Pengaruh Product Development Dan Promotion Mix Terhadap
Peningkatan Penjualan Yang Berdampak Pada Keunggulan Bersaing Oleh Putri Auliya (@S18-PUTRI)
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Strategi dlam pemasaran merupakan aset yang
penting dimiliki oleh suatu perusahaan, karena strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki yaitu mencapai tingkat penjualan yang maksimal
dan memperoleh laba sebanyak-banyaknya. Persaingan yang semakin ketat menuntut
organisasi-organisasi untuk memiliki keunggulan kompetitif atau keunggulan
bersaing. Menurut Nurcahyati dan Imam Gozali (2010), “Keunggulan kompetitif
tercapai ketika organisasi dapat menciptakan nilai melalui produk atau jasa
yang diberikan pada pelanggan. Akan tetapi, perusahaan perlu menciptakan biaya
produksi yang lebih rendah daripada harga jual yang ditawarkan pada pelanggan”.
Berdasarkan teori tersebut, organisasi bisa menciptakan keunggulan kompetitif
ketika organisasi tersebut bisa memberikan nilai yang terbaik kepada pelanggan
dan biaya yang dikeluarkan untuk menciptakan nilai tersebut dibuat lebih
rendah. Fungsi pemilihan desain produk maupun product development yang
dikehendaki oleh pelanggan dapat mendorong perusahaan melakukan inovasi
penawaran yang berbasis persaingan kompetitif guna memenangkan segmen pasar
tersentu dan dapat memaksimalkan persaingan tersebut untuk memenangkan
keunggulannya. Produk yang memiliki nilai kegunaan dan estetika yang tepat,
maka konsumen dapat melakukan proses pembelian. Dengan semakin banyaknya
pelanggan yang memiliki akseptasi yang tinggi terhadap produk yang dibelinya
maka akan mendatangkan benefit bagi perusahaan. Industri baja lapis seng di
indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini memiliki tingkat persaingan yang
cukup ketat. Banyak pelaku industri yang tidak mampu bersaing baik dari aspek
kualitas, harga, desagn produk, inovasi dan ketahanan produk maupun aspek.
Sebagai salah satu produsen baja baja lapis seng perusahaan baik yang khusus
membuat baja galvanis dimana galvanis ini dijual kepada perusahaan-perusahaan
maupun kelompok usaha menengah untuk membuat berbagai produk seperti genteng
metal, bahan atap baja ringan, rangka atap baja, kaleng, drum dan lain-lain.
Dalam konsep produk, perusahaan menerapkan konsep product development dengan
kelas coating AZ 150 yang diproses dengan tehnologi tinggi dengan komposisi
yang akurat sehingga memberikan perlindungan tahan korosi. Keberadaan bisnis
baja celup galvanis di Indonesia terus semakin berkembang pesat dimana produk
yang dihasilkan semakin dibutuhkan oleh masyarakat terutama dalam menunjang
kebutuhan sektor baja pembangunan infrastruktur dan perumahan. Mengingat
product development yang diperlukan adalah kualitas yang berstandar maka sebuah
produk masuk pada grade atau kualitas tertantu itulah yang menjadi ragam
pilihan masyarakat. Konsumen menggunakan produk baja galvanis sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan pembelian produk-produk atau tidak, kapan
sebaiknya pembelian dilakukan serta berapa besar kebutuhan akan produk yang
dibeli sesuai dengan kemampuan daya beli konsumen. Perusahaan harus tepat dalam
penentuan dan penetapan alat promotion Mix yang mampu memnerikan informasi yang
tepat pada konsumennya Suatu produk mengharuskan memiliki inovasi yang lebih
lengkap dibandingkan dengan industri pesaing, karena dengan persaingan diantara
kompetitor yang semakin kompleks, menetapkan elemen bauran promosi akan
mempengaruhi hasil penjualan perusahaan. Persaingan dalam sebuah bisnis sudah
pasti dapat membuat industri dan pasar lebih atraktif, tingginya intensitas
rivalitas ditandai dengan penerapan strategi pemasaran yang seperti apa yang
mampu merebut hati pelanggan menjadikan nilai tersendiri bagi perusahaan.
Peoduk persaing yang akan masuk pada pasar serupa atau segmentasi yang sama
maka mereka juga harus memiliki keunggulan bersaingnya. Industri baja Indonesia
masih menyimpan harapan bersaing di pasar Asia Tenggara. Ada dua keunggulan
dari industri baja nasional jika dibandingkan dengan industri baja dari negara
Asia Tenggara lain. Pertama, struktur industri baja Indonesia yang sudah
terintegrasi dari hulu sampai hilir. Kedua, produksi baja Indonesia memiliki
peluang terbesar di Asia Tenggara. "Konsumsi baja di Asia terbesar di
dunia, dimana tahun 2015 sebesar 955 juta ton, 2016 sebanyak 993 juta
ton,". Kendati demikian, ada tantangan para pelaku industri untuk
mengembangkan pasar komoditas baja. Salah satunya, dengan meningkatkan Sumber
Daya Manusia (SDM). Agipora (2009 dalam Pradana 2010) menjelaskan bahwa suatu
produk telah menjadi perhatian serius dari manajemen terkait pengembangan
produk baru karena sasaran yang dituju mulai mempersoalkan varian yang kurang
menarik. Perkembangan perekonomian sekarang ini terjadi terutama disektor
persaingan industri baja galvanis disektor pasar global, mengharuskan para
pelaku usaha harus pandai dalam mengoptimalkan setiap peluang yang ada guna
meraih hasil yang optimal.. Semakin desainnya menarik semakin berpengaruh pula
pada Promotion Mix penjualan, begitupula dengan penjualan. suatu keputusan
konsumen yang dipengaruhi oleh keuangan, teknologi, politik, budaya, produk,
Promotion Mix, lokasi, promosi, physical evidence, people, process, sehingga
membentuk suatu sikap pada konsumen untuk mengolah segala informasi dan
mengambil kesimpulan berupa response yang muncul produk apa yang akan dibeli,
Buchari Alma (2011). Dengan demikian, di dalam product development dan
kemampuan perusahaan dalam berinovasi atau memiliki rancangan varian produk
yang terbarukan jika dilihat dari penjualan dalam bentuk yang sama tetapi dalam
sistem yang berbeda maka akan menghasilkan penjualan yang berbeda juga.
Mengingat bahwa product development dan Promotion Mix merupakan salah satu
faktor yang juga penting dalam meningkatkan penjualan yang memiliki daya saing
dan keunggulan yang kompetitif, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih dalam dengan judul ”Pengaruh product development dan promotion
mix terhadap peningkatan penjualan dan dampaknya pada keunggulan kompetitif
pada industri baja lapis seng di Indonesia”.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Product Development
Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2017) “product development
adalah strategi untuk pertumbuhan perusahaan dengan menawarkan produk baru atau
yang dimodifikasi ke segmen pasar yang sekarang. Mengembangkan konsep produk
menjadi produk fisik untuk meyakinkan bahwa gagasan produk dapat diubah menjadi
produk yang dapat diwujudkan”. Sedangkan menurut Menurut Henry Simamora (2015),
“pengembangan produk adalah proses pencarian gagasan untuk barang dan jasa baru
dan mengkonversikannya kedalam tambahan lini produk yang berhasil secara
komersial”. Pencarian produk baru didasarkan pada asumsi bahwa para pelanggan
menginginkan unsur-unsur baru dan pengenaan produk baru akan membantu mencapai
tujuan perusahaan.
B.
Promotion Mix
Perusahaan harus dapat memberikan daya tarik tersendiri didalam
memperkenalkan atau menawarkan produk atau jasa yang dihasilkan. Dalam kegiatan
bauran promosi atau (promotion mix) pelaksanaan setiap point-poin yang ada
didalamnya harus lebih diperhatikan karena hal tersebut dapat dijadikan sebagai
kombinasi yang baik dalam mencapai tujuan perusahaan. Menurut Kotler dan
Amstrong (2017) bauran promosi meliputi: Advertising, Sales Promotion, Public
Relation, Personal Selling, Direct Marketing.
1.
Penjualan
Penjualan adalah sebuah usaha atau langkah konkrit yang dilakukan untuk
memindahkan suatu produk, baik itu berupa barang atau jasa, dari produsen
kepada konsumen sebagai sasarannya. Tujuan utama penjualan yaitu mendatangkan
keuntungan atau laba dari produk atau barang yang dihasilkan produsennya dengan
pengelolaan yang baik. Dalam pelaksanaannya, penjualan sendiri tak akan dapat
dilakukan tanpa adanya pelaku yang bekerja didalamnya seperti agen, pedangang,
dan tenaga pemasaran. Pengertian hasil Penjualan (Sales Volume) Menurut Ismaya
dalam Kamelia (2006) mengemukakan pengertian sales volume merupakan penjualan
yang berhasil dicapai atau ingin dicapai oleh suatu perusahaan dalam suatu
jangka waktu tertentu.
2.
Keunggulan Bersaing
Keunggulan bersaing merupakan hasil dari implementasi strategi yang
memanfaatkan berbagai sumber daya yang dimiliki perusahaan Menurut Porter
(1994) dalam Suparyadi (2003) keunggulan bersaing tidak dapat dipahami dengan
cara memandang sebuah perusahaan sebagai suatu keseluruhan, tetapi harus dari
asal keunggulan bersaing itu , yaitu berbagai aktivitas berlainan yang
dilakukan oleh perusahaan dalam mendesain, memproduksi, memasarkan, menyerahkan
dan mendukung produknya. Menurut Barney dan wright (1998) yang dikutip oleh Sri
Harjanti (2004): ada empat kondisi yang harus dipenuhi sebelum suatu sumber
daya dapat disebut sebagai sumber keunggulan bersaing yang berkelanjutan:
Merupakan sumber daya perusahaan yang sangat berharga (valueable), terutama
dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan atau
menetralisasi ancaman dari lingkungan perusahaan, Relatif sulit untuk dikembangkan,
sehingga menjadi langka di lingkungan kompetitif, Sangat sulit untuk ditiru
atau diimitasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan atau subtitute oleh
produk lainnya.
3.
Kerangka Berpikir
Menurut Sugiyono (2017) kerangka berpikir adalah sintesa yang
mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan
untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis penelitian yang
berbentuk bagan alur yang dilengkapi penjelasan kualitatif. product development
memiliki peran penting dalam pemasaran. product development yang baik
mencerminkan perusahaan konsisten menjaga pengembangan produk. Demikian pula
Promotion Mix merupakan faktor yang juga penting dalam meningkatkan pembelian.
Menurut Buchari Alma (2011) penjualan merupakan suatu keputusan yang
dipengaruhi oleh ekonomi keuangan, teknologi, politik, budaya, produk,
Promotion Mix, lokasi maupun promosi yang dilakukan perusahaan sehingga
membentuk sikap untuk menggali informasi dan selanjutnya mengambil keputusan
untuk membeli. Lebih lanjut Kotler dan Keller (2017) menjelaskan penjualan
merupakan keputusan dimana pelanggan secara actual melakukan pembelian suatu
produk. Dengan demikian penjualan merupakan suatu keputusan yang dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang membuat pelanggan tertarik membeli produk yang mereka
sukai. Sementara keputusan pelanggan untuk melakukan pembelian tentu sudah
berdasarkan pada suatu pertimbangan yang matang. Menurut Kotller (2014)
menciptakan hubungan yang kuat dan erat dengan pelanggan merupakan tujuan semua
pemasar, ini menjadi keberhasilan pemasaran dalam membentuk ikatan pelanggan.
Keunggulan kompetitif yang mampu memberikan solusi dan tingkat persaingan yang
unggul dalam memilih sasaran penjualannyajuga bagian yang sangat erat dalam
perusahaan Berdasarkan pertimbangan data tersebut, penulis membuat model
penelitian dengan variabel product development dan Promotion Mix yang peneliti
anggap dapat mempengaruhi penjualan. Adapun kerangka berpikir sebagai berikut:
4.
Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2017) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan
kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul. Adapun Hipotesis yang penulis
ajukan adalah sebagai berikut:
H1 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara product development
terhadap peningkatan penjualan pada Industri Baja Lapis Seng di Indonesia.
H2 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara promotion mix
terhadap peningkatan penjualan pada Industri Baja Lapis Seng di Indonesia.
H3 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara product development
dan promotion mix secara bersama-sama terhadap peningkatan penjualan pada
Industri Baja Lapis Seng di Indonesia.
H4 : Diduga terdapat pengaruh signifikan antara produk development
terhadap keunggulan bersaing pada Industri Baja Lapis Seng di Indonesia.
H5 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara promotion mix
terhadap keunggulan bersaing pada Industri Baja Lapis Seng di Indonesia.
H6 : Diduga terdapat pengaruh signifikan antara penjualan terhadap
keunggulan bersaing pada Industri Baja Lapis Seng di Indonesia.
III.
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat Penelitian
Menurut Sugiyono (2017) tempat penelitian merupakan sasaran ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal yang
objektif. Penulis mengadakan penelitian pada Industri Baja Lapis Seng
Indonesia.
B.
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah
asosiatif, menurut Sugiyono (2017) yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih. Dengan demikian penelitian
asosiatif ini dapat dibangun suatu teori yang berfungsi untuk menjelaskan,
meramalkan dan mengontrol suatu gejala
C.
Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi merupakan sekumpulan objek yang ditentukan melalui suatu
kriteria tertentu yang akan dikategorikan ke dalam objek yang akan diteliti.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Industri Baja Lapis Seng Indonesia.
2.
Sampel
Menurut Sugiyono (2017)) sampel adalah jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel
adalah konsumen Industri Baja Lapis Seng Indonesia, dalam hal ini berjumlah
100.
D.
Teknik Penentuan Data
1.
Data Primer Menurut Sugiyono (2017)) data primer
adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”. Dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara: obervasi, kuesioner dan studi
kepustakaan.
2.
Data Sekunder Data sekunder adalah data yang
diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara yang diperoleh dan
dicatat pihak lain. Menurut Sugiyono (2017)) “Data sekunder adalah sumber data
yang tidak langsung yang memberikan data kepada pengumpul data, misalnya orang
lain atau dokumen”.
E.
Metode Pengumpulan Data
1.
Kuesioner Dalam penelitian ini untuk mendapatkan
data primer kuantitatif, penulis menghubungi responden yaitu pelanggan yang
merupakan pelanggan yang secara rutin membeli produk di Industri Baja Lapis
Seng Indonesia.
2.
Studi Pustaka Untuk medapatkan data sekunder
penulis melakukan dengan cara penelaahan terhadap literature berupa buku
pemasaran dan publikasi serta bahan-bahan yang berhubungan dengan masalah yang
berkaitan dengan penelitian ini.
IV.
HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Analisis Deskriptif
1.
Variabel product development diperoleh ratting
score sebesar 4,03 berada pada interval 3,40-419.
2.
Variabel promotion mix diperoleh ratting score
sebesar 3,96 berada pada interval 3,40- 419.
3.
Variabel peningkatan penjualan diperoleh ratting
score sebesar 4,20 berada pada interval 3,40-419.
4.
Variabel keunggulan bersaing diperoleh ratting
score sebesar 4,14 berada pada interval 3,40-419.
B.
Analisis Verifikatif
1.
Pengujian Sub Struktur 1 Pada bagian pengujian
sub struktur 1 dimaksudkan untuk menunjukkan hasil dari pengujian atas variabel
X1, X2 terhadap Y. Adapun model Sub Struktur 1 dalam penelitian ini digambarkan
sebagai berikut:
Pada analisis kuantitatif untuk mengetahui
nilai pengaruh, signifikansi, variabel independen terhadap variabel dependen
baik secara parsial maupun secara simultan. Hasil analisisnya adalah sebagai
berikut:
Analisis Regresi Linier Berganda
Dependent Variable: Peningkatan Penjualan
(Y) Berdasarkan hasil pengujian di atas, diperoleh persamaan regresi Y = 8,017
+ 0,534X1 + 0,179X2. Persamaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai konstantta 8,017 diartikan bahwa apabila
variabel product development dan marketing mix tidak ada, maka telah terbentuk
nilai peningkatan penjualan sebesar 8,170.
2. Nilai koefisien regresi promotion mix 0,179
angkanya positif artinya setiap ada peningkatan promotion mix sebesar 0,179
point, maka akan meningkatkan penjualan sebesar 0,179 poin.
V.
KESIMPULAN
1.
Terdapat pengaruh positif dan signifikan secara
parsial antara product development terhadap peningkatan penjualan dengan
korelasi sebesar 0,605 dan determinasi sebesar 36,5%, uji hipotesis probability
signifikansi 0,000 < 0,05.
2.
Terdapat pengaruh positif dan signifikan secara
parsial antara promotion mix terhadap peningkatan penjualan dengan korelasi
sebesar 32,3 dan determinasi sebesar 10,5%, uji hipotesis probability
signifikansi 0,000 < 0,05.
3.
Terdapat pengaruh positif dan signifikan secara
simultan antara product development dan promotion mix terhadap peningkatan
penjualan dengan korelasi sebesar 634 dan determinasi sebesar 40,2%, uji
hipotesis probability signifikansi 0,000 < 0,05.
4.
Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara
product development terhadap keunggulan bersaing dengan korelasi sebesar 0,565
dan determinasi sebesar 31,9%, uji hipotesis probability signifikansi 0,000
< 0,05.
5.
Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara
promotion mix terhadap keunggulan bersaing dengan korelasi sebesar 0,345 dan
determinasi sebesar 11,9%, uji hipotesis probability signifikansi 0,000 <
0,05.
6.
Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara
peningkatan penjualan terhadap keunggulan bersaing dengan korelasi sebesar
0,836 dan determinasi sebesar 69,9%, uji hipotesis probability signifikansi
0,000 < 0,05.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Sismanto (2006), Analisis Pengaruh Orientasi
Pembelajaran, product development dan Inovasi Terhadap Keunggulan Bersaing
Untuk Meningkatkan penjualan Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.
Algifari (2010), Analisis Regresi, Teori, Kasus dan Soluysi.
Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE UGM.
Arikunto, Suharsimi (2010). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Assauri, Sofjan. 2013. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi
Revisi, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Freeman, R.E (2004). A Stakeholder Theory of Modern
Corporations, Ethical Theory and Business, 7th ed.
http://www.openjournal.unpam.ac.id/index.php/JEE/article/view/3440/6584
Hasan, Ali (2013). Marketing, Yogyakarta: Media Utama.
Hasan, Ali. 2013. Marketing dan Kasus-Kasus Pilihan.
Yogyakarta: CAPS (Center For Academic Publising Service).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar