Kewirausahaan dan Lingkungan Global Pengaruh Orientasi Kewirausahaan
Dan Orientasi Pasar terhadap Kinerja Perusahaan melalui Keunggulan Bersaing Oleh Putri Auliya (@S18-PUTRI)
I.
PENDAHULUAN
Persaingan di berbagai sector semakin
ketat pada era globalisasi sekarang ini. Dan persaingan tersebut tidak dapat dihindari,
tidak hanya pesaing dari dalam negeri namun banyak tumbuh investor asing yang memasuki
pasar Indonesia. Untuk dapat terus mempertahankan eksistensinya, maka sebuah perusahaan
harus ikut bersaing. Hanya satu hal yang dapat dilakukan oleh perusahaan jika ingin
teruseksis tanpa bersaing yaitu dengan menciptakan samudera biru, istilah Kim (2010)
dalam buku Blue Ocean Strategy, dimana perusahaan mencari pasar yang belum ada pesaingnya.
Namun tidaklah mudah bagi perusahaan untuk menciptakan pasar baru tersebut, maka
jalan yang harus diambil adalah denganbersaing. Persaingan dapat tercipta melalui
strategi. Strategi dalam hal ini tercermin dalam orientasi kewirausahaan, orientasi
pasar serta lingkungan. Hubungan orientasi pasar tidak secara langsung berhubungan
dengan kinerja, namun melalui keunggulanbersaing. Zhouet al. (2009) meneliti hubungan
orientasi pasar, keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan, dengan dua dimensi
pada masing-masing variabel. Pengukuran kinerja menggunakan kinerja finansial dannon-finansial.
Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa kinerja pasar full mediasi terhadap hubungan
antara keunggulan diferensiasi dan kinerja keuangan.
II.
METODE ANALISIS
Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi pada penelitian ini sebanyak 277 usaha. Ukuran jumlah sampel
ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Husein,2002) sebagai berikut :
A.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji
hipotesis-hipotesis dalam penelitian ini digunakan partial least square (PLS). Outer
model (outer relation atau measurement model) digunakan untuk menguji bagaimana
setiap blok indikator berhubungan dengan variable latennya (Ghozali, 2008). Hal
ini dapat dilihat dari: Convergent Validity digunakan sebagai ukuran validitas indicator
dalam mengukur variabel latennya. Discriminant validity merupakan ukuran
validitas konstruk dalam memprediksi ukuran indikator masing-masing bloknya. Composite
reliability merupakan ukuran reliabilitas dari blok indicator dalam mengukur
konstruknya (internal consistence). Besarnya composite reliability harus lebih besardari
0,6 (Chin,1998 dalam Ghozali,2008). Inner model yang kadang disebut juga dengan
(inner relation, structural model, dan subtanti vetheory) menggambarkan hubungan
antar variabel laten berdasarkan pada subtantive theory. Model structural dievaluasi
dengan menggunakan R-square untuk konstruk dependen. Interpretasinya sama
dengan interpretasi pada regresi (Ghozali,2008). Perubahan nilai R-square dapat
digunakan untuk menilai pengaruh Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan
memperhatikan tingkat signifikansi dankoefisien beta. Tingkat signifikansi digunakan
untuk melihat signifikan tidaknya hubunganvariabellaten independen terhadap variabellaten
dependen.variabel independen denganvariabel dependen, sedangkan koefisien beta digunakan
untuk melihat arah hubungan pengaruh variable independen terhadap variable dependen.
Pengambilan keputusan diterima atau tidaknya hipotesis didasarkan pada arah hubungan
dans ignifikansi dari model yangbersangkutan.
HASIL ANALISIS
Outer model digunakan untuk menguji bagaimana setiap indikator atauitems berhubungan
dengan variabel latennya. Uji model pengukuran tersebut adalah:
Convergent Validity
Butir pertanyaan (items) dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk perhitungan
dalam menganalisis hasil apabila skor komponen lebih besar darinilai kriteria minimum
yaitu 0,500 (Ghozali, 2008). Gambar 1 merupakan hasil perhitungan convergent
validity. Terlihat pada gambar 1 hasil perhitungan menunjukan X14 dan X15, X24 dan
X26, X37, X38, X43, X44, X50 dan X51, skor berada di bawah 0,5 sehingga harus didelete,
kemudian dire-estimate. Setelah di re-estimate terlihat pada gambar 2 skor sudah
di atas 0,5 semua sehingga perhitungan dapat dilanjutkan pada proses berikutnya
Nilai AVE direkomendasikan harus lebih besar dari 0,5 (Chin, dalam Ghozali,2008).Dilihat
dari table berikut ini, terlihat bahwa AVE seluruh konstruk lebihtinggi dari
0,5.
Selain nilai AVE yaitu nila isquare root of average variance exracted(akar
kuadrat AVE) dibandingkan untuk setiap konstruk dengan konstruk lainnya dalam model.
Jika nilai akar kuadrat AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi
antara konstruk satu dengan konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki
nilai discriminant validity yang baik (Fornell dan Larcker,1981 dalam Ghozali,
2008).
Reliabilitas instrument ditentukan dari nilaicomposite reliability. Composite
reliability merupakan ukuran reliabilitas dari blok indikator dalam mengukur
konstruknya (internal consistence). Besarnya composite reliability harus lebih besar
dari 0,60 (Chin, dalam Ghozali,2008).Hasil output dari composite reliabilitykonstruk
di atas 0,60, sehingga dapat dilanjutkan tahap berikutnya.
Pengujian Model Struktural (Inner Model)
Model structural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk dependen.
Interpretasinya sama dengan interpretasi pada regresi(Ghozali, 2008). Perubahan
nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen
terhadap variabel laten dependen.
Tabel diatas menunjukkan bahwa :
a.
Variabel kinerja dijelaskan oleh keunggulan
bersaing, orientasi kewirausahaan, orientasi pasar dan persepsi ketidakpastian lingkungansebesar
35,35%.
b.
Variabel keunggulan bersaing dijelaskan oleh orientasi
kewirausahaan danorientasi pasar sebesar 18,63%.
c.
Variabel Orientasi Pasar dijelaskan oleh Orientasi
Kewirausahaan sebesar 6,5%.
B.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan memperhatikan
tingkat signifikansi dan koefisien pathantar variabel laten. Untuk menguji
hipotesis yang diajukan, dilakukan analisis statistik dengan memasukkan variabel
yang diuji secara bersama-sama. Pengambilan keputusan didasarkan pada arah
hubungan dan signifikansi dari model yang bersangkutan. Berikut adalah hasil output
perhitungan Partial Least Square menggunakansoftware SmartPLS2.0.
Berdasarkan tabel diatas, nilai original sample menunjukkan hubungan
yang positif atau negative antar variabel. Sedangkan T statistic digunakan untuk
melihat signifikan sihubungan antar variabel. Hubungan dianggap signifikan jika
T statistic lebih besar dibanding dengan Ttabel. Dengan menggunakan tingkat keyakinan
sebesar 95% (α = 0,05) dan degree of freedom(df) = (n-k-1) diperoleh nilai
Ttabel sebesar1.66105. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa :H1 yang menyatakan
bahwa Orientasi Kewirausahaan berpengaruh positif terhadap Orientasi Pasar diterima.
H2 yang menyatakan bahwa Orientasi Kewirausahaan berpengaruh positif terhadap Keunggulan
Bersaing diterima. H3 yang menyatakan bahwa Orientasi Pasar berpengaruh positif
terhadap Keunggulan Bersaing diterima. H4 yang menyatakan bahwa Orientasi Kewirausahaan
berpengaruh positif terhadap Kinerja ditolak. H5yang menyatakan bahwa Orientasi
Pasar berpengaruh positif terhadap Kinerja ditolak. H6 yang menyatakan bahwa Keunggulan
Bersaing berpengaruh positif terhadap Kinerja ditolak. Berdasarkan hasil uji Sobel
(yang dihitung dengan menggunakan kalkulator Sobel, diperoleh nilai thitung sebesar
0,391. Hal ini berarti nilai ttabelone-tail probability sebesar 0,348. Lebih kecil
daripada nilai thitungsebesar0,391. Sehingga hipotesis ketujuh yang menyatakan
bahwa keunggulan bersaing memediasi hubungan orientasi kewirausahaan dengan
kinerja, diterima. Berdasarkan hasil uji Sobel diperoleh nilai thitungsebesar 0,389.Nilai
ttabelone-tail probability sebesar0,189. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
nilai thitung lebih besar daripada nilai ttabel sehingg ahipotesis kedelapan yang
menyatakan bahwa keunggulan bersaing memediasi hubungan orientasi pasar dengan kinerja,diterima.
Berdasarkan tabel5, menunjukkan bahwa nilai Tstatistik sebesar1,126474<1.66105(Ttabel),
hal ini berarti Persepsi Ketidakpastian Lingkungan tidak memoderasi hubungan Keunggulan
Bersaing dan Kinerja. Hal ini berarti H9 yang menyatakan bahwa Persepsi Ketidakpastian
Lingkungan memoderasi hubungan Keunggulan Bersaing dan Kinerja ditolak.
III.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil hipotesis diatas diketahui bahwa hubungan antara
orientas ikewirausahaan terhadap orientasi pasar adalah positif(berbanding lurus).
Hal ini berartibahwa penelitian ini mendukung penelitian Matsunoet.al(2002) yang
menemukan bahwa orientasi kewirausahaan mendorong orientasipasar, sehingga semakin
besar tingkat orientasi kewirausahaan, semakin besar tingkat orientasi pasar. Pada
UMKM ritel di Kabupaten Kebumen dapat dijelaskan bahwa, karakteristik jiwa kewirausahaan
yang dimiliki ole hpemilik cukup baik. Dan kemampuan untuk inovasi, proaktif dan
keberanian dalam mengambil risiko terbukti mempengaruhi strategi mereka dalam menghadapi
pesaing, dan juga mengutamakan pelanggan. Inovasi yang dilakukan misalnya merubah
layout toko menjadi seperti toko modern, misalnya pelanggan dapat memilih dan mengambil
sendiri jenis barang yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.journal.stieputrabangsa.ac.id/index.php/fokbis/article/view/3/2
Beal,Reginald M. 2000.Competing Effectively,
Environment Scanning,Competitive Strategy and Organizational Perfor,ance in SmallManufacturing
Firms.Journal Of Small Business Management. January :27-47.
Bharadwaj, Sundar G, P.R.Varadarajan,
& Fahly, Jihn. 1993.SustainableCompetitive Advantage in Service Industries:
A Conceptual Model andResearch Propositions.Journal of Marketing.Vol.57,Oktober,p.83-99Coyne,
Kevin P.1997.
Sustainable Competitive Advantage–What
It Isn’t.Journal of Strategy.Cross, Lisa. 1999.Strategy Drives Marketing Success.Graphic
ArtsMonthly.71(2) :96.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar