EFEKTIVITAS PENGEMBANGAN POTENSI DIRI DAN ORIENTASI WIRAUSAHA DALAM MENINGKATKAN SIKAP WIRAUSAHA
Oleh : Andi Apriansah Polii (@U33-ANDI)
Pendahuluan
Kewirausahaan merupakan salah satu penopang pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Perannya begitu sentral bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Salah satu upaya pemerintah untuk menumbuh- kembangkan jumlah pewirausaha, dilaku- kan sejak bangku sekolah. Penyempurna- an kurikulum pendidikan dengan dike- luarkannya Kurikulum 2013, yaitu dengan adanya Pendidikan Prakarya dan Kewira- usahaan yang diwajibkan sebagai penera- pan kurikulum baru tersebut di level se- tingkat SMA, membawa misi bahwa se- yogyanya generasi muda Indonesia memi- liki keterampilan dan mampu untuk man- diri dengan jiwawirausaha.
Mata pelajaran kewirausahaan bukan- lah hal yang baru bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK didirikan sebagai lembaga pendidikan yang bertanggung jawab untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan keahlian dalam bidang tertentu. Berdasarkan keahlian tersebut, lulusan diharapkan dapat menempati pe- kerjaan yang sesuai dengan bidang keahli- an dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja. Namun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013), jumlah lulusan SMK yang berwirausaha hanya sekitar 3% dari jumlah keseluruhan lulusannya. Sebagian besar (72%)memu- tuskan untuk berkecimpung di dunia industri.Datainitentu saja bukanlah data yang menggembirakan karena tidak sesuai dengan tujuan semula dalam mencetak wirausahawan muda. Siswa SMK berada pada tahap perkembangan remaja. Salah satu tugas perkembangan remaja adalah menyiap- kan karir dan masa depannya (Hurlock, 2002). Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh Super dan Crites (1965), siswa SMK Kelas XII berada pada tahap eksplorasi periode kristalisasi. Pada masa ini remaja mulai mengidentifikasi- kan kesempatan dan tingkat pekerjaan yang sesuai serta mengimplementasikan pilihan karir dengan memilih pendidikan dan pelatihan yang sesuai, untuk akhirnya memilih pekerjaan yang sesuai dengan pilihannya. Pada tahap ini juga, individu berupaya untuk mencari kejelasan atau melakukan klarifikasi tentang apa yang ingin kerjakan. Belajar tentang peluang jenis pekerjaan dan belajar keterampilan yang diperlukan untuk masuk ke pekerjaan yang diminati. Selain itu, mereka mulai merealisasikan kemam- puannya, minat-minat dan nilai yang dimilikinya termasuk salah satunya pada kegiatan berwirausaha.
Seyogyanya upaya pengembangan potensi kewirausahaan yang memang
memiliki nilai besar bagi upaya perbaikan generasi di masa yang akan datang tidak hanya berupa mata pelajaran, namun menumbuhkan mental kewirausahaan pada siswa. Melalui motivasi otonom dalam mempelajari pengetahuan dasar, teknik, dan keterampilan dalam mengelo- la kemampuan wirausaha tersebut, maka wirausaha tidak hanya merupakan perilaku untuk kondisi masa kini namun menetap dalam diri individu sebagai modaldalam
pengembangan kemampuan wirausaha individu tersebut kelak.
Havighurst (1972) mengemukakan bahwa dalam memilih pekerjaan, siswa perlu
mengetahui dan memahami potensi yang dimiliki serta pengetahuan tentang dunia kerja yang akan mempengaruhi siswa dalam mengambil keputusan terse- but. Demikian juga dalam pengenalan wirausaha sebagai bidang karir yang dapat digeluti oleh siswa.
Diperlukan upaya eksternal untuk membantu siswa dapat lebih mengenali kemampuan dan kelebihan dirinya serta mengenalkan mental wirausaha agar sis- wa lebih siap untuk melakukan kegiatan wirausaha kelak. Oleh karenanya, peneliti menyusun program intervensi dalam upa- ya meningkatkan potensi kewirausahaan siswa. Intervensi yang dilakukan berupa pelatihan yang berisi simulasi kegiatan yang berkaitan dengan proses pengenalan diri dan orientasi wirausaha. Proses itu akan meliputi perlunya melakukan latihan yang memadai dalam mengenali diri, perlunya menetapkan tujuan yang akan diraih dan memilih strategi yang tepat untuk mencapainya, serta melakukan pertimbangan dan mempertahankan kete- kunan dalam memecahkan persoalan dalam berwirausaha.
Respon siswa pada setiap tahap kegiatan akan diproses melalui aktivitas debrief. Tujuannya adalah untuk mendo- rong siswa menyebutkan penghayatan dari hasil perilakunya. Langkah penelitian yang dilakukan terdiri atas analisis kebu- tuhan, perancangan aktivitas pelatihan, pelaksanaan pelatihan, dan pengukuran hasil pelatihan. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini ingin mengetahui apakah program pelatihan pengenalan diri dan orientasi kewirausahaan dapat mengembangkan sikap terhadap kewira- usahaan pada siswa SMK di Jatinangor Jawa Barat?
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan bentuk applied research yang berupa implemen- tasi program intervensi berupa pelatihan yang digolongkan sebagai experiental learning. Desain penelitian yang diguna- kan dalam penelitian ini berbentuk quasi experiment, yaitu suatu rancangan peneli- tian yang digunakan untuk melihat penga- ruh dari pemberian suatu perlakuan (treatment) terhadap suatu permasalahan. Prosedur penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonrandomized pretest-posttest control group design. Desain ini digunakan untuk melihat peranan pemberian program pelatihan pengembangan potensi kewirausahaan sebagai suatu perlakuan yang diberikan kepada kelompok penelitian. Kelompok eksperimen akan memperoleh perlakuan tersebut. Kelompok kontrol tidak mem- peroleh perlakuan. Penjelasan bagaimana penelitian ini berlangsung dengan meng- gunakan desain ini dapat dilihat pada desain sebagai berikut:
Tabel 1. Rancangan penelitian
Kelompok
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Keterangan :
Prates Perlakuan
Pascates
O1 X O2 O1 - O2
O1 : X : O2 :
Prates dilakukan pengukuran sikap terhadap kewirausahaan Treatment, yaitu pelatihan pengembangan potensi kewirausahaan
Pascates, dilakukan kembali pengukuran sikap terhadap kewirausahaan pada subyek penelitian setelah diberikan treatment
SUbjek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa SMK X di Jatinangor Jawa Barat dari semua jurusan, yaitu teknik otomotif, teknik kendaraan ringan, teknik sepeda motor, dan teknik jaringan komputer. Masing-masing jurusan terwakili sebagai subjek penelitian. Subjek dipilih dengan teknik cluster random sampling. terdiri atas dua kelompok. Kelompok eksperi- men adalah siswa yang mendapatkan pelatihan sebanyak 147 orang, dan kelompok kontrol adalah siswa yang tidak mendapatkan pelatihan sebanyak 91 orang.
Metode PengUmpUlan Data
Skala yang digunakan untuk pe- ngumpulan data adalah skala sikap terha- dap kewirausahaan. Sikap terhadap kewira- usahaan meliputi achievement, personal control, innovation, dan self esteem (Robinson, Stimpson, Huefner, & Hunt, 1991). Skala sikap yang telah diujicobakan kepada siswa SMK. Hasilnya 31 aitem lolos. Hasil analisis aitem menunjukkan koefisien realiabilitas skala, yaitu 0,967.
Intervensi
Berdasarkan studi pendahuluan me- ngenai intensi wirausaha yang disebarkan dalam rangka membuat rancangan inter- vensi, maka diperoleh hasil bahwa meski pelajaran kewirausahaan
adalah pelajaran yang diwajibkan pada siswa SMK namun secara umum, sebagian besar peserta kurang memiliki semangat untuk menjala- ni wirausaha kelak. Motivasi untuk meng- gali potensi diri yang dapat menunjang kegiatan wirausaha juga rendah. Berdasar- kan hal ini, peneliti bermaksud untuk membuat program pelatihan yang dapat meningkatkan motivasi mereka dalam menggali potensi diri dan mengembang- kan intensi untukberwirausaha.
Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pelatihan ini meliputi proses perta- ma terjadinya regulasi teridentifikasi seba- gai tahap awal munculnya motivasi oto- nom, yaitu conscious valuing of entre- preneurial activiy. Saat siswa menghayati bahwa setiap tahap dalam proses belajar itu penting untuk dilakukan, maka diha- rapkan proses kedua (self-endorsement of the goal) pun dapat tumbuh nantinya. Dengan demikian, tujuan utama aktivitas pelatihan ini adalah membuat siswa menyadari akan pentingnya menggali
potensi diri dan mengembangkan intensi wirausaha.
Pencapaian tujuan berada pada level acceptance of a value dalam ranah afektif
Bloom (Krathwohl, Bloom, & Masia, 1964). Tahap ini merupakan tahapan awal dari penerimaan keberhar- gaan perilaku, fenomena, objek, dan lain sebagaimnya meskipun pada tahap ini individu belum terlalu yakin akan dapat mengambil nilai pentingnya wirausaha, tetapi mulai mempertimbangkan nilai tersebut.
Tujuan pelatihan ini dicapai melalui metode experiental learning. Tahapan experience learning yang dipilih peneliti dalam pelatihan ini adalah siklus belajar dari Pfeiffer dan Jones (1975) yang terdiri atas lima tahapan, yaitu mengalami (experiencing), menyatakan (publishing), memproses (processing), mengembang- kan prinsip (generalizing), dan menerap- kan (applying). Tahapan ini membantu peserta untuk menstrukturkan setiap pe- ngalaman belajar dalam dirinya dan me- nemukan sendiri makna dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Berikut ini adalah kerangka intervensi dalam upaya peningkatan potensi kewirausahaan seba- gai berikut :
- Motivasi - Teman
Gambar 1. Bagan Kerangka Intervensi
Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah regresi dan Mann-Whitney. Teknik analisis regresi digunakan untuk menge- tahui pengaruh empat hal pembentuk sikap terhadap wirausaha. Empat hal yang dimaksud adalah prestasi (achievement), inovasi (innovation), kontrol pribadi (personal control), dan harga diri (self esteem). Uji Mann-Whitney digunakan untuk menguji perbedaan antarasebelum dan sesudah perlakuan.
HASIL PENELITIAN
Hasil Pelatihan
Menyadari manfaat pentingnya proses belajar untuk mengembangkan potensi diri dan mengenali proses berwirausaha
Personal:
- Pendidikan
- Pengalaman
Environment:
- Sekolah, Guru
- Orang tua
Menumbuhkan motivasi otonom untuk meningkatkan intensi berwirausaha
Young people’s attitude towards
Entrepreneurship
1. Achievement
2. Innovation
3. Personal Control
4. SelfEsteem
5. Leadership
6. Intuition
Attitude Toward Entrepreneurship
1. Pilihan Karir Berwirausaha
2. Rencana Masa Depan
Intervensi melalui Pelatihan dengan Metode Experiental Learning :
1. Siswa menyadari bahwa dirinya memiliki potensi
2. Siswa menggunakan proses berpikir dan kemampuan memecahkan masalah untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya dalam pengambilan
keputusan akan karirnyakelak
3. Siswa mengembangkan intensi berwirausaha
Secara umum, peserta memiliki sikap terhadap kewirausahaan yang tergolong Tinggi
(72.00%). Sebagian kecil berada pada kategori sedang, yaitu sebesar 27.43%.
EAO
0%
28%
72%
Rendah
Sedang Tinggi
Gambar 2. Komposisi Entrepreneurial Attitude Orientation (EAO) siswa SMK
Hal ini menunjukkan bahwa siswa memiliki sikap yang positif terhadap entrepreneurship sebagai orientasi masa depannya saat ini yang dapat dibangun dari empat dimensi, yaitu achievement, personal control, innovation, dan self esteem. Bila dilihat dari dimensi pem- bangun orientasi wirausaha tersebut, maka hal ini dapat dilihat dalamgambar sebagai berikut :
Skor Sekolah 67,22% 67,11% 66,47%
62,79%
Gambar 3. Dimensi Pembentuk Entrepreneurial Attitude Orientation (EAO) siswa Berdasarkan hasil analisis regresi, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar 4. Hasil Perhitungan Diagram Jalur EAO
EvalUasi Pelatihan
Evaluasi berdasarkan reaksi dalam penelitian ini adalah bagaimana peserta
pelatihan dalam mengikuti program pelatihan dan bereaksi terhadap program tersebut. Hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Aspek Evaluatif Pelatihan
ASPEK
EVALUATIF
Materi
Pelatihan Metode
Fasilitator
Waktu
Sarana Pendukung Aktivitas
NIL PERSENT AI ASE
Untuk
mengetahui apakah materi pelatihan
84.55% 84.09%
82.75% 80.30% 82.58% 85.50%
bermanfaat bagi peserta
Untuk mengetahui apakah metode yang digunakan
menstimulasi peserta
Untuk mendapatkan umpan balik mengenai proses
fasilitasi yang telah dilakukan oleh fasilitator Untuk mengetahui apakah waktu yang digunakan
dalam pelatihan efisien
Untuk mengetahui apakah sarana pendukung yang
digunakan dalam pelatihan memadai
Untuk mengetahui apakah aktivitas yang dilakukan
selama pelatihan menyenangkan
Dengan rata-rata penilaian sebesar 83.295% menunjukkan bahwa secara umum penilaian
efektivitaspelatihanyang dirasakan oleh peserta berada dalam kategori baik.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini secara keselu- ruhan memberikan gambaran bahwa pada dasarnya siswa memiliki sikap yang positif terhadap wirausaha. Hal ini dapat dilihat bahwa skor rata-rata yang diperoleh siswa berada pada kategori tinggi (72%). Sikap ini dipengaruhi oleh faktor personal dan lingkungan. Pada sisi personal, empat di- mensi pembangun sikap terhadap wira- usaha memiliki peranan mutlak dalam membentuk sikap tersebut. Dimensi pem- bangun sikap terhadap wirausaha yang terdiri atas achievement, innovation, personal control, dan self esteem secara bersama-sama membentuk sikap terhadap wirausaha (Robinson dkk, 1991). Bila dilihat secara parsial, maka diketahui bahwa aspek achievement merupakan faktoryangpalingbesarmembentuk sikap terhadap wirausaha (0.324). Selain paling besar, jumlahnya juga lebih dominan dibandingkan dimensi lain (67.22%) meski terpaut tipis dengan aspek innova- tion sebesar 67.11%.
Berdasarkan analisis dimensi-dimen- si pembangun Sikap terhadap Wirausaha, meski berada dalam kategori tinggi namun yang cukup memiliki perbedaan adalah derajat Self Esteem yang dimiliki oleh sis- wa yang cenderung lebih rendah daripada dimensi-dimensi pembangun Sikap terha- dap Wirausaha lainnya. Rasa percaya diri ini adalah sumber dari rasa yakin terha- dap kemampuan diri, kemampuan mem- bangun optimisme, dan kemampuan un- tuk memacu diri untuk segera bangkit dari kegagalan. Hal ini juga yang menjadi fokus dari bahasan akan materi pelatihan Pengenalan Potensi Diri dan Orientasi Kewirausahaan yang menjadi intervensi dari asesmen yang dilakukan.
Tujuan pendidikan sekolah mene- ngah kejuruan adalah meningkatkan ke- cerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Ber- dasar hal tersebut dapat diketahui bahwa lulusan SMK selain mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan
industri, lulusan SMK juga mampu beker- ja secara mandiri, dalam hal ini berwira- usaha. Namun saat ini, pendidikan keju- ruan masih sangat berorientasi pada pe- nyiapan keahlian untuk mengisi kebutuh- an tenaga kerja pada sektor formal, pada- hal lapangan kerja yang terbuka luas pada sektor informal memiliki potensi yang lebih besar untuk menyerap lulusan SMK. Mata pelajaran Kewirausahaan ber- tujuan agar peserta didik dapat mengak- tualisasikan diri dalam perilaku wirausa- ha. Isi mata pelajaran Kewirausahaan difokuskan pada perilaku wirausaha seba- gai fenomena empiris yang
terjadi di lingkungan peserta didik. Berkaitan dengan hal tersebut, peserta didik dituntut lebih aktif untuk mempelajariperistiwa- peristiwa ekonomi yang terjadi di lingkungannya. Pembelajaran kewirausa- haan dapat menghasilkan perilaku wira- usaha dan jiwa kepemim-pinan, yang sangat terkait dengan cara mengelola usaha untuk membekali peserta didik agar dapat berusaha secara mandiri. Akan tetapi, pada kenyataannya, matapelajaran kewirausahaan lebih banyak memberkan pengetahuan wirausaha bukan pada bagaimana menumbuhkan keingin-an dan kemampuan wirausaha siswa. Pada pelaksanaannya matapelajaran kewi- rausahaan lebih banyak teori dan melaku- kan prakarya bukan melakukan kewira- usahaan itu sendiri. Pengujian statistik membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan dari jenis jurusan sekolah yang berbeda dengan sikap siswa terhadap wirausaha.
Pelatihan Pengembangan Potensi Diri dan Peningkatan Potensi Kewira- usahaan dilakukan agar dapat menum- buhkan intensi siswa untuk berwirausaha, sehingga ketika lulus dari SMK siswa mau dan mampu untuk berwirausaha.
Berdasarkan hasil analisa deskriptif, maka diketahui bahwa Orientasi Wira- usaha yang dimiliki oleh siswa berada dalam golongan Tinggi (4.61) dengan jumlah siswa yang memiliki Orientasi Wirausaha Tinggi adalah sebesar 72%. Artinya siswa memiliki sikap yang positif terhadap wirausaha, baik dari segi kemungkinan pengembangan karir ke depan, kesempatan memperoleh pengeta- huan baru, maupun kesempatan memper- oleh pengalaman baru.
Sebagai remaja yang didorong oleh lingkungan eksternal dirinya, maka peran sekolah, guru, maupun pendidikan kewira- usahaan yang didapat di sekolah adalah penting. Wirausaha mengacu pada orang yang melaksanakan proses penciptaan kesejahteraan dan nilai tambah. Jadi, jika para ingin menjadi wirausaha, maka siswa harus mempunyai sifat keberanian, kete- ladanan, dan berani mengambil risiko yang bersumber pada kemampuan sen- diri. Wirausaha tidak semata-mata dimoti- vasi oleh financial incentive, tetapi oleh keinginan untuk melepaskan diri dari lingkungan yang tidak diinginkannya. Di samping itu wirausaha ingin menemukan arti baru bagi kehidupannya. Selain itu, untuk menjalankan kewirausahaan dan menjadi seorang wirausahawan diperlu- kan motivasi yang kuat dalam diri indi-
vidu. Tidak semua orang memiliki moti- vasi yang sama untuk menjadi pengusaha. Sebagian orang menginginkan dirinya menjadi bos sendiri, ingin mencari uang dan kekayaan sebanyak-banyaknya, atau ada pula yang hanya ingin melakukan kegiatan yang biasa-biasa saja, namun sebagian lain cukup serius untuk mengi- kuti jejak orang-orang sukses, walaupun ada juga yang sekedar ikut-ikutan. Proses termotivasinya pun tidak semua orang sama. Ada yang karena faktor kebetulan, ajakan teman, memanfaatkan bakat, kete- rampilan, atau pendidikan yang dipero- lehnya, dan karena memahami apa yang
dibutuhkan orang lain.
Kewirausahaan dapat pula didorong oleh seseorang yang menjalankan wira- usaha,
karena telah memberikan inspirasi dan minat untuk berwirausaha. Dorongan atau pemicu lainnya datang dari teman sepergaulan, lingkungan keluarga, saha- bat, dan teman yang selalu yang mendis- kusikan gagasan, atau karena adanya pengalaman bisnis kecil-kecilan yang ber- hasil sehingga termotivasi untuk membe- sarkannya. Hasil penelitian deskriptif, me- nunjukkan bahwa latar belakang keluarga yang juga memiliki profesi sebagai pewirausaha memiliki hubungan yang positif terhadap sikap siswa terhadap kewirausahaan. Siswa dengan keluarga yang berprofesi sebagai wirausahawan memiliki sikap positif yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki orang tua yang berprofesi seba- gai wirausahawan. Namun tidak demikian dengan pengaruh jurusan yang berbeda
dalam SMK. Meski siswa terdiri dari jurusan Teknik Kendaraan Ringan, Teknik Sepeda Motor, dan Teknik Kom-puter dan Jaringan namun tidak terdapat perbedaan sikap terhadap kewirausahaan. Artinya seluruh jurusan sudah memiliki kesetaraan dalam menempatkan mata pelajaran kewirausahaan. Seluruh jurusan memiliki komposisi sikap terhadap ke- wirausahaan yang relatif sama. Selain itu, tidak ada pengaruh dari jenis kelamin yang berbeda ataupun usia yang berbeda dengan sikap terhadap wirausaha yang ditampilkan. Artinya, tidak ada pengertian bahwa laki-laki lebih memiliki sikap yang positif terhadap kewirausahaan ataupun yang lebih tua usianya memiliki sikap yang lebih positif. Kondisi lingkungan tempat profesi orangtualah yang lebih memberikan pengaruh terhadap sikap pada wirausaha. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kewirausahaan bukan- lah suatu hal yang dilahirkan, melainkan dibangun.
Siswa SMK memang memiliki po- tensi untuk menjadi seorang wirausaha- wan, namun pada kenyataannya, siswa SMK hanya dipersiapkan untuk menjadi karyawan di sektor industri, pariwisata, atau perkantoran. Pelatihan Pengembang- an Potensi Diri dan Orientasi Kewira- usahaan terbukti memiliki pengaruh ter- hadap sikap kewirausahaan siswa. Hasil pascates siswa memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil prates. Dengan z output sebesar -2.224 yang lebih besar daripada z tabel, maka Ho ditolak. Hal ini memberikan kesim-pulan bahwa
pelatihan memberikan efek yang nyata dalam meningkatkan pema-haman siswa terhadap potensi diri dan mengembangkan orientasi wirausahanya. Pelatihan terbukti menambah pengeta-huan, sikap dan keterampilan yang dijiwai oleh semangat wirausaha mandiri. Hal ini juga meningkatkan motivasi otonom untuk menambah pengetahuan dan menambah pengalaman untuk dapat terus belajar dan membuka orientasi masa depan siswa untuk dapat berwirausaha.
Pembuktian hipotesis dalam peneli- tian ini juga memberikan kesimpulan, bahwa terdapat perbedaan pada siswa yang mendapatkan pelatihan dan siswa yang tidak mendapatkan pelatihan Pengembangan Potensi Diri dan Orientasi Wirausaha pada siswa kelas XII SMK. Siswa yang mendapatkan pelatihan memi- liki sikap yang lebih positif terhadap kewirausahaan dibandingkan dengan siswa yang tidak mendapatkan pelatihan. Namun sikap yang lebih positif saja belum cukup menjamin akan keber- langsungan niat siswa untuk berwira- usaha. Hal yang perlu diwaspadai adalah Self Esteem yang cenderung tidak setinggi aspek lainnya, sehingga mudah goyah dalam mengambil keputusan dan kurang dapat menjaga rasa optimisme dalam diri. Dengan demikian, peran pendidikan kewirausahaan di sekolah memerlukan penekanan tidak hanya pada aspek keterampilan siswa dalam berkarya namun juga menekankan pada soft competency siswa dalam berwirausaha, terutama dari menjaga rasa percaya diri,
kontrol diri, inovasi, maupun dorongan untuk terus berprestasi.
Sebagai pendorong, sekolah dan guru dapat memberikan contoh yang konkrit
bagaimana melakukan wirausaha, bagaimana menumbuhkan motivasi dan kreatifitas berwirausaha siswa. Siswa juga perlu dirangsang untuk ditumbuhkan kreativitasnya, dengan memberinya ruang untuk bergerak tidak hanya sekedar mengikuti text book. Belum munculnya motivasi dalam diri siswa untuk melaku- kan wirausaha, hal ini dipengaruhi oleh belum adanya rangsangan untuk berwira- usaha, menganggap bahwa berwirausaha tidak akan sukses, takut untuk rugi, ataupun kurang memiliki masa depan. Anggapan ini juga yang perlu untuk diperbaiki.
SIMPULAN DAN SARAN
SimPULAN
Pertama: Siswa memiliki sikap posi- tif terhadap wirausaha (entrepreneu-rial attitude orientation). Sikap terhadap wirausaha ini tergolong tinggi dan dimiliki oleh sebagian besar (72%) siswa kelas XII SMK.
Kedua: Dimensi achievement me- miliki sumbangan paling besar dalam membentuk sikap terhadap wirausaha (0,324), diikuti oleh personal Control (0,283), innovation (0,280), lalu self
esteem (0,227).
Ketiga: Pelatihan Pengembangan Potensi Diri dan Orientasi Wirausaha
berpengaruh pada Sikap terhadap Wira-
usaha pada siswa Kelas XII SMK.Pelatihan memberikan efek yang nyata dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap potensi diri dan mengembangkan orientasi wirausahanya. Pelatihan yang dilakukan dapat menambah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dijiwai oleh semangat wirausaha mandiri.
Keempat: Terdapat perbedaan yang signifikan pada sikap terhadap berwira- usaha pada siswa yang mendapatkan pelatihan maupun siswa yang tidak mendapatkan pelatihan Pengembangan Potensi Diri dan Orientasi Wirausaha. Siswa yang mendapatkan pelatihan memi- liki sikap terhadap wirausaha yang lebih positif dibandingkan dengan siswa yang tidak mendapatkan pelatihan.
Keenam: Pelatihan yang diberikan memiliki rata-rata penilaian evaluasi sebe- sar 83.295% menunjukkan bahwa secara umum penilaian efektivitas pelatihan yang dirasakan oleh peserta berada dalam kate- gori baik. Materi pelatihan bermanfaat bagi peserta, dengan metode, fasilitator, waktu, sarana pendukung, dan aktivitas yang dilakukan memadai dalam menstimulasi siswa untuk meningkatkan pemahaman akan potensi diri dan
mengembangkan orientasi kewirausahaannya.
Saran
Pertama: Peningkatan sikap terha- dap wirausaha dapat dilakukan dengan menanamkan kebutuhan untuk berpres- tasi, melakukan inovasi, melakukan kontrol diri, dan memiliki rasa percaya diri dalam melakukannya. Kedua: Kesempatan untuk melaku- kan praktik wirausaha diperlukan untuk mengasah softskill siswa. Pembentukan unit praktek kerja, seperti tempat pencucian motor untuk umum, bengkel, warung komputer, jasa service komputer dan kendaraan ringan, dan lain-lain diperlukan untuk menambah pengalaman siswa dalam mengasah softskill, seperti menumbuhkan rasa percaya diri, kebu- tuhan untuk berprestasi, serta berinovasi, sehingga siswa tidak hanya diberikan penekanan pendidikan pada aspek peningkatan keterampilansemata.
Ketiga: Upaya yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan kemampuan wira- usaha siswa dapat diberikan dengan memberikan pelatihan mengenai penge- nalan potensi diri dan orientasi wira- usaha, maupun mengundang motivator atau contoh sukses pengusaha muda yang merintis usaha wirausaha agar siswa memiliki wawasan baru dalam upaya berwirausaha.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2013). Data Badan Pusat Statistik 2013. http://bps.go.id
Brown, D. (2002). Career Choice and Development Fourth Edition. San Francisco: John Wiley & Sons, Inc.
Dit PSMK. (2006). Penyelenggaraan Seko- lah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional.
KementrianPendidikandanKebudayaan: http://referensi.data.kemdikbud.go.i d Drucker, P.F. (1996). Konsep Kewira- usahaan Era Globalisasi. Jakarta: Erlangga
Havighurst,J.(1972).TheDevelopmental Tasks and Education.
Hurlock, E.B (2002). Psikologi Perkem- bangan. 5th edition. Erlanga: Jakarta. Krathwohl, D.R., Bloom, B.S., & Masia,
B.B. (1964).Taxonomy of educatio- nal objectives: The classificationof educational goals. Handbook II: The affectivedomain. New York: David McKay.
Kirkpatrick, D.L. (2007). Evaluating Training Program : The Four Level. 3rd edition. San Fransisco : Berrett- Koehler Publishers, Inc
Meredith, G.G. (2000). Kewirausaha- anTeoridanPraktek.Seri Manajemen No. 97.PT. Jakarta: Pustaka Binaman Pessindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar