MEMANFAATKAN PELUANG BISNIS
Lutfiah Mawar Tina, Shella Sarahthifa
@J11, @J25
@Proyek-J04
Abstrak
Artikel ini bertujuan
untuk mendeskripsikan macam-macam model bisnis agar
mahasiswa/i dapat memahami segala bentuk bisnis yang ada serta dapat mengetahui
perbedaannya.
Kata kunci : Konvensional, Waralaba, e-commerce dan macam-macam bisnis
A.
Pendahuluan
1.
Latar
belakang
Keadaan perekonomian
Indonesia saat ini mendorong setiap individu atau masyarakat untuk terus
menciptakan peluang usaha yang banyak dan kreatif. Setiap usaha yang dibangun
dengan jalan individu atau bersama memberikan dampak yang baik secara pribadi
maupun terhadap orang lain. Masyarakat bukan saja harus memenuhi kebutuhan
primer sebagai kebutuhan pokok, namun juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan
sekunder, bahkan kebutuhan tersier juga diperlukan agar tidak tertinggal dengan
perkembangan zaman.
Dengan perkembangan teknologi informasi saat
ini, telah menciptakan jenis-jenis dan peluang-peluang bisnis yang baru di mana
transaksi-transaksi bisnis makin banyak dilakukan secara elektronika.
Sehubungan dengan perkembangan teknologi informasi tersebut memungkinkan setiap
orang dengan mudah melakukan perbuatan hukum seperti misalnya melakukan
jual-beli. Perkembangan internet memang cepat dan memberi pengaruh signifikan
dalam segala aspek kehidupan kita. Internet membantu kita sehingga dapat
berinteraksi, berkomunikasi, bahkan melakukan perdagangan dengan orang dari
segala penjuru dunia dengan murah, cepat dan mudah. beberapa tahun terakhir ini
dengan begitu merebaknya media internet menyebabkan banyaknya perusahaan yang
mulai mencoba menawarkan berbagai macam produknya dengan menggunakan media ini.
Dan salah satu manfaat dari keberadaan internet adalah sebagai media promosi
suatu produk. Suatu produk yang dionlinekan melalui internet dapat membawa
keuntungan besar bagi pengusaha karena produknya di kenal di seluruh dunia.
2.
Kajian
teori
a.
Pengertian
Bisnis
·
Bisnis adalah usaha yang
dijalankan yang tujuan utamanya adalah keuntungan.
Kasmir dan Jakfar (2012,p7).
· Bisnis
adalah organisasi yang menyediakan barang atau jasa dengan maksud
mendapatkan laba. Grififin
dan Ebert (2007,p4).
b.
Pengertian
Globalisasi
Globalisasi
menciptakan kondisi perubahan yang cepat, semua jalan perubahan dari revolusi
cyber hingga liberalisasi perdagangan, homogenisasi barang-barang konsumsi dan
jasa di seluruh dunia dan ekspor berorientasi pertumbuhan, semua merupakan
komponen dari fenomena globalisasi (Hucysnki et al., 2002).
c. Pengertian
Sukses
§
Sukses
adalah target bergerak. Saya tidak berpikir kita pernah mencapai hal itu,
paling tidak dalam pikiran kita sendiri. Tapi aku tahu ini, jika Anda berpikir
Anda telah mencapai keberhasilan terbesar Anda, Anda jelas akan memutuskan
untuk berhenti memotivasi diri sendiri" - Mike Michalowicz
Waralaba
Istilah waralaba atau dalam
bahasa asing disebut dengan franchise asal katanya berasal dari Perancis Kuno
yang memiliki arti ”bebas”. Sekitar abad pertengahan, pemerintah atau bangsawan
di Inggris menggunakan istilah franchise untuk memberikan hak khusus seperti
untuk mengoperasikan kapal feri atau berburu di tanah milik pemerintah atau
bangsawan tersebut.
Franchise di Indonesia lebih
dikenal dengan sebutan waralaba. Kata waralaba sendiri berasal dari dua kata
yaitu wara dan laba. Wara memiliki arti istimewa dan laba berarti keuntungan.
Kata waralaba pertama kali diperkenalkan oleh LPPM (Lembaga Pembinaan dan
Pengembangan Manajemen) sebagai padanan kata franchise.
Pengertian waralaba di
Indonesia pun beragam, waralaba dapat dirumuskan sebagai suatu bentuk sinergi
usaha yang ditawarkan oleh suatu perusahaan yang telah unggul dalam kinerja
karena sumber daya berbasisi ilmu pengetahuan dan orientasi kewirausahaan yang
cukup tinggi dengan tata kelola yang baik dan dapat dimanfaatkan oleh pihak
lain dengan melakukan hubungan kontraktual untuk menjalankan bisnis di bawah
format bisnisnya dengan imbalan yang telah disepakati (Bambang N Rahmadi,
2007:7).
Jenis-jenis Waralaba
Menurut Turf D. Brown dalam
buku Handbook of Retailing yang terdapat dalam buku
yang berjudul Franchise Pola Bisnis Spektakuler dalam Perspektif Hukum dan
Ekonomi (Lindaty P Sewu, 2004:16) bisnis usaha waralaba terbagi menjadi 3 (tiga)
jenis, yaitu:
a. Waralaba
Pekerjaan
Pada
bentuk ini Penerima Waralaba (Franchisee) menjalankan usaha waralaba pekerjaan
sebenarnya membeli dukungan untuk usahanya sendiri. Bentuk ini tidak
memerlukan modal yang besar karena tidak menggunakan tempat dan perlengkapan.
Dalam hal ini usaha yang ditawarkan adalah usaha di bidang jasa
b. Waralaba
Usaha
Bentuk
usaha waralaba ini adalah berupa toko eceran yang menyediakan barang dan jasa, atau
restoran fast food. Waralaba ini memerlukan modal yang besar karena memerlukan
tempat dan perlengkapan.
c. Waralaba
Investasi
Pembeda waralaba
investasi dengan yang lain adalah besarnya usaha, khususnya besarnya investasi
yang dibutuhkan. Bentuk seperti ini biasanya adalah waralaba yang
bergerak di bidang perhotelan.
Bisnis Konvensional
Bisnis
Konvensional atau yang lebih sering dikenak dengan bisnis offline adalah
kegiatan atau transaksi jual-beli yang dilakukan secara langsung, bertatap muka
antara penjual dengan pembeli.
Kelebihan dalam
bisnis konvensional :
1. Pembeli
langsung dapat melihat produk yang akan dibeli sehingga pembeli tidak merasa
rahgu akan produk yang akan dibeli, pembeli juga dapat memilih produknya
sendiri.
2. Umumnya bisnis
konvensional memiliki tempat atau kios sendiri sehingga pembeli dapat
mengunjungi kios dan dapat secara langsung bertemu dnengan penjual.
3.
Memiliki banyak
stok sehingga apabila sewaktu-waktu pembeli ingin membeli produk, mereka tidak
perlu waktu yang lama untuk mendapatkan produk tersebut
4.
Terjamin, karena
selain dapat melihat barang secara langsung, pembeli juga dapat mengetahui
penjual secara langsung (face to face), sehingga tindakan penipuan minim
terjadi.
Kekurangan
dalam bisnis konvensional :
1.
Lingkup
pemasarannya terbatas, jika ingin memperluas lingkup pemasaran, maka harus
membuka cabang di berbagai daerah.
2.
Membutuhkan
modal yang cukup besar karena biasanya bisnis konvensional memerlukan tempat
untuk memasarkan produknya.
3.
Memerlukan
banyak stok, ini juga berpengaruh terhadap modal yang dikeluarkan sehingga
modal menjadi bertambah.
4.
Apabila pembeli
ingin membeli barang, maka harus pergi ke toko tempat dijualnya barang
tersebut.
E-Commerce
Gedung
Putih pada bulan Juli tahun 1997 mendeklarasikan telah terjadinya sebuah
revolusi industri baru yang akan berdampak pada stabilitas ekonomi global,
yaitu sejalan dengan fenomena maraknya bisnis secara elektronik/digital dengan
menggunakan internet sebagai medium bertransaksi. Metode bertransaksi ini
kemudian lebih dikenal sebagai istilah “E-Commerce”. Definisi dari “E-Commerce”
sendiri sangat beragam, tergantung dari perspektif atau kacamata yang
memanfaatkannya. Association for Electronic Commerce secara sederhana
mendifinisikan E-Commerce sebagai “mekanisme bisnis secara elektronis”.
CommerceNet, sebuah konsorsium industri, memberikan definisi yang lebih
lengkap, yaitu “penggunaan jejaring komputer (komputer yang saling terhubung)
sebagai sarana penciptaan relasi bisnis”. Tidak puas dengan definisi tersebut,
CommerceNet menambahkan bahwa di dalam ECommerce terjadi “proses pembelian dan
penjualan jasa atau produk antara dua belah pihak melalui internet atau
pertukaran dan distribusi informasi antar dua pihak di dalam satu perusahaan
dengan menggunakan intranet”. Sementara Amir Hartman dalam bukunya “Net-Ready” (Hartman,
2000) secara lebih terperinci lagi mendefinisikan E-Commerce sebagai “suatu
jenis dari mekanisme bisnis secara elektronis yang memfokuskan diri pada
transaksi bisnis berbasis individu dengan menggunakan internet sebagai medium
pertukaran barang atau jasa baik antara dua buah institusi (B-to-B) maupun
antar institusi dan konsumen langsung (B-to-C)”. Beberapa kalangan akademisi
pun sepakat mendefinisikan E-Commerce sebagai “salah satu cara memperbaiki
kinerja dan mekanisme pertukaran barang, jasa, informasi, dan pengetahuan
dengan memanfaatkan teknologi berbasis jaringan peralatan digital”.
Jenis – jenis
E-Commerce
1. Business-to-Consumer (B2C) – Electronic
storefronts/mall
2. Business-to-Business (B2B) – Google/Amazon
3. Consumer Consumer-to-Consumer (C2C) Consumer (C2C) –
Eceran / Lelang
4. Business-to-Employee (B2E) – Employee juga sebagai
customer/supplier
5. E-Government – Layanan online pemerintah
6. M-Commerce
Karakteristik E-Commerce
·
Terjadinya transaksi antara
dua belah pihak;
·
Adanya pertukaran barang,
jasa, atau informasi; dan
·
Internet merupakan medium
utama dalam proses atau mekanisme perdagangan tersebut.
Dari
karakteristik di atas terlihat jelas, bahwa pada dasarnya E-Commerce merupakan
dampak dari berkembangnya teknologi informasi dan telekomunikasi, sehingga
secara signifikan merubah cara manusia melakukan interaksi dengan
lingkungannya, yang dalam hal ini adalah terkait dengan mekanisme dagang.
Keuntungan Bagi Pebisnis dalam Penggunaan e-Commerce
Menurut Fingar (2000), ada
beberapa keuntungan bagi pebisnis dalam penggunaan e-Commerce yaitu :
1.
Jangkauan pasar luas, tanpa batas-batas wilayah. Bagi pebisnis ini kesempatan
untuk
dapat
memperluas bisnis dengan menjangkau pelanggan diseluruh dunia tanpa batas
sehingga
dapat meningkatkan keuntungan.
2.
e-Commerce menghemat biaya-biaya; antara lain: Penghematan biaya pemasaran
dengan
kemudahan
dan teknologi yang canggih dalam menyampaikan informasi tentang barang
dan
jasa langsung ke konsumen dimana saja berada, menghemat biaya operasional
seperti
barang-barang yang akan dijual atau tidak perlu dipajang serta dapat memangkas
biaya
penyimpanan dan pemeliharaan barang karena pebisnis dapat mengirimkan
langsung
barang yang dijual setelah ada permintaan dari konsumennya. Menghemat biaya
fisik
dari toko karena para pebisnis hanya butuh mendigitalisasikan
informasi-informasi
tentang
barang atau jasa yang akan dijual.
3.
Ketersediaan, dapat berbisnis selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Tidak
mengenal hari
libur,
dan hari besar. Pesanan dari konsumen dapat diterima setiap saat walaupun pada
kenyataannya
memang tidak 24 jam untuk salalu membuka internet tetapi ada fasilitas
internet
yang dapat menyimpan pesanan konsumen.
4.
Skalabilitas dalam artian dapat diperluas atau diperbanyak item barang tanpa
batasan
karena
tidak butuh biaya besar untuk menambah produk yang akan ditawarkan karena
pebisnis
hanya perlu mendigitalisasi produk dalam bentuk gambar dan diberikan infomasi
rinci
saja.
Keunggulan E-Commerce dibandingkan bisnis konvensional
1. Faktor Modal
Modal
yang dibutuhkan untuk membangun sebuah
toko online relatif lebih kecil dibandingkan dengan bisnis konvensional. Untuk
membangun suatu usaha / bisnis konvensional, kita harus mempunyai modal yang
besar untuk pembelian / penyewaan tempat, renovasi, furnitur, dan lain-lain.
Dan apabila Anda ingin membangun cabang di tempat lain, maka biaya yang
dibutuhkan juga akan lipat ganda. Sedangkan untuk E-Commerce, Anda cukup
membayar jasa untuk membangun website yang terhitung sangat murah jika
dibandingkan dengan modal awal yang harus dikeluarkan untuk membuka sebuah
toko. Khususnya, jika Anda menyewa jasa
kami, Limpingen Soft Comp, maka hanya dengan harga minimal Rp.1.250.000,- Anda
sudah dapat memiliki sebuah toko online.
2. Faktor Waktu Usaha
Dengan
menggunakan website, toko Anda dapat buka non-stop 365 x 24 jam! Promosi produk dan jasa Anda pun bisa ditayangkan
terus menerus. Anda tidak perlu membayar biaya iklan yang mahal yang biayanya
dihitung per detik tayangan. Proses pemesanan pun dapat dilakukan setiap saat
baik hari kerja, hari Sabtu / Minggu, maupun hari besar. Tidak ada kata libur,
cuti atau izin sakit bagi toko online.
Sekalipun Anda sedang tertidur lelap, toko online Anda tetap setia bekerja
untuk Anda.
3. Faktor Jangkauan Bisnis
Bisnis
konvensional sangat dibatasi oleh faktor ruang. Pasaran Anda pun hanya dapat
bersifat lokal, bahkan dalam jarak / jangkauan yang sangat terbatas di daerah
tertentu saja. Sedangkan dengan E-Commerce, bisnis Anda tidak hanya mempunyai
pasaran regional, bahkan dapat menjangkau seluruh tanah air dan membuka peluang
menjadi bisnis internasional.
4. Faktor Biaya Operasi
Pengeluaran
rutin yang harus dikeluarkan oleh suatu bisnis konvensional tentulah tidak
kecil. Baik untuk biaya penyewaan tempat, gaji karyawan (terlebih-lebih jika
jumlah karyawan Anda banyak), biaya listrik dan air, biaya untuk alat tulis
kantor ( ATK ), dan lain-lain. Sedangkan untuk mempertahankan suatu toko
online, Anda cukup membayar biaya tahunan yang terhitung sangat teramat murah!
Bahkan, untuk tahun pertama, Anda dibebaskan dari biaya penyewaan domain dan
hosting oleh perusahaan kami. Kita
dapat coba menghitung-hitung. Andaikata pengeluaran Anda untuk penyewaan sebuah
ruko kecil adalah Rp.1.5000.000,-/bulan, gaji 1 karyawan Rp.750.000,-/ bulan, biaya listrik dan air
Rp.250.000,-/bulan. Maka total pengeluaran minimun Anda sebulan adalah
Rp.2.500.000! Sedangkan jika yang Anda miliki adalah sebuah toko online, Anda
bisa menggunakan Rp.2.500.000,- tersebut untuk membiayai website Anda selama
minimal 10 tahun.
5. Faktor Media interaktif
Desain
grafis, teks, image, suara, dan video di website mampu menampilkan informasi
produk dan jasa dengan sangat lengkap dan menarik, tanpa memerlukan ongkos /
biaya cetak brosur, atau melalui berbagai media massa lainnya. Sebagai contoh,
untuk pengiklanan di radio, surat kabar atau televisi, semakin banyak informasi
yang Anda masukkan pada media tersebut, semakin besar pula biaya yang harus
Anda keluarkan. Sedangkan untuk website, jumlah informasi yang dapat Anda
masukkan sangat banyak, bahkan tidak terbatas ( tergantung kapasitas hosting
Anda ). Informasi yang Anda masukkan tersebut juga dapat diubah kapanpun sesuai
dengan kebutuhan Anda, misalnya ketika ada peluncuran produk baru atau
perubahan harga, dan lain sebagainya. Sehingga, website bersifat jauh lebih
aktual dan interaktif, selain membantu Anda menghemat biaya Anda.
Kisah
pengusaha sukses
sumber: https://goo.gl/images/kt6zjF
Kebab Baba Rafi didirikan sejak
tahun 2007 dan berpusat di Jakarta, dengan jumlah outlet yang semula hanya 2
kini telah berkembang mencapai 1.200 outlet di seluruh dunia.
Hendy Setiono, pria asal
Surabaya tersebut memperoleh ide kuliner ala timur tengah ini saat tengah
berkunjung ke Qatar. Dia melihat banyaknya kedai kebab disana, dan berpikir
bahwa kuliner tersebut memiliki potensi besar untuk berkembang di Indonesia.
Untuk merealisasikannya, dia
bekerja sama dengan Hasan Baraja untuk mengembangkan usaha kuliner itu dengan
modal awal sebesar Rp4.000.000 saja.
Setelah berjalan selama 14
tahun, kini Baba Rafi sudah mengembangkan sayapnya hingga ke luar negeri,
seperti Malaysia, Filipina, China, dan Sri Lanka. Hendy mengungkapkan bahwa dia
masih ingin memperluas usahanya ke berbagai negara lainnya di seluruh dunia.
Perkembangan Kebab Baba Rafi
tidak berhenti sampai disitu, terbukti dari terbentuknya perluasan bisnis Hendy
Setiono, yaitu Babarafi-online.com.
Babarafi-online.com merupakan
bagian dari PT Baba Rafi Indonesia yang bergumul dalam bisnis Kebab Turki Baba
Rafi.
Dengan perluasan ini, kini
muncul peluang bisnis waralaba Baba Rafi yang terbuka bagi para calon pebisnis
yang ingin memulai usahanya.
Dengan demikian, Hendy Setiono
sudah menjadi salah satu pelopor waralaba asal Indonesia yang sukses mendunia.
Kesimpulan
Dengan perkembangan zaman yang begitu pesat, sebelum kita memulai berwirausaha sebaiknya kita menentukan
terlebih dahulu bentuk usaha apakah yang akan dipilih. Apakah bisnis
konvensional, Waralaba atau E-Commerce. Dengan begitu kita akan memanfaatkan
peluang dengan sebaik mungkin, dikarenakan kita sudah mempunyai strategi dalam memantapkan diri kita untuk berwirausaha.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar