Integritas
Dalam Bisnis
Aktivitas
bisnis adalah tentang pengambilan keputusan. Tidak ada yang dapat dilakukan di
dalam suatu kegiatan bisnis tanpa melakukan pengambilan keputusan yang
bentangnya sangat lebar, dari yang sifatnya mayor hingga minor, dari yang
berkaitan murni keuntungan bisnis hingga berkaitan dengan moral.
Konseptualisasi
Integritas
Di
dalam teori kepemimpinan integritas juga dipakai untuk menggambarkan kemampuan
seseorang menerjemahkan perkataannya ke dalam tindakan nyata (McShane & Von Glinow, 2003). Dalam integrasi
harus diterjemahkan apakah konteksnya mengacu pada nilai-nilai yang dipegang
oleh diri sendiri masyarakat, atau organisasi di mana seseorang berada. Hal ini
menjadikan integritas suatu hal yang relatif tergantung pada lingkup peran
seseorang.
Integritas
juga telah didefinisikan dengan menekankan konsistensi moral, keutuhan pribadi,
atau kejujuran (Mathis & Jackson, 2006). Di
dalam seleksi karyawan dalam integrasi bisnis, tes terhadap integrasi dilakukan
dengan mengukur beberapa variabel yang di antaranya adalah kejujuran dan
penalaran moral (Berry et al., 2007).
Integritas
Sebagai Bentuk Loyalitas
Dalam
etika objektivisme, integritas diartikan sebagai loyalitas terhadap
prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang rasional (Peikoff, 1982). Konsepsi
objektivisme terhadap integritas adalah bahwa integritas adalah sebuah bentuk
loyalitas, yaitu keteguhan hati seseorang untuk memegang prinsip dan nilai
moral universal. Prinsip moral adalah norma, yaitu aturan moral yang
menganjurkan atau melarang seseorang untuk berbuat sesuatu.
Integritas
dan Perilaku Etis
Integritas
di dalam kajian perilaku organisasi, kepemimpinan, dan lainnya secara esensial
menyandingkan integritas dengan kejujuran. Kejujuran adalah pengakuan atas
kenyataan bahwa seseorang tidak dapat memalsukan eksistensi dan integritas
adalah pengakuan tentang fakta bahwa seseorang tidak dapat memalsukan fakta-fakta
yang berhubungan dengan prinsip atau nilai yang dipegang seseorang (Becker, 1998).
Agar
dapat membentuk suatu integritas moral, tindakan jujur haruslah didasari oleh
prinsip moral kejujuran. Prinsip moral untuk bertindak jujur ini sendiri
haruslah merupakan turunan dari nilai kejujuran, yang adalah nilai moral
universal, dan bukan dari nilai lainnya seperti pada tahap perkembangan moral
pre-conventional ataupun conventional.
References:
Becker, T. E. (1998). Integrity in organizations:
Beyond honesty and conscientiousness. Academy of Management Review, 23(1),
154–161.
Berry, C. M., Sackett, P. R., & Wiemann, S. (2007). A
review of recent developments in integrity test research. Personnel
Psychology, 60(2), 271–301.
Mathis, R. L., & Jackson, J. H. (2006). Human resource
management: Manajemen sumber daya manusia. Terjemahan Dian Angelia. Jakarta:
Salemba Empat.
McShane, S. L., & Von Glinow, M. A. (2003). Organizational
Behaviour, International Edition. McGraw-Hill Education, New York.
Peikoff, L. (1982). Objectivism: The Philosophy of Ayn Rand.
New York: Meridian, 1993. The Philosophy of Education, CD Lecture Series.
Irivine, CA: The Ayn.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar