Muhammad
Fahrul Prasetio (41123010075)
Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Sipil.
Universitas Mercu Buana
ABSTRAK
Tahap Define dalam proses Design Thinking sangat penting karena menentukan arah dan fokus solusi yang akan dihasilkan. Pada tahap ini, permasalahan yang dihadapi pengguna dirumuskan secara jelas berdasarkan data dan wawasan yang diperoleh pada tahap Empathize. Definisi masalah yang tepat memungkinkan tim untuk memahami kebutuhan pengguna dengan lebih mendalam, mengidentifikasi peluang inovasi, dan merancang solusi yang relevan. Selain itu, tahap ini memastikan kolaborasi tim berjalan efektif dengan menyatukan persepsi terhadap masalah yang akan diselesaikan. Dengan begitu, solusi yang dihasilkan lebih terarah dan dapat memecahkan masalah inti secara efektif.
Kata Kunci: Design Thinking, tahap Define, inovasi, solusi, perumusan masalah, pengguna.
PENDAHULUAN
Design Thinking merupakan pendekatan iteratif untuk memecahkan masalah yang berfokus pada pemahaman mendalam tentang kebutuhan pengguna. Pendekatan ini banyak digunakan dalam berbagai industri, mulai dari teknologi, pendidikan, hingga bisnis, untuk menciptakan solusi inovatif yang relevan dan efektif. Proses Design Thinking terdiri dari lima tahap utama: Empathize, Define, Ideate, Prototype, dan Test. Masing-masing tahap memiliki peran penting dalam memastikan solusi yang dihasilkan benar-benar menjawab permasalahan yang dihadapi pengguna. Tahap Define, sebagai salah satu tahap awal, memiliki peran penting dalam memastikan keberhasilan seluruh proses. Pada tahap ini, tim desain merumuskan masalah utama yang perlu diselesaikan berdasarkan wawasan yang diperoleh dari tahap Empathize, di mana interaksi dengan pengguna dilakukan secara mendalam. Dengan memahami masalah secara jelas dan terarah, tim dapat mengidentifikasi akar permasalahan dan menyusun kerangka berpikir yang lebih fokus untuk menghasilkan solusi yang inovatif.
PERMASALAHAN
1. Ketidakmampuan untuk mendefinisikan masalah dengan tepat pada tahap Define : Banyak tim desain terburu-buru melompat ke solusi tanpa memahami secara mendalam inti dari permasalahan yang sebenarnya dialami oleh pengguna.
2. Adanya
kecenderungan untuk merumuskan masalah secara terlalu luas
atau terlalu sempit : Jika masalah didefinisikan terlalu luas, tim desain akan kesulitan menentukan fokus pengembangan solusi, yang berisiko menghasilkan ide yang tidak spesifik atau terlalu umum.
PEMBAHASAN
keberhasilan tahap Define akan berdampak langsung pada kualitas dan relevansi solusi yang dihasilkan. Dengan mendefinisikan masalah secara jelas, berfokus pada pengguna, dan menggali akar masalah, tim desain dapat menciptakan solusi yang tidak hanya inovatif, tetapi juga efektif dalam menyelesaikan permasalahan yang sebenarnya. Tahap ini menjadi pondasi yang kuat bagi seluruh proses Design Thinking untuk menciptakan solusi yang berdampak positif bagi pengguna.
KESIMPULAN
Tahap Define dalam proses Design Thinking memegang peranan yang sangat vital dalam memastikan keberhasilan pengembangan solusi yang inovatif dan relevan. Dengan merumuskan masalah secara jelas dan terfokus, tim desain dapat memahami kebutuhan pengguna secara mendalam, menggali akar permasalahan, dan menciptakan ruang untuk inovasi. Keberhasilan tahap ini berkontribusi langsung pada efektivitas solusi yang dihasilkan, serta meminimalkan risiko pengembangan solusi yang tidak sesuai dengan harapan pengguna. Oleh karena itu, tahap Define tidak hanya menjadi langkah awal, tetapi juga fondasi penting yang mengarahkan seluruh proses Design Thinking.
DAFTAR PUUSTAKA
1. Kimbell,
L. (2011). Rethinking Design Thinking: Understanding How Design Activism Can
Inform Design Thinking. Design Studies, 32(2), 118-135. https://doi.org/10.1016/j.destud.2010.07.002
2. Liedtka,
J. (2011). Teaching Design Thinking Skills to Business Students. Journal of
Management Education, 35(5), 712-730. https://doi.org/10.1177/1052562910391308
3. Carlgren,
L., Rauth, I., & Elmquist, M. (2016). Framing Design Thinking: The Concept
in Idea and Enactment. Creativity and Innovation Management, 25(1), 1-24. https://doi.org/10.1111/caim.12168
Tidak ada komentar:
Posting Komentar