Oleh : Siti Masitoh (@S19-SITI)
I. Latar Belakang
Perusahaan
yang bergerak di kategori usaha kecil dan menengah membutuhkan fleksibilitas
yang tinggi dalam pendirian dan pengembangan usahanya. Kejelian dan strategi
bisnis yang tepat juga menjadi sebuah keharusan dalam mengembangkan usaha ini.
Hal ini semua terkait dalam pola kepemimpinan yang diterapkan dalam sebuah
usaha. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pola dan karakter kepemimpinan
yang tepat diterapkan dalam sebuah usaha yang berada di kategori usaha kecil
dan menengah (UKM). Meskipun bentuk usaha dan jenis usaha dari UKM sendiri
bermacam-macam, tetapi sekiranya ada beberapa karakter dan pola kepemimpinan
yang dapat dijadikan contoh dari sebuah usaha.
II. Pembahasan
A. Kepemimpinan
Kepemimpinan
secara umum adalah sebuah kemampuan yang terdapat di dalam diri seseorang untuk
bisa memengaruhi orang lain atau memandu pihak tertentu untuk mencapai tujuan.
Menurut Wahjosumidjo Kepemimpinan merupakan kemampuan dalam diri seseorang dan
mencakup sifat-sifat, seperti kepribadian, kemampuan, dan kesanggupan.
Kepemimpinan tidak dapat dipisahkan dari gaya, perilaku, dan kedudukan pemimpin
bersangkutan dan interaksinya dengan para pengikut serta situasi. Kepemimpinan
yang handal merupakan prasyarat untuk menjadi pemain utama dalam usaha kecil
dan menengah ini. Kepemimpinan ini diperlukan untuk mengarahkan kreativitas
yang dimiliki menjadi sesuatu yang berorientasi pada profit. Diperlukan sebuah
keahlian manajemen tertentu sehingga kreativitas yang menjadi modal utama dalam
sebuah usaha tetap tidak terhambat atau bahkan hilang.
Beberapa
karakter yang dianggap penting dalam kepemimpinan seseorang yaitu :
1. Pengetahuan.
Pemimpin haruslah seseorang yang menguasi pengetahuan yang luas tentang bisnis
maupun perusahaannya.
2. Kepercayaan.
Tidak melakukan micromanagement. Anda harus bisa menumbuhkan iklim kepercayaan
antara Anda dan bawahan serta sebaliknya.
3. Integritas.
Seorang pemimpin harus mempunyai integritas agar dapat menumbuhkan kepercayaan
di antara karyawan dan rekan bisnisnya.
4. Standar.
Pemimpin yang baik haruslah memberikan tauladan.
5. Ketegasan.
Pemimpin akan dinilai dari ketegasannya dalam mengambil sebuah keputusan.
6. Keteguhan.
Pendapat seorang pemimpin harus diwarnai keteguhan yang membentuk kepercayaan
para bawahannya.
7. Optimisme.
Situasi tidak selalu ideal tapi pemimpin berusaha untuk mencari solusi dari
kondisi yang ada.
8. Prestasi. Pemimpin memiliki daftar keputusan
yang dapat menjadi rujukan keberhasilan di bidangnya
9. Visi. Pemimpin
diharapkan untuk merumuskan tujuan-tujuan yang akan menuntun diri dan organisasinya ke arah tertentu.
10.
Kewibawaan. Pemimpin harusnya
memiliki aura kewibawaan pada busana, kendaraan
atau hal-hal yang ada
di sekelilingnya.
2
Ada beberapa gaya kepemimpinan :
1.
Kediktatoran.
Ciri-cirinya :
a. Tidak diperkenankannya pertanyaan.
b. Pengetahuan adalah
kekuatan.
c. Tidak boleh ada kesalahan.
2.
Demokrasi Relatif.
Ciri-cirinya :
a.
Partisipasi.
b.
Mendorong perdebatan.
c.
Pemimpin mempunyai kekuasaan memveto.
3.
Kemitraan.
Ciri-cirinya :
a. Kesejajaran antara
pemimpin dan bawahan.
b. Visi kelompok. Semua anggota
berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan dan penetuan
arah unit.
c. Berbagi
tanggung jawab antara pemimpin dan anggota kelompok.
4. Transformasional.
Ciri-cirinya :
a. Kharisma.
b. Keputusan
yang diambil berdasarkan pada keyakinan.
c. Membangkitkan
rasa hormat dan pengabdian dalam tiap anggota tim.
d. Pujian
terbuka. Sering memberikan pujian secara terbuka, anggota tim menjadi semakin
percaya diri pada kemampuan mereka.
e. Inspirasi.
Pemimpin tranformasional adalah sumber inspirasi dari para anggota timnya.
Tipe
lain yang ada dalam kategorisasi kepemimpinan adalah entrepreneurial leadership
(kepemimpinan yang berjiwa kewirausahaan).
Persamaan dan perbedaan antaraentrepreneurial leadership dan
transformasional leadership adalah :
Melihat
dari beberapa karakter di atas, sangat penting untuk mengamati bahwa
kepemimpinan merupakan “nahkoda” untuk “kapal” bisnis yang dijalankan. Tanpa
adanya kepemimpinan yang efektif maka bisnis yang dijalankan tidak akan dapat
bertahan dalam menghadapi dinamika bisnis yang fluktuatif seperti sekarang.
Kepemimpinan juga tidak bisa dipisahkan dari visi dan misi dari suatu perusahaan. Semakin jelas dan jernih visi dan misi yang dimiliki oleh perusahaan, semakin baik bagi pembentukan moral dan budaya kerja dari para anggotanya. Visi dan misi ini tentu harus dikaitkan dengan nilai-nilai utama (core values) dari perusahaan tersebut. Tanpa adanya serangkaian visi dan misi yang jelas maka arah dan orientasi perusahaan menjadi tidak jelas.
B. KEWIRAUSAHAAN/ENTREPRENEURSHIP
Karakter
lain yang sering tergambar dalam industri ini adalah adanya corak kewirausahaan yang kental dalam usaha- usahanya.
Menghindari pola produksi
massal (mass production), usaha yang berkembang di bidang kreatif
biasanya berskala kecil hingga menengah
(small medium enterprise). Dalam
menjalankan usaha-usaha ini, peran pemimpin
menjadi faktor utama dalam mensintesiskan kekuatan tim di dalamnya supaya usahanya dapat tetap adaptif
dalam situasi yang terus menerus berubah.
Pengertian wirausaha
(entrepreneur) menurut Wikipedia
adalah :
An entrepreneur is an owner or manager of a business
enterprise who makes money through
risk and initiative.[1][note
1] The term was originally a
loanword from French and was first defined by the Irish-French
economist Richard Cantillon. Entrepreneur in English is a term applied to a person who is willing to help launch a new venture or enterprise and accept full responsibility
for the outcome. Jean-Baptiste Say, a
French economist, is believed to have coined the word "entrepreneur" in the 19th century - he defined
an entrepreneur as "one who undertakes
an enterprise, especially a contractor, acting as intermediatory between capital and
labour".
Penjelasan dari Wikipedia
merujuk pada ciri khas dari seorang
wirausahawan yaitu kepemimpinan yang
baik dan kemampuannya membuat
sebuah tim yang solid dan mendukung. Wirausaha
adalah pengusaha karena ia mempunyai kejelian dalam melihat sisi
peluang yang tidak terlihat oleh orang lain. Tetapi ia juga seorang
pemimpin karena ia mempunyai kemampuan
untuk memotivasi dan mengarahkan tim yang
dimilikinya untuk meraih tujuannya.
Ada 3 bentuk dasar dari seorang wirausaha
:
1.
Social
entrepreneur : penguasaha wirausaha di bidang sosial termotivasi oleh hasrat untuk membantu, memperbaiki dan mentranformasikan kondisi
sosial, lingkungan, edukasi dan
ekonomi. Ia termotivasi oleh keinginan emosional
untuk merubah sebuah status quo daripada
keuntungan (profit).
2.
Serial
entrepreneur : pengusaha wirausaha ini adalah mereka yang secara rutin/berkala mengajukan ide-ide baru dan memulai
bisnis baru. Mereka
adalah individu yang suka
mengambil resiko dan biasa pulih dari kesalahan-kesalahan bisnis.
3.
Lifestyle
entrepreneur: pengusaha ini menempatkan hasrat (passion)
sebelum keuntungan (profit) saat
memulai bisnisnya. Ia adalah individu
yang mengkombinasikan ketertarikan dan minat personal
dengan kemampuan agar dapat melanjutkan bisnisnya. Model
bisnis yang dicobanya diharapkan untuk berkembang dalam jangka waktu panjang.
Ada beberapa karakter yang melekat kuat dalam seorang pemimpin/wirausaha yang tangguh. Hal itu antara
lain :
1.
Mempunyai locus of control
yang tinggi. Artinya
bahwa dia adalah seseorang yang lebih bersandar
pada daya juangnya
sendiri daripada faktor nasib, takdir
atau apapun di luar dirinya.
2.
Mempunyai high energy level. Artinya bahwa ia sangat passionate dan
memperlihatkan energi antusiasme yang tinggi dalam
kerja.
3.
Mempunyai high need of achievement. Artinya ia mempunyai kebutuhan yang tinggi akan keberhasilan.
4.
Tolerance of ambiguity. Artinya
ia mempunyai toleransi
yang cukup dalam
situasi ambiguitas.
5.
Self confidence. Seorang
wirausahawan haruslah mempunyai
rasa percaya diri yang kuat.
6.
Passion dan action orientation. Mempunyai
hasrat yang besar terhadap
bidang bisnis yang digeluti dan selalu berorientasi pada tindakan.
7.
Self relience
and desire for independence. Mempunyai ketangguhan dan keinginan
untuk mandiri.
8.
Flexibility. Dalam
situasi bisnis yang berubah-ubah, seorang wirausaha
harus dapat fleksibel
dalam menghadapinya.
Mental/karakter
kewirausahaan (entrepreneur) dapat dimiliki oleh mereka yang bekerja
di sebuah perusahaan (bukan miliknya) ataupun
di bisnis yang dimilikinya sendiri.
Tetapi ada perbedaan-perbedaan kecil yang dapat membedakan
diantara keduanya :
Pertama, keduanya adalah orang-orang yang mempunyai hasrat tinggi di dalam area yang digelutinya. Tetapi bagi mereka yang bekerja di perusahaan, hasrat
ini berasal dari kehendak untuk mengadakan perubahan
yang dirasa perlu
sehingga perusahaan tersebut dapat tumbuh dan berkembang. Bagi sang wirausaha sejati, hasrat tinggi
ini berasal dari ide dan ego mereka yang merupakan cikal bakal dari usaha mereka
tersebut.
Kedua, mereka berdua visioner. Tapi bagi pemimpin
perusahaan, visi mereka lebih terfokus pada arah perushaan sedangkan bagi wirausahawan lebih pada
kesempatan yang ada.
Ketiga, keduanya
terkadang keras kepala dan single-minded. Sang wirausahawan akan sangat fokus pada bisnis dan aktivitas
di dalamnya dan akan sangat terobsesi untuk mewujudkannya.
Pandangan yang lain akan diabaikan bila ia tidak
merasakan hal itu dalam intuisinya. Seorang pemimpin perusahaan akan merasa terobsesi dengan perusahaannya tapi ia akan sangat berpedoman dari tehnik-tehnik manajemen
yang sudah pernah dicoba dan
divalidasi.
Pada dasarnya, perusahaan-perusahaan yang besar saat ini adalah
perusahaan yang kecil pada awalnya.
Apple dan Microsoft berawal dari sebuah usaha yang
dibuat di garasi Steve Jobs dan Bill Gates, Teh Botol Sosro dimulai dari proses
marketing yang sangat sederhana. Dilihat dari sudut ini, sebetulnya setiap perusahaan dimulai atau diawali dari semangat
kewiraushaan yang tinggi.
Namun seiring perkembangan waktu, perusahaan-perusahaan tadi “kehilangan”
jiwa kewirausahaannya. Perusahaan-perusahaan
ini dalam perkembangannya menjadi “dinasaurus”: besar, susah bergerak
dan karenanya rentan untuk punah dalam jaman yang
sangat cepat bergerak.
Pengusaha wirausaha juga diperlukan karena kontribusi mereka
yang tetap dalam siklus ekonomi
yang seringkali menemui lonjakan dan penurunan. Dalam fenomena krisis ekonomi yang melanda Indonesia
di tahun 1997, banyak sekali perusahaan yang bergerak di bidang perbankan, properti dan pabrikan yang
mengalami kehancuran. Tetapi fakta menunjukkan perusahaan-perusahaan kecil yang berskala UKM-lah
yang menyelamatkan perekonomian Indonesia. Pengusaha-pengusaha ini mampu tetap bertahan karena mereka memakai bahan baku dalam nege4ri, berorientasi pada ekspor, tenaga kerja yang efisien (tidak terlalu banyak)
sehingga mempunyai biaya
tetap yang kecil.
Pengusaha kewirausahaan juga diperlukan guna mengurangi angka pengangguran yang masih begitu besar
di Indonesia. Dengan adanya
pengusaha-pengusaha yang
bergerak di
bidang kewirausahaan, angka
ini
diharapkan berubah.
Apalagi kenyataan menunjukkan bahawa sebagian besar pengusaha
kewirausahaan ini bergerak di bidang yang padat karya dan bukan padat modal. Ini semakin
menunjukkan adanya penyerapan tenaga kerja, khususnya
mereka yang tidak memiliki pendidikan ataupun
keterampilan (skill) yang tinggi.
Faktor ini juga menjadi perhatian dari bisnis perbankan.
Saaat ini kita dapat melihat
begitu banyak bank-bank
yang menyediakan kredit mikro
kepada para pengusaha kecil. Ini memperlihatkan bahwa trend kucuran
kredit ke para pengusaha
besar juga mengalami perubahan. Jumlah kredit
yang relatif kecil, tingkat pengembalian yang baik serta adanya
kesempatan untuk mengembangkan bisnis di ranah
yang biasanya tidak terlihat oleh pengusaha besar menjadikan bidang kewirausahaan menjadi begitu
menarik. Melihat dari beberapa faktor
diata, kewirausahaan sangat penting untuk bisa dijadikan tulang punggung perekonomian.
III.
KESIMPULAN
Indonesia saat ini sedang memasuki gelombang
awal dari kebangkitan kembali UKM. Dari sekian banyak kota-kota yang merespon perkembangan ini dengan cukup baik, Minimnya
infrastruktur dan kepedulian pemerintah untuk men-support
potensi kreatif ini telah menjadi perhatian dari berbagai kalangan. Pola hubungan yang saling mendukung antara akademisi, pelaku bisnis
berbasis kreatif dan pemerintah belum bisa benar-benar bersinergi.
Aturan-aturan
serta tindakan fasilitasi dari pihak pemerintah masih belum maksimal dalam
pembangunan struktur baik infrastruktur maupun suprastruktur yang mendukung hal
ini. Akibat tidak langsung dari fenomena ini adalah adanya tindakan “migrasi”
besar-besaran dari para insan kreatif ke tempat-tempat lain yang dinilai lebih
kondusif terhadap perkembangan mereka. Dari pantuan di beberapa blog yang
membahas tentang perekonomian kreatif, para insan kreatif banyak yang
“berkelana” ke tempat-tempat lain di Indonesia dan bahkan ke negara-negara
tetangga seperti Singapura, Malaysia dan lainnya. Faktor lain yang menghambat
adalah terbatasnya akses dari lembaga keuangan terhadap para pebisnis kreatif
ini yang mempengaruhi tingkat kegairahan berusaha di bidang ini. Ide-ide yang
muncul seringkali tidak menjadi operasional ketika mereka harus berhadapan
dengan permasalahan modal. Beban pikiran untuk bisa memenuhi kewajiban mereka
kepada lembaga keuangan ini jelas menjadi penghambat bagi para pebisnis pemula
ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://salamadian.com/pengertian-kepemimpinan/
https://simple.wikipedia.org/wiki/Entrepreneur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar