Kontribusi sektor swasta
yang diberikan oleh perusahaan besar maupun UKM dalam pembangunan ekonomi suatu negara sudah tidak bisa disangsikan lagi. .Terdapat empat keunggulan
yang dimiliki wirausahawan dalam mendukung perekonomian negara, yaitu mendorong
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan produktivitas, menciptakan teknologi, produk
dan jasa baru, serta menciptakan perubahan dan kompetisi.
Dalam upaya memicu pertumbuhan ekonomi
sekaligus memengaruhi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat, wirausahawan
melakukan berbagai kegiatan sebagai berikut:
1. Menciptakan lapangan pekerjaan.
2. Meningkatkan kualitas hidup.
3. Meningkatkan pemerataan pendapatan.
4. Memanfaatkan dan memobilisasi sumber
daya untuk meningkatkan produktivitas nasional.
5. Meningkatkan penerimaan pemerintah
melalui pajak.
Menurut beberapa pakar, pembangunan kewirausahaan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus membuka banyak lapangan
kerja baru (Schumpeter, 1971), melahirkan banyak kreativitas dan inovasi baru
dalam melakukan usaha maupun teknologi (Porter, 1990), meningkatkan kualitas
kompetisi yang berujung pada nilai tambah bagi masyarakat
(Lumpkin dan Dess, 1996), menurunkan biaya dan waktu yang timbul akibat
ketidakpastian (McGrath, 1992), dan kesejahteraan yang pada dasarnya adalah
sebuah created wealth (Porter, 2004).
Ada beberapa permasalahan yang dihadapi
oleh suatu bangsa dalam menumbuh-kembangkan kewirausahaan dengan baik, antara lain:
1. Pembinaan UKM dan Bagi-bagi Modal Belas
Kasihan
Secara umum dapat
dikatakan pemerintah masih mengalami "kebingungan" dalam membina UKM.
Bahkan ketika berbicara tentang UKM, yang tampak adalah usaha-usaha mikro yang
proses terbentuknya masih jauh dari tujuannya, serta kemungkinan gagalnya masih
sangat tinggi. Akibatnya pembinaan sering terperangkap dengan prinsip belas
kasihan dan bagi-bagi rejeki.
2. Pribumisasi Usahawan yang Gagal
Sejak zaman
pemerintahan Presiden Soekarno yang kemudian dilanjutkan dengan masa
pemerintahan Presiden Soeharto, bangsa ini telah
bersusah payah melahirkan usahawan-usahawan pribumi yang mampu mengimbangi
kekuatan kalangan keturunan asing yang berhasil membesarkan usahanya. Program
Benteng Group (1950-an) dan kemudian program pembentukan usahawan "plat
merah" lewat tender-tender pemerintah pada tahun 1980-an yang dikoordinasi
oleh kantor Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) adalah beberapa contohnya.
Meskipun secara politis program ini tampak begitu ideal, namun dalam praktiknya
upaya-upaya ini tidak membuahkan hasil.
Dari kacamata
teoretis, upaya "pribumisasi" pengusaha sesungguhnya sudah lama
ditunjukkan bukanlah sebuah gagasan yang brilian. Kao (1988) misalnya,
menunjukkan keberhasilan orang-orang Cina dalam bisnis lebih disebabkan oleh
kenyataan bahwa mereka bukanlah "pribumi" di tanah mereka berada.
Sebutan Chinese Overseas menunjukkan bahwa mereka tidak mempunyai ikatan yang
kuat dengan tanah di mana mereka dilahirkan, sehingga tidak memiliki dukungan
masyarakat setempat yang kuat untuk mengisi pos-pos lapangan kerja, apalagi
yang berkaitan dengan kekuasaan dan pemerintahan. Kao menyebut sifat itu sebagai the survival mentality. Hal serupa juga terjadi pada orang-orang
keturunan India yang menjadi pengusaha di Afrika Timur, orang-orang Yahudi di
Eropa dan Amerika Serikat, serta orang-orang keturunan Vietnam dan Korea di
Amerika Serikat.
Gagasan ini dibenarkan
oleh Knight (1983) yang menemukan bahwa wirausaha dibentuk oleh prinsip-prinsip
refugee (pengungsi). Di tanah pengungsian itu seseorang harus mulai sesuatu
dari bawah, tanpa dukungan modal uang, ataupun dukungan keluarga besar, tetapi
mereka dituntut jeli melihat pasar dan tekun memeliharanya. Refugee tidak
selalu pengungsi politik, melainkan terjadi melalui berbagai peristiwa
kehidupan, seperti kebiasaan adat (misalnya, perantau Minang di luar Sumatera
Barat), diberhentikan dari perusahaan (corporate refugee), ibu-ibu yang anaknya
mulai dewasa (parental refugee), perlakuan diskriminatif yang dialami kaum
perempiian (feminist refugee), atau mereka yang sekolahnya gagal (educational
refugee).
3. Usaha-usaha Kecil Umumnya Gagal
menjadi Usaha Besar
Banyak
pertanyaan-pertanyaan yang terbesit di benak kita ketika melihat krisis telah
menjatuhkan perusahaan-perusahaan besar nasional. Selain berpindah ke tangan
asing, kita juga menyaksikan perusahaan-perusahaan menengah satu per satu
mengalami kebangkrutan begitu memasuki tahap berikutnya. Kegagalan UKM menjadi
besar juga banyak disebabkan oleh permasalahan mental, kepemimpinan, dan gaya
hidup yang cepat puas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar