Oleh: Dalilah
Hasna Husniah
AB18-Dalilah
KULIAH SAMBIL
BISNIS, WHY NOT?
Menyelesaikan
kuliah sambil menjalankan bisnis dapat menjadi langkah yang menarik dan
berpotensi memberikan keuntungan jangka panjang. Manfaat dari menggabungkan pendidikan
formal dengan pengembangan bisnis. Dengan kuliah sambil bisnis, mahasiswa dapat
memperoleh pengetahuan teoritis yang solid sekaligus mempraktikkan
konsep-konsep tersebut dalam konteks nyata. Ini memberikan kesempatan unik
untuk mengasah keterampilan manajemen, kepemimpinan, dan kewirausahaan sejak
dini.
Ada beberapa
kisah sukses dari para pengusaha muda yang telah berhasil menjalankan bisnis
mereka sambil menyelesaikan pendidikan tinggi. Mereka akan berbagi pengalaman
mereka, tantangan yang dihadapi, dan bagaimana mereka berhasil mengatasi
hambatan tersebut. Berikut penjelasannya:
1.
Growbox oleh Annisa dan tim
Annisa, dan
timnya menciptakan Growbox, yaitu sebuah konsep jamur yang dapat ditumbuhkan
sendiri dengan tujuan mengedukasi masyarakat tentang asal makanan mereka. Bahan-bahan
dalam pembuatan growbox meliputi recycle serbuk kayu, limbah kayu, kapur, dan
bibit jamur. Growbox juga dapat didesain sesuai keinginan pelanggan dan bahkan
dibuat versi "growbox in jar" untuk souvenir pernikahan. Panen jamur
dari growbox dapat dilakukan dalam waktu 2-4 minggu dan jamur yang tersedia
meliputi jamur tiram putih, kuning, pink, dan blue oyster. Pemasaran growbox mencakup seluruh
Indonesia dan juga mendapatkan antusiasme dari luar negeri. Growbox memiliki
berbagai khasiat untuk kesehatan, seperti menurunkan kadar gula darah,
mengurangi nyeri sendi, dan memiliki efek antioksidan. Perawatan jamur di
growbox cukup mudah, dan hasil panen berkisar 150-200 gram, yang dapat diolah
menjadi berbagai masakan. Growbox memiliki toko fisik di Bandung dan Jakarta,
serta tersedia secara online melalui website resmi. Selain itu, growbox juga
digunakan sebagai sarana pendidikan di sekolah dengan menyediakan modul
edukasi.
2.
Cueva
oleh Abdul dan tim
Abdul, dan timnya menciptakan pengeras suara
kayu portabel bernama Cueva. Mereka ingin menggantikan cara tradisional orang
mendengarkan musik dengan produk yang inovatif dan ramah lingkungan. Speaker
kayu ini menggunakan bahan sungkai dari Sumatera dan sonokeling dari Jawa
Tengah. Speaker ini dibuat secara manual dengan proses
produksi selama 3 minggu, menghasilkan 20-25 unit. Speaker Cueva tidak
menggunakan listrik, melainkan bekerja dengan memasukkan handphone ke dalam
pengeras suara untuk secara otomatis memperkuat suara. Produk ini ditujukan
untuk mahasiswa dan pekerja kantoran yang sering berada di dalam kamar. Cueva
memiliki website untuk memesan produk dan toko fisik di Bandung dan Jakarta.
Selain itu, Cueva juga memiliki fokus pada kepedulian lingkungan dengan menanam
satu pohon untuk setiap produk yang dibeli.
3.
Tonik oleh Lia
Lia menjalankan
bisnis aksesoris unik dengan fokus pada bazar dan toko tetap. Produk-produknya
termasuk pin, sepatu, baju, dan tas lukis. Lia memulai bisnis ini untuk
membantu ibunya dan berhasil memperluas bisnisnya dari aksesoris menjadi
pakaian. Keistimewaan bisnis Lia adalah produknya memiliki ciri khas yang unik
dan tidak terbatas pada gender. Awalnya bisnis Lia berfokus pada aksesoris dan
kemudian berkembang menjadi bisnis pakaian. Lia memiliki toko tetap dan
berpartisipasi dalam bazar mingguan di Cilandak Town Square. Karyawan yang
bekerja untuk Lia berasal dari lulusan SMP atau anak-anak yang putus sekolah.
Lia menghadapi kesulitan dalam mengatur waktu antara kuliah dan bisnis, bahkan
tidur pun menjadi terganggu. Lia meyakini bahwa dalam dunia ini, kemungkinan
untuk menciptakan produk yang serupa pasti ada, dan sebagai seorang
wirausahawan, kita harus terus melakukan yang terbaik. Setiap produk memiliki
keunikan tersendiri dan biarkan pasar yang menilai apakah produk yang kita jual
layak bersaing atau tidak.
4.
Bisnis batik oleh Dea
Dea
mengembangkan bisnis menjual batik dengan desain modern dan kualitas yang
bagus. Dea menjalankan bisnis fokus pada penjualan baju batik dengan
menggabungkan desain modern dan kualitas batik yang bagus. Awalnya, Dea mulai
berjualan kain batik lawasan yang dikombinasikan dengan jenis kain lainnya,
seperti denim. Target pasar bisnis ini adalah wanita dan ibu rumah tangga,
dengan mayoritas di Jakarta dan sebagian lainnya di Indonesia dan luar negeri.
Harga baju batik Dea berkisar antara Rp 225.000 hingga Rp 1.400.000 dengan
kualitas yang terjangkau. Dea memiliki karyawan yang spesial, seperti lulusan
dari Lembaga Pendidikan Anak Tuna Runggu dan Revitize Rehabilitation Center,
yang mungkin memiliki beberapa keterbatasan fisik. Dea bekerja sama dengan
lembaga pendidikan dan pusat rehabilitasi untuk memberikan peluang kerja kepada
orang-orang spesial tersebut. Bisnis Dea telah mencapai pasar lokal dan
internasional.
Kesimpulannya,
keempat narasumber tersebut merupakan pengusaha muda yang berinovasi dalam
bidang bisnis mereka masing-masing. Mereka memanfaatkan kesempatan dan
menciptakan produk yang unik serta bernilai tambah, mengikuti tren pasar, dan
menjalankan bisnis dengan perhatian terhadap lingkungan dan pemberdayaan
karyawan.
Melakukan bisnis
sambil kuliah memungkinkan seseorang untuk mengembangkan berbagai keterampilan,
termasuk manajemen waktu, kepemimpinan, kerja tim, komunikasi, dan keterampilan
bisnis yang praktis. Hal ini dapat memberikan keuntungan jangka panjang dalam
karier dan kehidupan sehari-hari. Namun, perlu diperhatikan bahwa menjalankan
bisnis sambil kuliah juga memiliki tantangan tersendiri, seperti manajemen
waktu yang ketat, kesulitan menjaga keseimbangan antara kuliah dan bisnis,
serta risiko mengalami kelelahan atau kelebihan beban. Penting untuk
merencanakan dengan baik, mengatur prioritas, dan memiliki keterampilan
manajemen yang baik untuk sukses dalam menjalankan bisnis sambil kuliah.
Referensi
Opera Sabun. (2014,
Mei 18). “Kick Andy 16 Mei 2014: Kuliah Sambil Bisnis, Why Not? - Kick Andy
2014 Full Terbaru”. [Video]. YouTube, https://www.youtube.com/watch?v=RHQpd6JGrJw, diakses pada tanggal 30 Mei 2023
pukul 19.25.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar