan bahwa secara
umum, ekosistem kewirausahaan terdiri dari kemudahan akses pasar, adanya tenaga
kerja, akses permodalan, system pendukung (seperti mentor, konsultan dan
incubator), kebijakan dan peraturan, infrastruktur, sistem pendidikan dan
pelatihan, dukungan dari Lembaga pendidikan tinggi dan juga dukungan
sosial-budaya. Dari penjelasan di atas, bagaimanakah pengaruh ekosistem
kewirausahaan untuk kemajuan suatu perusahaan?
PEMBAHASAN
Ekosistem
wirausaha adalah konsep yang relatif baru, yang memiliki beberapa definisi dan
belum adanya definisi bersama. Konsep ekosistem kewirausahaan menekankan
bagaimana kewirausahaan dimungkinkan tercipta oleh serangkaian sumber daya dan faktor
yang secara komprehensif memiliki peran penting untuk dimainkan dalam seluruh
tindakan kewirausahaan. Dalam ekosistem kewirausahaan disadari bahwa sebagian
besar seringkali tampaknya bersifat lokal di mana sebuah ekosistem akan berbeda
dari daerah satu ke daerah lain, ekosistem kewirausahaan seringkali terikat
dengan kontak sosial atau mobilitas lokal di sebuah daerah yang belum tentu
dimiliki daerah lain (Stam 2014).
Dalam
berbagai pandangan para ahli tentang ekosistem kewirausahaan, terdapat dimensi
yang melekat pada ekosistem untuk mendukung kewirausahaan. Dimensi ini kemudian
menjadi penentu kompleksitas sebuah ekosistem kewirausahaan yang berhubungan
dengan jumlah aktor dan faktor yang terkait. Dimensi yang ada dalam ekosistem
dikelompokkan menjadi 4 (empat) kategori yakni sosial, politik, ekonomi dan
juga budaya (Isololipu, 2018). Ekosistem kewirausahaan menurut Isenberg (2011)
terdiri dari 6 (enam) dimensi yang di dalam 6 (enam) dimensi tersebut masih
memiliki banyak elemen. Isenberg (2011) membagi ekosistem kewirausahaan menjadi
budaya, kebijakan, keuangan, human capital, pasar dan dukungan kelembagaan dan
infrastruktur. Seluruh dimensi di atas kemudian melakukan interaksi yang saling
mempengaruhi dan menghasilkan antar satu sama lain (Spigel, 2015).
Membangun
ekosistem kewirausahaan di Indonesia perlu memperhatikan budaya kewirausahaan
yang masih dalam tahap sangat dini dan belum matang (Kurniawan, 2015). Di
Indonesia diyakini bahwa pola pikir pengusaha masih lebih terfokus pada
keuntungan yang instan dibandingkan pada pembangunan usaha yang berkelanjutan
(Kurniawan, 2015). Membangun usaha yang berkelanjutan memiliki konsekuensi
waktu yang panjang dan melelahkan, karena memerlukan pembangunan manusia,
jejaring dan sumberdaya lainnya (Kurniawan, 2015). Peran pemerintah,
wirausahawan, dan pihak bank sangat diperlukan untuk membangun ekosistem
kewirausahaan yang dapat berjalan lancar. Penelitian lebih lanjut harus
dilakukan memberikan konsepsi gambaran ekosistem kewirausahaan yang cocok
dengan karakter kewirausahan di Indonesia.
KESIMPULAN
Penulisan
artikel ini bertujuan untuk menyajikan tinjauan serta sintesis literatur yang
tersedia mengenai ekosistem kewirausahaan bagi perusahaan yang menitikberatkan
pada komponen-komponen di dalamnya yakni kebijakan, infrastruktur, sumber daya manusia, keuangan, pasar,
dan sosial dan seluruh aktor-aktor yang terlibat dalam ekosistem kewirausahaan.
Konsep
ekosistem kewirausahaan menjadi aspek penting untuk perusahaan karena diyakini
mampu menjadi sebuah ekosistem sehat yang menjadi tempat lahir dan tumbuhnya
usaha yang berkelanjutan. Ekosistem kewirausahaan perlu dikembangkan menjadi
sebuah ekosistem yang terkait dan saling mendukung di antara para aktor di
dalamnya guna memberikan rangsangan dan pengaruh positif bagi perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, A. R. (2021,
Agustus 14). Kemendikbudristek Bentuk Program Penguatan Ekosistem
Kewirausahaan. Liputan6.com. Diakses dari https://www.liputan6.com/bisnis/read/4623705/kemendikbudristek-bentuk-program-penguatan-ekosistem-kewirausahaan
Isenberg, Daniel.
(2011). The Entrpreunership Ecosystems Strategy as a New Paradigm of Economics
Policy: Principle for Cultivating Entreprenuership. Babson Global.
Nur Wanita Kurniawan. (2015).
Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Palu. Jurnal Penelitian Ilmiah
LP2M IAIN Palu. Vol 3.
Saputra, Y. N. (2011).
Pengembangan Kurikulum Kewirausahaan di Sekolah Menegah Pertama. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, 17(5), 599-607.
Stam & Spiegel.
(2016), Entreprenuerial Ecosystems. Discussion Paper Series Utrecht School of
Economics. Tjalling Koopmans Research Institute.
Wiratno, S. (2012).
Pelaksanaan Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan,18(4), 453-466.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar