Oleh : Siti Masitoh (@S19-SITI)
I. Latar Belakang
Pendidikan dalam
arti luas adalah proses yang berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan pada
diri seseorang tiga aspek dalam kehidupannya, yaitu pandangan hidup, sikap
hidup, dan keterampilan hidup. Upaya untuk mengembangkan ketiga aspek tersebut
bisa dilaksanakan di sekolah, luar sekolah dan keluarga. Etika bisnis merupakan
penerapan nilai-nilai etika dalam kegiatan bisnis. Seperti etika terapan pada
umumnya, bidang kajian etika bisnis dapat dikategorikan ke dalam level makro,
mikro, individu, dan level internasional. Menurut Suseno (1989) dan Keraf
(1991) bahwa ada perbedaan dan persamaan antara “etika” dengan “moralitas”.
Moral dan etika mempunyai fungsi memberi orientasi bagaimana dan kemana harus
melangkah dalam hidup ini, Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis
adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek
yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.
Dengan semakin
pesatnya perkembangan informasi, bila tanpa diimbangi dengan pemahaman tentang
dunia bisnis yang ber "moral", maka dunia bisnis akan menjadi suatu
rimba modern dan tentunyya berlaku hukum rimba. Siapa kuat akan menindas yang
lemah sehingga apa yang diamanatkan dalam UUD 1945, Pasal 33 yaitu menciptakan
perekonomian yang demokratis dengan mengedepankan prinsip kebersamaan,
efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, tidak akan pernah
terwujud.
Harapan yang
etis merupakan bagian penting dari lingkungan bisnis. Masyarakat mengharapkan
bisnis menjadi etis dan menginginkan manajer perusahaan menerapkan
prinsi-prinsip etika – dengan kata lain, pedoman tentang apa yang benar dan
salah, adil dan tidak adil, mana yang bermoral dan tidak – apabila mereka
membuat keputusan bisnis (Post, 2002). Dalam sistem perekonomian pasar bebas,
perusahaan diarahkan untuk mencapai tujuan mendapatkan keuntungan semaksimal
mungkin, sejalan dengan prinsip efisiensi. Namun, dalam mencapai tujuan
tersebut pelaku bisnis kerap kali menghalalkan berbagai cara tanpa peduli
apakah tindakannya melanggar etika . dalam berbisnis atau tidak. Hal ini
terjadi akibat manajemen dan karyawan yang cenderung mencari keuntungan semata
sehingga terjadi penyimpangan normanorma etis, meski perusahaan-perusahaan
tersebut memiliki code of conduct dalam berbisnis yang harus dipatuhi seluruh
organ di dalam organisasi. Penerapan kaidah good corporate governance di
perusahaan swasta, BUMN, dan instansi pemerintah juga masih lemah. Banyak
perusahaan melakukan pelanggaran, terutama dalam pelaporan kinerja keuangan
perusahaan. Salah satu tantangan sosial yang paling penting bagi bisnis adalah
keseimbangan antara kegiatan ekonomi dan mempertahankan ekologis.
II. Pembahasan
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan
merupakan pilihan untuk mengubah kehidupan, melalui pendidikan peradaban
manusia akan dapat ditingkatkan. Pendidikan sebagai salah satu sarana untuk
dapat terpenuhinya semua kebutuhan. Setiap manusia membutuhkan pendidikan,
sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab
tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang.
Pendidikan menurut ahli dunia :
Prof. Dr. John Dewey. Pendidikan adalah
suatu proses pengalaman. Karena kehidupan merupakan pertumbuhan, maka
pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin manusia tanpa dibatasi oleh usia.
Proses pertumbuhan adalah proses penyesuaian pada setiap fase dan menambah
kecakapan dalam perkembangan seseorang melalui pendidikan.
M.J. Langeveld. Pengertian pendidikan merupakan upaya dalam membimbing manusia yang belum dewasa kearah kedewasaan. Pendidikan adalah suatu usaha dalam menolong anak untuk melakukan tugas-tugas hidupnya, agar mandiri dan bertanggung jawab secara susila. Pendidikan juga diartikan sebagai usaha untuk mencapai penentuan diri dan tanggung jawab.
Dalam
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Tujuan normatif bangsa itu akan dioperasionalkan dalam
tujuan pembelajaran. Adapun tujuan pembelajaran ekonomi mengarahkan siswa untuk
memiliki kemampuan dalam memecahkan berbagai persoalan ekonomi yang dihadapinya.
Kerangka
Konseptual/Teori Pendidikan Etika Bisnis
B. Pengertian Etika Bisnis
Etika adalah sebuah konsep antara benar dan salah. Etika mengajarkan apakah perilaku kita bermoral atau tidak, dan terkait dengan hubungan manusia yang mendasar. Prinsip etika adalah pedoman bagi perilaku moral. Sebagai contoh, di dalam masyarakat, berbohong, mencuri, menipu, dan menyakiti orang lain dianggap tidak etis dan tidak bermoral. Kejujuran, menepati janji, membantu orang lain, dan menghormati hakhak orang lain dianggap etis dan merupakan perilaku moral yang diharapkan. Aturan perilaku dasar seperti itu penting bagi kelangsungan dan kelanjutan kehidupan organisasi dimanapun. Perilaku benar dan salah ini datang dari berbagai sumber.
Etika bisnis adalah aplikasi dari pemikiran etika secara umum dalam perilaku bisnis. Etika bisnis bukanlah bagian khusus dari etika yang berbeda dari etika pada umumnya dan dapat diaplikasikan hanya untuk bisnis. Jika ketidakjujuran dianggap tidak etis dan tidak bermoral, maka siapa saja dalam bisnis yang tidak jujur terhadap pemegang saham, pegawai, konsumen atau kompetitor, telah bertindak tidak etis dan tidak bermoral. Jika melindungi orang lain dari bahaya dianggap etis, maka sebuah perusahaan yang menarik produk-produk yang berbahaya dianggap bertindak etis. Agar dianggap etis, maka bisnis harus membuat aturan yang jelas dari sumber yang sama tentang perilaku yang dianggap benar. Bisnis sebaiknya tidak membuat definisi tersendiri tentang apa yang benar dan salah. Pegawai dan kadang harus bertindak di luar etika karena situasi bisnis, tapi masyarakat tidak dapat menerima pengecualian seperti ini ( Post,el al,2002).
Post, et
al (2002) menyatakan bahwa secara simultan perusahaan akan menjalankan tiga
jenis tanggung-jawab yang berbeda-beda kepada para pemangku kepentingan, yang
harus dijalankan secara seimbang. Ketiga tanggung-jawab tersebut mencakup:
1. Economics responsibility , perusahaan korporasi
dibentuk dengan tujuan untuk menghasilkan laba secara optimal. Tanggung-jawab
ekonomi di antaranya kepada para pemegang saham (pembagian deviden),
meningkatkan nilai perusahaan berupa saldo laba (retained earning), dan
tanggung jawab ekonomi terhadap para kreditor untuk membayar cicilan dan bunga
pijaman.
2. Legal responsibility, dalam melaksanakan
operasionalnya perusahaan harus mematuhi berbagai peraturan perundangan yang
berlaku sebagai bentuk tanggung-jawab perusahaan.
3. Social responsibility. tanggung jawab ke tiga
yang harus dijalankan perusahaan adalah tanggung-jawab sosial perusahaan.
Kotler dan Lee (2005) memberi penekanan pada komitmen perusahaan secara suka
rela untuk turut meningkatkan kesejahteraan komunitas dan bukan merupakan
aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum dan perundangan seperti kewajiban
membayar pajak, atau kepatuhan terhadap perundangan ketenaga-kerjaan.
Bila dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, etika bisnis merupakan
penerapan tanggung-jawab sosial
suatu bisnis yang timbul dalam perusahaan itu sendiri. Etika pergaulan bisnis
dapat meliputi beberapa hal antara lain:
· Hubungan antara bisnis dengan konsumen/ pelanggan.
Hubungan antara bisnis dengan pelanggan merupakan hubungan yang banyak dilakukan. Oleh karena itu pebisnis harus menjaga etika pergaulannya secara baik. Beberapa contoh pergaulannya dengan pelanggan/konsumen antara lain pemberian servis purna jual misalnya memberi garansi pada pemakaian produk selama jangka waktu tertentu.
· Hubungan Manajer dengan karyawan.
Manajer adalah salah satu kunci apakah perusahaan akan bertindak etis atau tidak. Sebagai pembuat keputusan utama, manajer memiliki kesempatan lebih besar bila dibandingkan dengan yang lain untuk memulai upaya etis perusahaannya. Hubungan yang etis dengan karyawan antara lain meliputi hal-hal: penetapan tarif upah sesuai aturan; pemberian insentif/bonus bagi karyawan yang berprstasi; perhatian pada kesejahteraan dan kesehatan; pemutusan hubungan kerja (PHK) harus didasari alasan yang jelas; pelatihan kerja untuk peningkatan keterampilan; promosi jabatan dan lain sebagainya.
· Hubungan antar pebisnis.
Hubungan antara perusahaan satu dengan lainnya dapat terjadi misalnya antara peusahaan dengan para pesaing, dengan penyalur, dengan grosir, dengan distributor, dengan pemasok bahan dan lainnya. Dalam menjalin hubungan dengan pihak-pihak tersebut tidak jarang terjadi benturan-benturan kepentingan. Untuk menghindari perselisihan yang memuncak, makatindakan yang etis merupakan kunci keberhasilannya, yaitu harus jujur, janji harus ditepati, dan saling menguntungkan.
· Hubungan dengan Investor.
Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau sudah “go publik” harus selalu memberi informasi secara lengkap, benar, dan dapat dipertanggung-jawabkan mengenai kondisi dan prospek perusahaannya. Informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan para investor ketika mengambil keputusan untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Jangan sampai terjadi manipulasi data perusahaan atau pemberian informasi yang tidak jujur demi kepentingan sepihak. Untuk itu maka pemerintah membentuk BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal) sebagai kepanjangan tangan pemerintah untuk mengatasi masalah ini.
· Hubungan dengan pemerintah.
Hubungan perusahaan dengan pihak pemerintah, biasanya terkait dengan urusan pembayaran pajak (Dinas Pajak); urusan ketenaga-kerjaan (Depnaker); urusan perijinan (Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian) dan lain-lain. Untuk itu maka perusahaan harus memberikan laporan yang benar sehingga tidak terjadi kecenderungan ke arah yang merugikan pemerintah dan masyarakat pada umumnya.
C. Pendidikan
Etika Bisnis Penting Bagi Masyarakat
Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/ rambu-rambu) menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras dan serasi. Dengan beretika dalam bisnis maka akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Dampak nyata akibat ketidak-pedulian pebisnis terhadap etika bisnis adalah kerusakan lingkungan hidup ; kebiasaan pemberian suap yang semakin serius dan merusak tatanan sosial budaya masyarakat; penipuan/ pemalsuan; dan pencurian idea-idea/ pembajakan produk. Jika ini berlanjut, bagaimana mungkin investor asing tertarik menanamkan modalnya di negeri kita? Situasi ini menimbulkan pertanyaan
Beberapa
kendala sering dihadapi dalam menumbuh-kembangkan etika bisnis di dunia
pendidikan.
· Kekeliruan persepsi masyarakat bahwa etika bisnis hanya perlu diajarkan kepada mahasiswa program manajemen dan bisnis karena pendidikan program ini bertujuan mencetak lulusan sebagai calon-calon pengusaha profesional .
· Nilai -nilai moral dan etika dalam berperilaku bisnis akan lebih efektif diajarkan pada saat usia emas (golden age) anak, yaitu usia 4–6 tahun. Karena itu, pembelajaran harus bersifat tematik.
· Orang tua beranggapan bahwa adalah suatu hal yang tidak mungkin mengajarkan anak di rumah tentang etika bisnis karena mereka bukan pengusaha. Pandangan sempit ini dilandasi pemahaman bahwa etika bisnis adalah urusan pengusaha. Padahal, sebenarnya penegakan etika bisnis juga menjadi tanggung jawab konsumen.
· Selain melalui jalur formal (Sekolah) dan informal (keluarga), pendidikan etika bisnis seharusnya juga dilaksanakan oleh manajemen perusahaan, sebagai pihak yang paling bertanggung-jawab terjadinya pelanggaranpelanggaran etika bisnis di masyarakat.
Dengan
demikian untuk mempersiapkan pengembangan diri dan kesadaran berbisnis yang
etis, maka masyarakat perlu diberi pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan dan pelatihan.
D. Kegiatan Bisnis Harus Beretika
Dalam
hubungannya dengan masyarakat, diharapkan pebisnis mengutamakan performance
etika tingkat tinggi dan social responsibility. Perusahaan dan pekerja yang
gagal memenuhi keinginan / permintaan publik akan jadi sorotan, dikritis dan
dihukum. Berdasarkan dimensi etika bisnis, perusahaan sabagai agen moral harus
menerapkan perilaku etis dalam melaksanakan bisnisnya. Mengapa bisnis harus
etis? Menurut Post et all (2002) setidaknya ada tujuh alasan mengapa perusahaan
menjalankan bisnis secara etis, yaitu :
· Meningkatnya harapan publik agar perusahaan menjalankan bisnisnya secara etis. Perusahaan yang tidak berhasil dalam menjalankan bisnisnya secara etis akan mendapat sorotan, kritik, bahkan hukuman.
· Agar prusahaan tidak melakukan berbagai tindakan yang membahayakan stakeholder lainnya.
· Penerapan etika bisnis perusahaan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini dapat dicapai melalui terjadinya penurunan resiko korupsi, manipulasi, penggelapan,dan berbagai bentuk perilaku tidak etis lainnya.
· Penerapan etika bisnis seperti kejujuran, menepati janji, dan menolak suap dapat meningkatkan kualitas hubungan bisnis di antara dua pihak yang melakukan hubungan bisnis.
· Agar perusahaan terhindar dari penyalah-gunaan yang dilakukan karyawan maupun kompetitor yang bertindak tidak etis.
· Penerapan etika perusahaan secara baik di dalam suatu perusahaan dapat menghindarkan terjadinya pelanggaran hak-hak pekerja oleh pemberi kerja(employers).
· Mencegah agar perusahaan (yang diwakili para pemimpinnya) tidak mendapatkan sangsi hukum yang disebabkan menjalankan bisnis secara tidak etis.
Dalam
menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk memperhatikan
beberapa hal sebagi berikut:
· Pengendalian diri
· Pengembangan tanggung-jawab sosial
· Mempertahankan jati diri
· Menciptakan persaingan yang sehat
· Menerapkan konsep pembangunan Berkelanjutan
· Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
· Mampu menyatakan yang benar itu benar
· Menumbuhkan sikap saling percaya antar para pengusaha
· Konsekuen dan konsisten dengan aturan main bersama
· Memelihara kesepakatan
· Menuangkan ke dalam hukum positif.
Dengan demikian dalam menjalankan kegiatan bisnis, harus disertai penerapan nilai-nilai etis sehingga mendatangkan manfaat bagi pebisnis itu sendiri dan di sisi lain sangat tidak merugikan kepentingan stakeholder (para pemangku kepentingan) seperti konsumen, kreditor, lembaga keuangan, supplier, dan pemerintah
E. Kehidupan Yang Ramah Lingkungan
Untuk dapat
menjamin proses pembangunan yang berkelanjutan, maka perlu diperhatikan
beberapa faktor determinannya. Faktor-faktor itu adalah pertumbuhan penduduk, kegiatan
dan ekspansi industri, kebutuhan bahan-bahan konsumsi, polusi, serta sumber
daya dukung lingkungan. Pembangunan berkelanjutan pada dasarnya merupakan
reaksi dan koreksi terhadap konsepsi pembangunan konvensional yang beranggapan
bahwa alam memiliki kemampuan tak terbatas dalam penyediaan ecological
endowments (sebagai ruang tempat kehidupan, tempat pembuangan limbah, fungsi
rekresi dan estetika, dsb.).
Beberapa
tantangan tersebut menurut Post,et al (2002) adalah:
1. Tantangan ekologi : masalah timbul ketika
manusia mencoba untuk memaksimalkan keinginan individunya hanya untuk sementara
waktu dan tidak berpikir untuk jangka panjang.
2. Salah satu penyebab utama kerusakan lingkungan
yaitu ledakan penduduk, karena setiap manusia hidup pasti akan menambah polusi
air, tanah, dan udara.
3. Penyebab penting lainnya terhadap kerusakan
lingkungan adalah kemiskinan dan ketidak-samaan kondisi antara negara miskin
dengan negara maju dan angka kemiskinan di dunia masih sangat tinggi.
4.
Kemiskinan menyebabkan: manusia berbuat apa saja
untuk dapat bertahan hidup, termasuk merusak lingkungan hanya untuk makan,
istirahat, minum atau bahkan mencari uang .
5. Industrialisasi: Sejauh ini industrialisasi telah berdampak baik bagi pengentasan kemiskinan dan memperlambat pertumbuhan penduduk namun dengan industrialisasi ada masalah baru yaitu munculnya polusi yang ditimbulkan industri-industri berupa polusi yang tak dapat dikendalikan dengan baik, sehingga malah merusak lingkungan.
I. III Kesimpulan
1. Etika bisnis adalah aplikasi dari pemikiran
etika secara umum dalam perilaku bisnis dan mempunyai makna yang terfokus pada
nilai-nilai dan norma-norma moral dalam kegiatan ekonomi dan bisnis.
2. Dalam kehidupan sehari-hari semua orang terlibat dalam kegiatan bisnis. Maka nilai-nilai etika bisnis perlu ditanamkan sedini mungkin, baik malalui jalur formal, non formal, maupun informal.
3. Kehidupan yang bersikap ramah terhadap
lingkungan misalnya mengeksploitasi alam sesuai dengan batas-batas kewajaran;
menghemat penggunaan energi.
4. Kehidupan yang bersikap ramah terhadap
lingkungan misalnya mengeksploitasi alam sesuai dengan batas-batas kewajaran;
menghemat penggunaan energi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kozio.com/pengertian-pendidikan/
https://aangsurya.wordpress.com/2015/10/19/definisi-etika-dan-bisnis-sebagai-sebuah-profesi/
http://repository.um-surabaya.ac.id/3543/1/Pendidikan_Etika_Bisnis_untuk_Meningkatkan_Kesadaran.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar