Oeh :
Wilfrid Ardianto ( @S25-WILFRID )
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Kewirausahaan
berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang, manusia unggul,
teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha adalah perbuatan
amal, bekerja, dan berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan
yang berbuat sesuatu.
Kewirausahaan merupakan kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih baik dan bermutu. Kewirausahaan sangat besar peranannya di dalam perkembangan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, peran mahasiswa, khususnya mahasiswa manajemen sangat besar maknanya bagi pengembangan ekonomi nasional. Dengan demikian seharusnya mahasiswa manajemen lebih memiliki niat untuk menjalankan bisnis dengan kemadirian tinggi. (Tjahjono, 2008:2)
Peran
kewirausahaan telah teruji dengan adanya krisis ekonomi yang melanda
bangsa Indonesia.
Kewirausahaan yang berbasis
pada ekonomi rakyat ternyata mampu bertahan dalam situasi yang sulit.
Untuk itu perguruan tinggi sebagai lembaga yang menjadi salah satu panutan masyarakat dapat mendorong
budaya berwirausaha.
Perguruan tinggi diharapkan juga
mampu menciptakan wirausahawan-wirausahawan yang handal,
sehingga mampu meberi dorongan niat masyarakat khususnya mahasiswa untuk
berwirausaha. Mahasiswa sebagai komponen masyarakat yang terdidik, sebagai
harapan masyarakat dapat membuka lapangan kerja, dengan menumbuhkan niat
berwirausaha. (Tjahjono, 2008:2)
Mahasiswa
yang menekuni ilmu manajerial khususnya kewirausahaan, diharapkan memiliki jiwa
wirausaha yang tinggi, sehingga hal ini akan mampu membuka lapangan kerja yang
lebih luas. Dengan kondisi tersebut, maka perguruan tinggi negeri maupun swasta
untuk mampu menyiapkan anak didiknya, khususnya jurusan manajemen untuk menjadi
wirausaha yang unggul. Mahasiswa jurusan manajemen, supaya tidak mengantungkan
kerja di orang lain, tetapi diperlukan keberanian untuk membuka usaha sendiri
atau berwirausaha. (Tjahjono, 2008:2)
Kondisi
seperti dijelaskan di atas, tentu menjadikan para mahasiswa berani mengambul
keputusan untuk berwirausaha. Bagi
banyak orang, keputusan berwirausaha merupakan perilaku
dengan keterlibatan tinggi (high
involvement) karena dalam mengambil keputusan akan melibatkan
faktor internal seperti kepribadian, persepsi, motivasi, pembelajaran (sikap),
faktor eksternal seperti keluarga, teman, tetangga dan lain sebagainya (norma
subyektif). Kemudian mengukur kontrol keperilakuan yang dirasakan (perceived
control behavior) yaitu suatu kondisi bahwa orang percaya tindakan itu mudah
atau sulit untuk dilakukan dengan memahami berbagai risiko atau
rintangan-rintangan yang ada apabila mengambil tindakan tersebut. (Tjahjono,
2008:2)
Di samping
itu, menurut pengamat
aktivitas kewirausahaan
(Entrepreneurial activity) yang relatif masih rendah. Entrepreneurial activity
diterjemahkan sebagai individu
aktif dalam memulai
bisnis baru dan dinyatakan dalam persen total penduduk
aktif bekerja. Semakin rendah indek entrepreneurial activity maka semakin
rendah level entrepreneurship suatu negara, dan dampaknya pada tingginya pengangguran. Kondisi di atas mengisaratkan betapa masalah
pengangguran menjadi masalah yang sangat serius.
Beberapa
pihak menyoal keberadaan lulusan perguruan tinggi saat ini (Siswoyo, 2009:
114). Menurut Hendarman, Direktur Kelembagaan Dikti Depdiknas menyatakan ”data pengangguran
terdidik di Indonesia menunjukkan bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin rendah kemandirian dan semangat
kewirausahaannya.” Pemerhati kewirausahaan menyatakan bahwa sebagian besar
lulusan Perguruan Tinggi adalah lebih sebagai pencari kerja (job seeker)
daripada pencipta lapangan pekerjaan (job creator). Hal
ini disebabkan sistem
pembelajaran yang diterapkan
di berbagai perguruan tinggi
saat ini, yang
umumnya lebih terfokus pada ketepatan
lulus dan kecepatan memperoleh pekerjaan, dan memarginalkan kesiapan untuk
menciptakan pekerjaan. Ciputra (dalam Direktorat Kelembagaan Dikti, 2009)
menyatakan: ”Mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu jangan hanya diajarkan
bagaimana bisa bekerja dengan baik, tetapi dipacu untuk bisa menjadi pemilik
dari usaha-usaha sesuai latar belakang ilmu mereka,”.
Pendidikan harus
dijalankan dengan kreatif.
Pendidikan kewirausahaan harusnya membekali mahasiswa untuk mandiri dan
tidak berorientasi menjadi pencari kerja ketika yang bersangkutan menyelesaikan
studinya. Hal ini menurut Sadino (2008)
dalam Siswoyo (2009: 115)
mengatakan sebagai dampak dari sistem
pendidikan Indonesia yang kebanyakan masih menggunakan prinsip belajar untuk
tahu, bukan untuk melakukan sesuatu.
Fenomena
di atas seharusnya dapat dijadikan bahan pemikiran, bagaimana agar
dapat menciptakan lapangan kerja baru yang dapat menampung karyawan,
tidak lagi berpikir untuk mempersiapkan
diri menjadi calon karyawan yang mencari pekerjaan, terutama bagi individu yang
terdidik, misalnya mahasiswa.
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan di atas,maka penulis mengambil inisiatif
untuk mengangkat judul yang berhubungan dengan Pengaruh Karakteristik
Kewirausahaan,Motivasi Berprestasi Terhadap Keinginan Berwirausaha Mahasiswa.
I.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pokok
pikiran pada latar
belakang tersebut diatas,
maka penulis merumuskan permasalahan, yaitu :
1. Apakah
Karakteristik Kewirausahaan berpengaruh
terhadap keinginan berwirausaha ?
2. Apakah Motivasi Berprestasi berpengaruh
terhadap keinginan berwirausaha ?
3. Bagaimana sikap wirausaha yang
dikembangkan?
I.3.
Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan dari penulisan yang hendak dicapai berdasarkan rumusan masalah yang
telah disusun meliputi :
1. Untuk mengetahui karakteristik dan
pengaruh kewirausahaan terhadap keinginan berwirausaha khususnya para
mahasiswa.
2. Untuk menganlisis pengaruh motivasi
terhdap keinginan berwirausaha
3. Untuk mengetahui sikap wirausaha yang
perlu dikembangkan.
I.4
Manfaat Penelitian
Dalam
penulisan ini, Penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi setip pembaca
yang meliputi:
1. Dengan
adanya penelitian ini
dapat membarikan masukan
bagi perusahaan di dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang
dihadapi.
2. Dengan
adanya penelitian ini
dapat memberikan kesempatan
kepada
penulis untuk
membahas mengenai ilmu-ilmu
yang diterima selama masa perkuliahan ke dalam praktek
lapangan.
3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti
lain apabila akan mengadakan penelitian lebih lanjut.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1.
Karakteristik Kewirausahaan
Wirausahawan
yang unggul yang mampu menciptakan kreativitas dan inovasi sebagai dasar untuk
hidup, tumbuh dan berkembang umumnya memiliki karakteristik atau ciri-ciri yang
merupakan proses jangka panjang berdasarkan pengalaman dan pendidikan. Beberapa
karakteristik yang melekat pada diri wirausahawan (Zimmerer, and Scarborough,
1998; Kuratko & Hoodgets, 2007) sebagai berikut:
1.
Desire for responsibility
Wirausaha
yang unggul merasa bertanggungjawab secara pribadi atas hasil usaha yang dia
lakukan. Mereka lebih dapat mengendalikan sumberdaya sumberdaya yang dimiliki
dan menggunakan sumberdaya tersebut untuk mencapai cita-cita. Wirausaha yang
berhasil dalam jangka panjang haruslah memiliki rasa tanggung jawab atas usaha
yang dilakukan. Kemampuan untuk menanggung risiko usaha seperti: risiko
keuangan, risiko teknik adakalanya muncul, sehingga wirausaha harus mampu
meminimalkan risiko.
2.
Tolerance for ambiguity
Ketika kegiatan usaha dilakukan, mau-tidak mau harus berhubungan dengan orang lain, baik dengan karyawan, pelanggan, pemasok bahan, pemasok barang, penyalur, masyarakat, maupun aturan legal formal. Wirausaha harus mampu menjaga dan mempertahankan hubungan baik dengan stakeholder. Keberagaman bagi wirausaha adalah sesuatu hat yang biasa. Kemampuan untuk menerima keberagaman merupakan .suatu ciri khas wirausaha guna menjaga kelangsungan hidup bisnis atau perusahaan dalam jangka panjang.
3. Vision
Wirausaha
yang berhasil selalu memiliki cita-cita, tujuan yang jelas kedepan yang harus
dicapai secara terukur. Visi merupakan filosofi, cita-cita dan motivasi mengapa
perusahaan hidup, dan wirausaha akan menterjemahkan ke dalam tujuan,
kebijakan, anggaran, dan prosedur kerja yang jelas. Wirausaha yang tidak jelas
visi kedepan ibarat orang yang berjalan tanpa arah yang jelas, sehingga
kecenderungan untuk gagal sangat tinggi.
4. Tolerance for failure
Usaha
yang berhasil membutuhkan kerja keras, pengorbanan balk waktu biaya dan tenaga.
Wirausaha yang terbiasa dengan kreativitas dan inovasi kadangkala atau bahkan
sering mengalami ketidakberhasilan. Proses yang cukup panjang dalam mencapai
kesuksesan tersebut akan meningkatkan kepribadian toleransi terhadap kegagalan
usaha.
5. Internal locus of control
Didalam
diri manusia ada kemampuan untuk mengendalikan diri yang dipengaruhi oleh
internal diri sendiri. Wirausaha yang unggul adalah yang memiliki kemampuan
untuk mengendalikan diri dari dalam dirinya sendiri. Kerasnya tekanan
kehidupan, persaingan binis, perubahan yang begitu cepat dalam dunia bisnis
akan meningkatkan tekanan kejiwaan balk mental, maupun moral dalam kehidupan
keseharian. Wirausaha yang mampu mengendalikan dirinya sendiri akan mampu
bertahan dalam dunia bisnis yang makin komplek.
6.
Continuous Improvement
Wirausaha
yang berhasil selalu bersikap positif, mengangap pengalaman sebagai sesuatu
yang berharga dan melakukan perbaikan terus-menerus. Pengusaha selalu
mencarihal-hal baru yang akan memberikan manfaat balk dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Wirausaha memiliki tenaga, keinginan untuk terlibat
dalam petualangan inovatif yang akan membawa konsekuensi menguntungkan dimasa
depan.
7.
Preference for moderate risk.
Dalam
kehidupan berusaha, wirausaha selalu berhadapan dengan intensitas risiko. Sifat
wirausaha dalam menghadapi resiko dapat digolongkan ke dalam 3 macam sifat
mengambil resiko, yaitu risk seeking (orang yang suka dengan risiko tinggi),
moderat risk (orang yang memiliki sifat suka mengambil risiko sedang), dan risk
averse (orang memiliki sifat suka menghidari risiko) Pada umumnya wirausaha
yang berhasil memiliki kemampuan untuk memilih risiko yang moderate/sedang, di
mana ketika mengambil keputusan memerlukan pertimbangan yang matang, hal ini
sejalan dengan risiko wirausaha yang apabila mengalami kegagalan di tanggung
sendiri. Wirausaha akan melihat sebuah bisnis dengan tingkat pemahaman pribadi
yang disesuaikan dengan perubahan lingkungan (Zimmerer, and Scarborough, 1998)
8.
Confidence in their ability to success.
Wirausaha
umumnya memiliki keyakinan yang cukup tinggi atas kemampuan diri untuk
berhasil. Mereka memiliki kepercayaan yang tinggi untuk meiakukan banyak hal
dengan baik dan sukses. Mereka cenderung untuk optimis terhadap peluang
keberhasilan dan optimisme, biasanya berdasarkan kenyataan. Tanpa keyakinan
kepercayaan untuk sukses dan mampu menghadapi tantangan akan menurunkan
semangat juang dalam melakukan bisnis.
9.
Desire for immediate feedback.
Perkembangan
yang begitu cepat dalam kehidupan usaha menunut wirausaha untuk cepat
mengantisipasi perubahan yang terjadi agar mampu bertahan dan berkembang.
Wirausaha pada umumnya memiliki keinginan untuk mendapatkan respon atau umpan
balik terhadap suatu permasalahan. Persaingan yang begitu ketat dalam dunia
usaha menuntut untuk berpikir cerdas, cepat menanggapi perubahan. Wirausaha
memiliki kecenderungan untuk mengetahui sebaik apa ia bekerja dan mencari
pengakuan atas prestasi secara terus-menerus.
10.
High energy level
Wirausaha
pada umumnya memiliki energi yang cukup tinggi dalam melakukan kegiatan usaha
sejalan dengan risiko yang ia tanggung. Wirausaha memiliki semangat atau energi
yang cukup tinggi dibanding kebanyakan orang. Risiko yang harus ditanggung
sendiri mendorong wirausaha untuk bekerja keras dan dalam jangka waktu yang
cukup lama. Bergairah dan mampu menggunakan daya geraknya, ulet tekun dan
tidak mudah putus asa.
11.
Future orientation
Keuntungan
usaha yang tidak pasti mendorong wirausaha selalu
melihat
peluang, menghargai waktu dan berorientasi kemasa depan. Wirausaha memiliki
kecenderungan melihat apa yang akan dilakukan sekarang dan besuk, tidak begitu
mempersoalkan apa yang telah dilakukan kemarin. Wirausaha yang unggui selalu
berusaha memprediksi perubahan dimasa depan guna meningkatkan kinerja usaha.
12.
Skill at organizing
Membangun
usaha dari awal memerlukan kemampuan mengorganisasi sumberdaya yang dimiliki
berupa sumber-sumber ekonomi berujud maupun sumber ekonomi tak berujud untuk
mendapat manfaat maksimal. Wirausaha memiliki keahlian dalam melakukan
organisasi balk orang maupun barang. Wirausaha yang unggul ketika memiliki
kemampuan portofolio sumberdaya yang cukup tinggi untuk dapat bertahan dan
berkembang.
13.
High Commitment
Memunculkan
usaha baru membutuhkan komitmen penuh yang tinggi agar berhasil. Disiplin dalam
bekerja dan pada umumnya wirausaha membenamkan diri dalam kegiatan tersebut
guna keberhasilan cita-citanya. Scarborough, et.all (2006) mengungkapkan
step, langkah terakhir seorang wirausaha untuk meningkatkan kreativitas
pendorong kewirausahaan adalah “work, work, work,….”
14.
Flexibility
Perubahan
yang begitu cepat dalam dunia usaha mengharuskan wirausaha untuk mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan apabila tetap ingin berhasil. Kemampuan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan merupakan modal dasar dalam berusaha,
bertumbuh dan sukses. Fleksibilitas berhubungan dengan kolega seperti;
kemampuan menyesuaikan diri dengan perilaku wirausaha lain, kemampuan
bernegosiasi dengan kolega mencerminkan kompentensi wirausaha yang unggul.
II.2
Motivasi Berpretasi
Motivasi
berpretasi tercermin dari setiap apa yang dihasilkan oleh mahasiswa dalam hal
pnegembangan diri dan mampu bersosialisasi dengan orang banyak. Sifat dari
mahasiswa juga merupakan factor terpenting dalam pengembangan jiwa wirausaha
setiap individu mahasiswa itu sendiri. Adapun tolok ukur dalam kewirausahaan
didasari oleh cirri dan sifat kewirausahaan.
Ciri-ciri
dan Sifat kewirausahaan
Untuk
dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka setiap orang memerlukan ciri-ciri
dan juga memiliki sifat-sifat dalam kewirausahaan. Ciri-ciri seorang wirausaha
adalah:
· Percaya diri
· Berorientasikan tugas dan hasil
· Pengambil risiko
· Kepemimpinan
· Keorisinilan
· Berorientasi ke masa depan
· Jujur dan tekun
Sifat-sifat
seorang wirausaha adalah:
· Memiliki sifat keyakinan, kemandirian,
individualitas, optimisme.
· Selalu berusaha untuk berprestasi,
berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang
kuat, suka bekerja keras, energik ddan memiliki inisiatif.
· Memiliki kemampuan mengambil risiko
dan suka pada tantangan.
· Bertingkah laku sebagai pemimpin,
dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang
membangun.
· Memiliki inovasi dan kreativitas
tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas.
· Memiliki persepsi dan cara pandang
yang berorientasi pada masa depan.
· Memiliki keyakinan bahwa hidup itu
sama dengan kerja keras.
II.3.
Sikap Wirausaha
Dari
daftar ciri dan sifat watak seorang wirausahawan di atas, dapat kita
identifikasi sikap seorang wirausahawan yang dapat diangkat dari kegiatannya
sehari-hari, sebagai berikut:
Disiplin
Dalam
melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki kedisiplinan yang
tinggi. Arti dari kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan komitmen
wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud bersifat
menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja
dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu, dapat dibina dalam diri seseorang
dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan, adalah kendala
yang dapat menghambat seorang wirausahawan meraih keberhasilan. Kedisiplinan
terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan
wirausahawan akan komitmen tersebut. Wirausahawan harus taat azas. Hal tersebut
akan dapat tercapai jika wirausahawan memiliki kedisiplinan yang tinggi
terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausahawan akan
kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan akan kualitas
pekerjaan dan sistem kerja.
Komitmen
Tinggi
Komitmen
adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan kegiatannya,
seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat
progresif (berorientasi pada kemajuan). Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat
dibuat dengan identifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang
direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan contoh komitmen wirausahawan terhadap
orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang berorientasi pada
kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang
ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan sebagainya.Seorang
wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadapkonsumen, akan memiliki
nama baik di mata konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut akan mendapatkan
kepercayaan dari konsumen, dengan dampak pembelian terus meningkat sehingga
pada akhirnya tercapai target perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan.
Jujur
Kejujuran
merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh seorang
wirausahawan. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks. Kejujuran mengenai
karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai
promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang dijanjikan
dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk
yang dilakukan olehwirausahawan.
Kreatif
dan Inovatif
Untuk
memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya
kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh
cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan
produk-produk yang telah ada selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif
umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru
seringkali ide-ide jenius yangmemberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia
usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya
mustahil.
Mandiri
Seseorang
dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan dengan
baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalammengambil keputusan atau
bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan
dengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh
seorang wirausahawan. Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap
mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.
Realistis
Seseorang
dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta/realita sebagai
landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun
tindakan/ perbuatannya. Banyak seorang calon wirausahawan yang berpotensi
tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena wirausahawan tersebut
tidak realistis, obyektif dan rasional dalam pengambilan keputusan bisnisnya.
Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap
masukan-masukan/ sumbang saran yang ada keterkaitan erat dengan tingkat
keberhasilan usaha yang sedang dirintis.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Keinginann
berwirausaha memang sangat sulit untuk dijalankan oleh kebanyakan
orang,khususnya para mahasiswa. Akan tetapi memberikan ilmu pengetahuan
mengenai wirausaha sangatlah penting untuk diajarkan oleh para pendidik
khususnya para dosen pengajar mata kuliah tersebut. Disatu pihak ini menjadi
sebuah tantangan bagaimana caranya untuk menumbuhkan jiwa usaha terhadap orang
banyak,namun dilain pihak ini menjadi sebuah keharusan bagi para pendidik untuk
memperkenalkan,mengajarkan, dan memberikan ilmu pengetahuan mengani wrausaha
dan bagaimana kita bisa terjun ke dunia tersebut dalam hal ini dunia usaha itu
sendiri.
Saran
Sebagai
mahasiswa,pengetahuan tentang kewirausahaan memang harus dimiliki, karena
memang setiap mahasiswa memperoleh mata kuliah tentang kewirausahaan. Namun
untuk menumbuhkan jiwa wirausahawan terhadap setip orang khususnya para mahasiswa
memang sangat sulit, apa lagi bisa sampai terjun ke dunia tersebut yaitu dunia
usaha. Dalam hal ini peran pendidik sangatlah penting untuk memperkenalkan
bagaimana sebenarnya dunia usaha tersebut. Untuk itu, mengajarkan ilmu
pengetahuan tentang wirausaha tidak hanya berdasarkan teori, akan tetapi
harusnya lebih pada pengimplementasiannya. Karena setiap orang khususnya para
mahasiswa memiliki cara pandang tersendiri mengenai hal bagaimana ia bisa
terjun dan memerankan peran sebagai wirausahawan.
DAFTAR PUSTAKA
Aaltonen,
Priscilia Gaudet, 2004. “Customer Relationship Marketing and Effects
of
Demographics and Technology on Customer Satisfaction and Loyalty in
Financial
Services,” Dissertation, Old Dominion University.
Masykur
Wiratmo, Pengantar Kewiraswastaan Kerangka Dasar
Memasuki
Dunia Bisnis, BPFE . UGM Yogyakarta, edisi Pertama;
Oeh :
Wilfrid Ardianto ( @S25-WILFRID )
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Kewirausahaan
berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang, manusia unggul,
teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha adalah perbuatan
amal, bekerja, dan berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan
yang berbuat sesuatu.
Kewirausahaan
merupakan kegiatan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih baik dan
bermutu. Kewirausahaan sangat besar
peranannya di dalam perkembangan pertumbuhan ekonomi. Oleh
karena itu, peran mahasiswa,
khususnya mahasiswa manajemen sangat besar maknanya bagi pengembangan
ekonomi nasional. Dengan demikian seharusnya mahasiswa manajemen lebih
memiliki niat untuk
menjalankan bisnis dengan
kemadirian tinggi. (Tjahjono, 2008:2)
Peran
kewirausahaan telah teruji dengan adanya krisis ekonomi yang melanda
bangsa Indonesia.
Kewirausahaan yang berbasis
pada ekonomi rakyat ternyata mampu bertahan dalam situasi yang sulit.
Untuk itu perguruan tinggi sebagai lembaga yang menjadi salah satu panutan masyarakat dapat mendorong
budaya berwirausaha.
Perguruan tinggi diharapkan juga
mampu menciptakan wirausahawan-wirausahawan yang handal,
sehingga mampu meberi dorongan niat masyarakat khususnya mahasiswa untuk
berwirausaha. Mahasiswa sebagai komponen masyarakat yang terdidik, sebagai
harapan masyarakat dapat membuka lapangan kerja, dengan menumbuhkan niat
berwirausaha. (Tjahjono, 2008:2)
Mahasiswa
yang menekuni ilmu manajerial khususnya kewirausahaan, diharapkan memiliki jiwa
wirausaha yang tinggi, sehingga hal ini akan mampu membuka lapangan kerja yang
lebih luas. Dengan kondisi tersebut, maka perguruan tinggi negeri maupun swasta
untuk mampu menyiapkan anak didiknya, khususnya jurusan manajemen untuk menjadi
wirausaha yang unggul. Mahasiswa jurusan manajemen, supaya tidak mengantungkan
kerja di orang lain, tetapi diperlukan keberanian untuk membuka usaha sendiri
atau berwirausaha. (Tjahjono, 2008:2)
Kondisi
seperti dijelaskan di atas, tentu menjadikan para mahasiswa berani mengambul
keputusan untuk berwirausaha. Bagi
banyak orang, keputusan berwirausaha merupakan perilaku
dengan keterlibatan tinggi (high
involvement) karena dalam mengambil keputusan akan melibatkan
faktor internal seperti kepribadian, persepsi, motivasi, pembelajaran (sikap),
faktor eksternal seperti keluarga, teman, tetangga dan lain sebagainya (norma
subyektif). Kemudian mengukur kontrol keperilakuan yang dirasakan (perceived
control behavior) yaitu suatu kondisi bahwa orang percaya tindakan itu mudah
atau sulit untuk dilakukan dengan memahami berbagai risiko atau
rintangan-rintangan yang ada apabila mengambil tindakan tersebut. (Tjahjono,
2008:2)
Di samping
itu, menurut pengamat
aktivitas kewirausahaan
(Entrepreneurial activity) yang relatif masih rendah. Entrepreneurial activity
diterjemahkan sebagai individu
aktif dalam memulai
bisnis baru dan dinyatakan dalam persen total penduduk
aktif bekerja. Semakin rendah indek entrepreneurial activity maka semakin
rendah level entrepreneurship suatu negara, dan dampaknya pada tingginya pengangguran. Kondisi di atas mengisaratkan betapa masalah
pengangguran menjadi masalah yang sangat serius.
Beberapa
pihak menyoal keberadaan lulusan perguruan tinggi saat ini (Siswoyo, 2009:
114). Menurut Hendarman, Direktur Kelembagaan Dikti Depdiknas menyatakan ”data pengangguran
terdidik di Indonesia menunjukkan bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin rendah kemandirian dan semangat
kewirausahaannya.” Pemerhati kewirausahaan menyatakan bahwa sebagian besar
lulusan Perguruan Tinggi adalah lebih sebagai pencari kerja (job seeker)
daripada pencipta lapangan pekerjaan (job creator). Hal
ini disebabkan sistem
pembelajaran yang diterapkan
di berbagai perguruan tinggi
saat ini, yang
umumnya lebih terfokus pada ketepatan
lulus dan kecepatan memperoleh pekerjaan, dan memarginalkan kesiapan untuk
menciptakan pekerjaan. Ciputra (dalam Direktorat Kelembagaan Dikti, 2009)
menyatakan: ”Mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu jangan hanya diajarkan
bagaimana bisa bekerja dengan baik, tetapi dipacu untuk bisa menjadi pemilik
dari usaha-usaha sesuai latar belakang ilmu mereka,”.
Pendidikan harus
dijalankan dengan kreatif.
Pendidikan kewirausahaan harusnya membekali mahasiswa untuk mandiri dan
tidak berorientasi menjadi pencari kerja ketika yang bersangkutan menyelesaikan
studinya. Hal ini menurut Sadino (2008)
dalam Siswoyo (2009: 115)
mengatakan sebagai dampak dari sistem
pendidikan Indonesia yang kebanyakan masih menggunakan prinsip belajar untuk
tahu, bukan untuk melakukan sesuatu.
Fenomena
di atas seharusnya dapat dijadikan bahan pemikiran, bagaimana agar
dapat menciptakan lapangan kerja baru yang dapat menampung karyawan,
tidak lagi berpikir untuk mempersiapkan
diri menjadi calon karyawan yang mencari pekerjaan, terutama bagi individu yang
terdidik, misalnya mahasiswa.
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan di atas,maka penulis mengambil inisiatif
untuk mengangkat judul yang berhubungan dengan Pengaruh Karakteristik
Kewirausahaan,Motivasi Berprestasi Terhadap Keinginan Berwirausaha Mahasiswa.
I.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pokok
pikiran pada latar
belakang tersebut diatas,
maka penulis merumuskan permasalahan, yaitu :
1. Apakah
Karakteristik Kewirausahaan berpengaruh
terhadap keinginan berwirausaha ?
2. Apakah Motivasi Berprestasi berpengaruh
terhadap keinginan berwirausaha ?
3. Bagaimana sikap wirausaha yang
dikembangkan?
I.3.
Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan dari penulisan yang hendak dicapai berdasarkan rumusan masalah yang
telah disusun meliputi :
1. Untuk mengetahui karakteristik dan
pengaruh kewirausahaan terhadap keinginan berwirausaha khususnya para
mahasiswa.
2. Untuk menganlisis pengaruh motivasi
terhdap keinginan berwirausaha
3. Untuk mengetahui sikap wirausaha yang
perlu dikembangkan.
I.4
Manfaat Penelitian
Dalam
penulisan ini, Penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi setip pembaca
yang meliputi:
1. Dengan
adanya penelitian ini
dapat membarikan masukan
bagi perusahaan di dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang
dihadapi.
2. Dengan
adanya penelitian ini
dapat memberikan kesempatan
kepada
penulis untuk
membahas mengenai ilmu-ilmu
yang diterima selama masa perkuliahan ke dalam praktek
lapangan.
3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti
lain apabila akan mengadakan penelitian lebih lanjut.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1.
Karakteristik Kewirausahaan
Wirausahawan
yang unggul yang mampu menciptakan kreativitas dan inovasi sebagai dasar untuk
hidup, tumbuh dan berkembang umumnya memiliki karakteristik atau ciri-ciri yang
merupakan proses jangka panjang berdasarkan pengalaman dan pendidikan. Beberapa
karakteristik yang melekat pada diri wirausahawan (Zimmerer, and Scarborough,
1998; Kuratko & Hoodgets, 2007) sebagai berikut:
1.
Desire for responsibility
Wirausaha
yang unggul merasa bertanggungjawab secara pribadi atas hasil usaha yang dia
lakukan. Mereka lebih dapat mengendalikan sumberdaya sumberdaya yang dimiliki
dan menggunakan sumberdaya tersebut untuk mencapai cita-cita. Wirausaha yang
berhasil dalam jangka panjang haruslah memiliki rasa tanggung jawab atas usaha
yang dilakukan. Kemampuan untuk menanggung risiko usaha seperti: risiko
keuangan, risiko teknik adakalanya muncul, sehingga wirausaha harus mampu
meminimalkan risiko.
2.
Tolerance for ambiguity
Ketika
kegiatan usaha dilakukan, mau-tidak mau harus berhubungan dengan orang lain,
baik dengan karyawan, pelanggan, pemasok bahan, pemasok barang, penyalur,
masyarakat, maupun aturan legal formal. Wirausaha harus mampu menjaga dan
mempertahankan hubungan baik dengan stakeholder. Keberagaman bagi wirausaha
adalah sesuatu hat yang biasa. Kemampuan untuk menerima keberagaman merupakan
.suatu ciri khas wirausaha guna menjaga kelangsungan hidup bisnis atau
perusahaan dalam jangka panjang.
3. Vision
Wirausaha
yang berhasil selalu memiliki cita-cita, tujuan yang jelas kedepan yang harus
dicapai secara terukur. Visi merupakan filosofi, cita-cita dan motivasi mengapa
perusahaan hidup, dan wirausaha akan menterjemahkan ke dalam tujuan,
kebijakan, anggaran, dan prosedur kerja yang jelas. Wirausaha yang tidak jelas
visi kedepan ibarat orang yang berjalan tanpa arah yang jelas, sehingga
kecenderungan untuk gagal sangat tinggi.
4. Tolerance for failure
Usaha
yang berhasil membutuhkan kerja keras, pengorbanan balk waktu biaya dan tenaga.
Wirausaha yang terbiasa dengan kreativitas dan inovasi kadangkala atau bahkan
sering mengalami ketidakberhasilan. Proses yang cukup panjang dalam mencapai
kesuksesan tersebut akan meningkatkan kepribadian toleransi terhadap kegagalan
usaha.
5. Internal locus of control
Didalam
diri manusia ada kemampuan untuk mengendalikan diri yang dipengaruhi oleh
internal diri sendiri. Wirausaha yang unggul adalah yang memiliki kemampuan
untuk mengendalikan diri dari dalam dirinya sendiri. Kerasnya tekanan
kehidupan, persaingan binis, perubahan yang begitu cepat dalam dunia bisnis
akan meningkatkan tekanan kejiwaan balk mental, maupun moral dalam kehidupan
keseharian. Wirausaha yang mampu mengendalikan dirinya sendiri akan mampu
bertahan dalam dunia bisnis yang makin komplek.
6.
Continuous Improvement
Wirausaha
yang berhasil selalu bersikap positif, mengangap pengalaman sebagai sesuatu
yang berharga dan melakukan perbaikan terus-menerus. Pengusaha selalu
mencarihal-hal baru yang akan memberikan manfaat balk dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Wirausaha memiliki tenaga, keinginan untuk terlibat
dalam petualangan inovatif yang akan membawa konsekuensi menguntungkan dimasa
depan.
7.
Preference for moderate risk.
Dalam
kehidupan berusaha, wirausaha selalu berhadapan dengan intensitas risiko. Sifat
wirausaha dalam menghadapi resiko dapat digolongkan ke dalam 3 macam sifat
mengambil resiko, yaitu risk seeking (orang yang suka dengan risiko tinggi),
moderat risk (orang yang memiliki sifat suka mengambil risiko sedang), dan risk
averse (orang memiliki sifat suka menghidari risiko) Pada umumnya wirausaha
yang berhasil memiliki kemampuan untuk memilih risiko yang moderate/sedang, di
mana ketika mengambil keputusan memerlukan pertimbangan yang matang, hal ini
sejalan dengan risiko wirausaha yang apabila mengalami kegagalan di tanggung
sendiri. Wirausaha akan melihat sebuah bisnis dengan tingkat pemahaman pribadi
yang disesuaikan dengan perubahan lingkungan (Zimmerer, and Scarborough, 1998)
8.
Confidence in their ability to success.
Wirausaha
umumnya memiliki keyakinan yang cukup tinggi atas kemampuan diri untuk
berhasil. Mereka memiliki kepercayaan yang tinggi untuk meiakukan banyak hal
dengan baik dan sukses. Mereka cenderung untuk optimis terhadap peluang
keberhasilan dan optimisme, biasanya berdasarkan kenyataan. Tanpa keyakinan
kepercayaan untuk sukses dan mampu menghadapi tantangan akan menurunkan
semangat juang dalam melakukan bisnis.
9.
Desire for immediate feedback.
Perkembangan
yang begitu cepat dalam kehidupan usaha menunut wirausaha untuk cepat
mengantisipasi perubahan yang terjadi agar mampu bertahan dan berkembang.
Wirausaha pada umumnya memiliki keinginan untuk mendapatkan respon atau umpan
balik terhadap suatu permasalahan. Persaingan yang begitu ketat dalam dunia
usaha menuntut untuk berpikir cerdas, cepat menanggapi perubahan. Wirausaha
memiliki kecenderungan untuk mengetahui sebaik apa ia bekerja dan mencari
pengakuan atas prestasi secara terus-menerus.
10.
High energy level
Wirausaha
pada umumnya memiliki energi yang cukup tinggi dalam melakukan kegiatan usaha
sejalan dengan risiko yang ia tanggung. Wirausaha memiliki semangat atau energi
yang cukup tinggi dibanding kebanyakan orang. Risiko yang harus ditanggung
sendiri mendorong wirausaha untuk bekerja keras dan dalam jangka waktu yang
cukup lama. Bergairah dan mampu menggunakan daya geraknya, ulet tekun dan
tidak mudah putus asa.
11.
Future orientation
Keuntungan
usaha yang tidak pasti mendorong wirausaha selalu
melihat
peluang, menghargai waktu dan berorientasi kemasa depan. Wirausaha memiliki
kecenderungan melihat apa yang akan dilakukan sekarang dan besuk, tidak begitu
mempersoalkan apa yang telah dilakukan kemarin. Wirausaha yang unggui selalu
berusaha memprediksi perubahan dimasa depan guna meningkatkan kinerja usaha.
12.
Skill at organizing
Membangun
usaha dari awal memerlukan kemampuan mengorganisasi sumberdaya yang dimiliki
berupa sumber-sumber ekonomi berujud maupun sumber ekonomi tak berujud untuk
mendapat manfaat maksimal. Wirausaha memiliki keahlian dalam melakukan
organisasi balk orang maupun barang. Wirausaha yang unggul ketika memiliki
kemampuan portofolio sumberdaya yang cukup tinggi untuk dapat bertahan dan
berkembang.
13.
High Commitment
Memunculkan
usaha baru membutuhkan komitmen penuh yang tinggi agar berhasil. Disiplin dalam
bekerja dan pada umumnya wirausaha membenamkan diri dalam kegiatan tersebut
guna keberhasilan cita-citanya. Scarborough, et.all (2006) mengungkapkan
step, langkah terakhir seorang wirausaha untuk meningkatkan kreativitas
pendorong kewirausahaan adalah “work, work, work,….”
14.
Flexibility
Perubahan
yang begitu cepat dalam dunia usaha mengharuskan wirausaha untuk mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan apabila tetap ingin berhasil. Kemampuan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan merupakan modal dasar dalam berusaha,
bertumbuh dan sukses. Fleksibilitas berhubungan dengan kolega seperti;
kemampuan menyesuaikan diri dengan perilaku wirausaha lain, kemampuan
bernegosiasi dengan kolega mencerminkan kompentensi wirausaha yang unggul.
II.2
Motivasi Berpretasi
Motivasi
berpretasi tercermin dari setiap apa yang dihasilkan oleh mahasiswa dalam hal
pnegembangan diri dan mampu bersosialisasi dengan orang banyak. Sifat dari
mahasiswa juga merupakan factor terpenting dalam pengembangan jiwa wirausaha
setiap individu mahasiswa itu sendiri. Adapun tolok ukur dalam kewirausahaan
didasari oleh cirri dan sifat kewirausahaan.
Ciri-ciri
dan Sifat kewirausahaan
Untuk
dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka setiap orang memerlukan ciri-ciri
dan juga memiliki sifat-sifat dalam kewirausahaan. Ciri-ciri seorang wirausaha
adalah:
· Percaya diri
· Berorientasikan tugas dan hasil
· Pengambil risiko
· Kepemimpinan
· Keorisinilan
· Berorientasi ke masa depan
· Jujur dan tekun
Sifat-sifat
seorang wirausaha adalah:
· Memiliki sifat keyakinan, kemandirian,
individualitas, optimisme.
· Selalu berusaha untuk berprestasi,
berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang
kuat, suka bekerja keras, energik ddan memiliki inisiatif.
· Memiliki kemampuan mengambil risiko
dan suka pada tantangan.
· Bertingkah laku sebagai pemimpin,
dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang
membangun.
· Memiliki inovasi dan kreativitas
tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas.
· Memiliki persepsi dan cara pandang
yang berorientasi pada masa depan.
· Memiliki keyakinan bahwa hidup itu
sama dengan kerja keras.
II.3.
Sikap Wirausaha
Dari
daftar ciri dan sifat watak seorang wirausahawan di atas, dapat kita
identifikasi sikap seorang wirausahawan yang dapat diangkat dari kegiatannya
sehari-hari, sebagai berikut:
Disiplin
Dalam
melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki kedisiplinan yang
tinggi. Arti dari kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan komitmen
wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud bersifat
menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja
dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu, dapat dibina dalam diri seseorang
dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan, adalah kendala
yang dapat menghambat seorang wirausahawan meraih keberhasilan. Kedisiplinan
terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan
wirausahawan akan komitmen tersebut. Wirausahawan harus taat azas. Hal tersebut
akan dapat tercapai jika wirausahawan memiliki kedisiplinan yang tinggi
terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausahawan akan
kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan akan kualitas
pekerjaan dan sistem kerja.
Komitmen
Tinggi
Komitmen
adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan kegiatannya,
seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat
progresif (berorientasi pada kemajuan). Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat
dibuat dengan identifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang
direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan contoh komitmen wirausahawan terhadap
orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang berorientasi pada
kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang
ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan sebagainya.Seorang
wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadapkonsumen, akan memiliki
nama baik di mata konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut akan mendapatkan
kepercayaan dari konsumen, dengan dampak pembelian terus meningkat sehingga
pada akhirnya tercapai target perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan.
Jujur
Kejujuran
merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh seorang
wirausahawan. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks. Kejujuran mengenai
karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai
promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang dijanjikan
dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk
yang dilakukan olehwirausahawan.
Kreatif
dan Inovatif
Untuk
memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya
kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh
cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan
produk-produk yang telah ada selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif
umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru
seringkali ide-ide jenius yangmemberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia
usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya
mustahil.
Mandiri
Seseorang
dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan dengan
baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalammengambil keputusan atau
bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan
dengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh
seorang wirausahawan. Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap
mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.
Realistis
Seseorang
dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta/realita sebagai
landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun
tindakan/ perbuatannya. Banyak seorang calon wirausahawan yang berpotensi
tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena wirausahawan tersebut
tidak realistis, obyektif dan rasional dalam pengambilan keputusan bisnisnya.
Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap
masukan-masukan/ sumbang saran yang ada keterkaitan erat dengan tingkat
keberhasilan usaha yang sedang dirintis.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Keinginann
berwirausaha memang sangat sulit untuk dijalankan oleh kebanyakan
orang,khususnya para mahasiswa. Akan tetapi memberikan ilmu pengetahuan
mengenai wirausaha sangatlah penting untuk diajarkan oleh para pendidik
khususnya para dosen pengajar mata kuliah tersebut. Disatu pihak ini menjadi
sebuah tantangan bagaimana caranya untuk menumbuhkan jiwa usaha terhadap orang
banyak,namun dilain pihak ini menjadi sebuah keharusan bagi para pendidik untuk
memperkenalkan,mengajarkan, dan memberikan ilmu pengetahuan mengani wrausaha
dan bagaimana kita bisa terjun ke dunia tersebut dalam hal ini dunia usaha itu
sendiri.
Saran
Sebagai
mahasiswa,pengetahuan tentang kewirausahaan memang harus dimiliki, karena
memang setiap mahasiswa memperoleh mata kuliah tentang kewirausahaan. Namun
untuk menumbuhkan jiwa wirausahawan terhadap setip orang khususnya para mahasiswa
memang sangat sulit, apa lagi bisa sampai terjun ke dunia tersebut yaitu dunia
usaha. Dalam hal ini peran pendidik sangatlah penting untuk memperkenalkan
bagaimana sebenarnya dunia usaha tersebut. Untuk itu, mengajarkan ilmu
pengetahuan tentang wirausaha tidak hanya berdasarkan teori, akan tetapi
harusnya lebih pada pengimplementasiannya. Karena setiap orang khususnya para
mahasiswa memiliki cara pandang tersendiri mengenai hal bagaimana ia bisa
terjun dan memerankan peran sebagai wirausahawan.
DAFTAR PUSTAKA
Aaltonen,
Priscilia Gaudet, 2004. “Customer Relationship Marketing and Effects
of
Demographics and Technology on Customer Satisfaction and Loyalty in
Financial
Services,” Dissertation, Old Dominion University.
Masykur
Wiratmo, Pengantar Kewiraswastaan Kerangka Dasar
Memasuki
Dunia Bisnis, BPFE . UGM Yogyakarta, edisi Pertama;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar