Oleh : Rizky Dana Wahyu Putra
(@T09-Dana)
Pelaku
usaha di tuntut untuk memiliki kemampuan menerima
sebuah informasi dan juga diimbangi
dengan kemampuan untuk menelusur dan
mengidentifikasi informasi yang diterima
terutama dalam bentuk digital atau yang disebut dengan kemampuan literasi digital.
Latar
Belakang
Sebagai pelaku usaha di tuntut untuk mampu dalam memahami
dan mengevaluasi sebuah informasi yang mereka terima.
Kemampuan menerima sebuah
informasi tersebut tentunya
juga diimbangi dengan
kemampuan untuk menelusur dan mengidentifikasi informasi
yang diterima terutama
dalam bentuk digital
atau yang disebut
dengan kemampuan literasi
digital. Dimana literasi digital
sebagai kemampuan untuk memahami informasi, dan yang lebih penting untuk mengevaluasi dan mengintegrasikan informasi dalam berbagai format yang
dapat diberikan oleh komputer dalam
Gilster. Literasi digital dan Update juga bisa disebut penggunaan internet sebagai rujukan
pertama untuk mencari
informasi serta dapat pula dikatakan
sebagai kemampuan seseorang untuk menggunakan internet sebagai media dalam mencari
sebuah informasi. Untuk itu, pelaku
usaha khususnya usaha skala kecil memiliki
kemampuan berliterasi digital
sebagai tujuan untuk
mengembangkan usaha serta mengembangkan perekenomian masyarakat pada pelaku usaha.
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara berkembang mengingat
jumlah penduduknya yang relatif banyak. Hal ini tentu berdampak pada kondisi
ekonomi dan sosial yang belum merata kesejahteraannya. Masalah yang umumnya
dihadapi oleh negara berkembang seperti Indonesia adalah tingginya tingkat
kemiskinan dan pengangguran, rendahnya tingkat kesejahteraan dan pendidikan,
mahalnya harga pangan dan kesehatan, dan sebagainya. Cara untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut diperlukanperan kewirausahaan dalam perekonomian
Indonesia adalah. Dapat diketahui peran wirausaha dalam perekonomian
Indonesia adalah sangat diperlukan untuk menciptakan bisnis baru agar dapat
membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Contoh pada Kota Surabaya
memiliki program Pahlawan Ekonomi, yaitu
pemerintah Surabaya mencoba fokus
pada program yang mendorong pengembangan kualitas
ekonomi kerakyatan, khususnya
bagi pelaku usaha di Kota Surabaya. Dimana
pada progam pahlawan
ekonomi sebagai program
pemberdayaan berupa
pendampingan dan pelatihan usaha
untuk perkembangan usaha di skala
kecil hingga menengah. Maka dari itu
juga di perlukan penerapan literasi digital
yang harus gencar-
gencarnya di lakukan
untuk mendorong program
tersebut, yang dimana kemampuan literasi digital di Surabaya masih di fokuskan kepada kompetensi teknis menggunakan internet.
Banyak lembaga yang mengajarkan pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang hanya berfokus
pada keterampilan teknis dalam mengoperasikan perangkat komputer dan internet. Pelaku usaha sangat membutuhkan pelatihan
khusus untuk mengembangkan usaha. Misalnya, memberi materi terkait manfaat,
keuntungan dan kemudahan
untuk melakukan jual beli online,
mempraktekkan bagaimana cara untuk
menjual barang di marketplace atau online, dan alur untuk menjual barang
secara online. Selain itu para pelaku usaha juga dapat menelusur
informasi untuk mencari
trend apa yang sekarang
lagi berkembang kemudian bisa di terapkan
dalam usahanya.
Pembahasan
A.
Pengertian
Menurut Gilster
(1997) literasi digital di
jelaskan bagaimana seseorang dapat memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai formast yang digunakan. Gilster juga mengungkapkan bahwa literasi digital tidak hanya sebagai
kemampuan untuk membaca
dan menulis, melainkan
kemampuan seseorang untuk dapat memahami
berbagai makna dan mengerti atas bacaan
tersebut. Literasi digital telah mencangkup kepada perluasan ide- ide
dalam mengakses informasiyang terdapat dalam format, bukan lagi penekanan
terhadap pemahaman tombol. Sehingga dapat di simpulkan bahawa
Glister menekanakan lebih kepada proses untuk berpikir
kritis terhadap temuan dalam media
digital, serta menekankan pada evaluasi yang kritis terhadap
informasi apapun yang di temukan
melalui media digital
di banding dengan
kemampuan teknis yang di perlukan untuk mengakses media
digital tersebut. Ada empat kompetensi inti yang harus di miliki seseorang wirausaha sehingga dapat di
katakan memiliki kemampuan literasi
digital yaitu antara lain : aspek pencarian di internet (Internet
searching), hypertext
navigation, aspek evaluasi konten informasi
(content evaluation) serta aspek penyusunan pengetahuan (knowledge assembly). Secara lebih rinci ke empat
kompetensi tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1.
Pencarian di internet (Internet
searching)
Gilster (1997) menjelaskan sebagai
kemampuan dalam melakukan aktivitas menggunakan internet
yang mencangkup beberapa
komponen kompetensi yaitu
kemampuan untuk melakukan pencarian
informasi di internet dengan menggunakan search engine,
serta melakukan aktuvitas di dalamnya. Adapun aktivitas yang dapat dilakukan di internet.
2. Hypertext Navigation
Hypertext navigation adalah suatu keterampilan untuk membaca serta pemahaman
secara dinamis terhadap hypertext. Sehingga seseorang dituntut
untuk memahami navigasi
(pandu arah) suatu hypertext dalam web browser yang tentunya sangat
berbeda dengan teks yang dijumpai dalam buku teks.
3.
Evaluasi konten informasi
(content evaluation)
Gilster (1997) kompetensi tersebut
dijelaskan sebagai kemampuan
seseorang untuk berpikir
kritis dan memberikan penilaian terhadap apa yang di temukan secara online di sertai dengan kemampuan untuk mengindentifikasi keabsahan
dan kelengkapan informasi
yang di referensikan oleh link hypertext.
B. Dampak Kemampuan
Literasi Digital Terhadap Keuntungan Usaha
Konsep laba berfungsi sebagai
panduan dalam proses pembuatan
laporan keuangan dan dapat mempengaruhi dalam pengambilan
keputusan. Sebagai salah satu elemen
akuntansi, laba digunakan sebagai
informasi yang dibutuhkan oleh para pengguna
laporan keuangan. Oleh karena itu, konsep laba harus dipahami
sebagai suatu Bahasa yang dapat dikomunikasikan kepada para
pengguna.
Dari penjabaran mengenai keuntungan usaha dapat diketahui
bahwa keuntungan usaha yang didapat
bisa dikatakan positif.
Dimana dalam keuntungan usaha yang didapat
oleh pelaku usaha mayoritas sejumlah
< 50.000.000 yang diperoleh pelaku usaha skala kecil
di Kota Surabaya. Hal tersebut sesuai dengan teori keuntungan usaha yang bahwa selisih pendapatan berhubungan dengan kegiatan usaha yang dilakukan (Soemarso
S.R, 2009). Dan Houston (2006) mengatakan
suatu perubahan ekuitas dalam satu periode setelah
disesuaikan dengan modal dan distribusi modal yang melebihi
investasi modal awal.
C.
Pelaku usaha mikro di Era Globalisasi
Era
globalisasi ekonomi yang disertai dengan perkembangan pesat teknologi, telah
memberi kesan kepada persaingan yang sangat hebat di kalangan pelaku Usaha
Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) mengakibatkan perubahan ekonomi yang sangat
pesat. Selain itu, penjualan produk juga harus menerima kenyataan akan
perkembangan teknologi yang cendrung akan berdampak pada margin keuntungan.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia bisa dibilang bertumbuh
sangat pesat. Di tahun 2017, jumlah UMKM di Indonesia telah mencapai 59,2 juta.
Untuk saat ini UMKM yang sudah memanfaatkan platform online dalam memasarkan
produknya mencapai 3,79 juta. Jumlah ini berkisar 8 persen dari total pelaku
UMKM yang ada di Indonesia. Pemerintah yaitu Kementerian Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (Kemenkop UMKM) dan Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kemkominfo) ingin menumbuhkan jumlah pelaku UMKM yang menggunakan
platformonline dengan membuat program bertajuk 8 juta UMKM Go Online. 8 Lewat
kerja sama ini, pemerintah berharap dapat mempercepat transformasi UMKM di
Indonesia menuju digital. Dengan kebijakan pemerintah, UMKM memiliki potensi
tumbuh dan berkembang, memiliki pasar yang jauh lebih besar mencapai
Internasional. Indonesia segera menghadapi era bonus demografi di tahun
2020-2035, akan menimbulkan dampak persaingan yang ketat. Jika, tidakada
dukungan pemangku kebijakan, UMKM akan kalah bersaing dengan pesaing dari luar
Indonesia.
Kesimpulan
Terdapat
empat aspek dalam mengetahui gambaran
komptensi literasi digital
yaitu aspek pencarian di internet,
aspek hypertext navigation, aspek evaluasi konten informasi, dan aspek penyusunan pengetahuan (Gilster, 1997). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek pencarian di internet pada pelaku usaha skala kecil tergolong
tinggi. Hasil data kemampuan mengelola email dengan kategori
sangat mampu untuk membuat, mengirim,
dan menerima email dengan persentase 34,6 %, kemampuan responden menggunakan
internet untuk mencari informasi terkait
usaha dengan persentase 62,5 %, pemahaman
terkait kata kunci yang digunakan untuk mencari informasi yang dibutuhkan
kategori paham dengan persentase 39,4 %, pemahaman situs- situs yang berkaitan dengan bidang usaha kategori paham dengan persentase 51,0 %, kemampuan
pemasaran dengan media online kategori
cukup mampu dengan persentase 40,4 %, intensitas pemanfaatan multimedia melalui
internet kategori jarang dengan persentase 45,2 %.
Referensi
Gilster. 1997. Digital Literacy. New York : Wiley
Jurnal
NIA, FIS IIP Zah K
Dinas Koperasi
Usaha Kecil dan Menengah provinsi
Jawa Timur. 2017. http://diskopukm.jatimprov.go.i d/
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/14756-Full_Text.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar