April 29, 2025

PRESENTASI BISNIS 2 KELAS AC

Selasa, 29 April 2025

AC20,AC24,AC25,AC29,AC31,AC34,AC35

PRESENTASI BISNIS 2 KELAS AD

Selasa, 29 April 2025

AD01, AD04, AD08, AD31,AD32,AD34,AD37,AD39,AD41

Contoh Penilaian Kelayakan Usaha Kuliner: Studi Kasus UMKM Sukses

 Oleh : Muhammad Putra Akbar (AD33)


Abstrak

Penilaian kelayakan usaha merupakan langkah penting sebelum memulai atau mengembangkan bisnis, terutama di sektor kuliner yang sangat kompetitif. Artikel ini menyajikan studi kasus dari sebuah UMKM kuliner yang berhasil tumbuh berkat perencanaan matang dan penilaian kelayakan usaha yang komprehensif.

MVP Bukan Produk Murahan: Seni Menemukan Nilai Inti Bagi Pengguna

Oleh : Muhamad Farhat Khadafi 

Abstrak

Konsep Minimum Viable Product (MVP) seringkali disalahpahami sebagai peluncuran produk dengan fitur seadanya dan kualitas rendah. Artikel ini bertujuan untuk meluruskan pemahaman tersebut dengan mengupas tuntas esensi MVP sebagai sebuah strategi cerdas untuk validasi ide dan iterasi produk berdasarkan umpan balik nyata dari pengguna.

TIPS MENYUSUN MODEL BISNIS YANG INOVATIF DAN BERKELANJUTAN

Oleh : Jessica Christie Aurora Utomo 


 ABSTRAK

Model bisnis yang inovatif dan berkelanjutan menjadi kunci utama bagi perusahaan untuk bertahan dalam persaingan global serta menghadapi tantangan perubahan lingkungan dan sosial.

Business Model untuk UMKM: Sederhana Tapi Efektif

Abstrak : Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. UMKM memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi kemiskinan. 

TIPS MENYUSUN MODEL BISNIS YANG INOVATIF DAN BERKELANJUTAN

 



ABSTRAK

Model bisnis yang inovatif dan berkelanjutan menjadi kunci utama bagi perusahaan untuk bertahan dalam persaingan global serta menghadapi tantangan perubahan lingkungan dan sosial. Artikel ini membahas pendekatan dalam menyusun model bisnis yang tidak hanya mengedepankan aspek inovasi dalam produk, proses, maupun teknologi, tetapi juga mempertimbangkan keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dengan mengadopsi kerangka seperti Business Model Canvas (BMC), Triple Bottom Line (TBL), dan prinsip circular economy, pelaku usaha dapat menciptakan nilai jangka panjang yang berdampak positif.  

KATA KUNCI: model bisnis, inovasi, keberlanjutan, Business Model Canvas, triple bottom line, circular economy

 

PENDAHULUAN

Di era disrupsi digital dan meningkatnya kesadaran akan isu lingkungan, banyak bisnis menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan relevansi dan daya saing. Salah satu kunci untuk menjawab tantangan tersebut adalah dengan mengembangkan model bisnis yang tidak hanya inovatif tetapi juga berkelanjutan. Model bisnis yang inovatif memungkinkan perusahaan untuk menciptakan nilai baru, sementara aspek keberlanjutan memastikan bahwa nilai tersebut tetap relevan dan bertanggung jawab terhadap generasi mendatang.

 

PERMASALAHAN

Banyak perusahaan masih terpaku pada model bisnis konvensional yang berfokus pada keuntungan jangka pendek, tanpa mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan. Tantangan utama dalam menyusun model bisnis yang inovatif dan berkelanjutan meliputi:

1. Kurangnya pemahaman tentang keberlanjutan di kalangan pelaku usaha.  
2. Minimnya integrasi antara inovasi dan keberlanjutan dalam proses pengambilan keputusan strategis.  
3. Keterbatasan sumber daya dalam mengembangkan model bisnis yang fleksibel dan adaptif.  

 

PEMBAHASAN

Penyusunan model bisnis yang inovatif dan berkelanjutan memerlukan pendekatan yang sistematis. Berikut beberapa tips yang dapat diterapkan:

1. Gunakan Business Model Canvas (BMC)

BMC membantu memetakan elemen-elemen kunci dari bisnis seperti proposisi nilai, segmen pelanggan, saluran distribusi, dan aliran pendapatan. Integrasi elemen keberlanjutan bisa dilakukan dalam proposisi nilai, seperti menawarkan produk ramah lingkungan atau berkontribusi pada pemberdayaan masyarakat.

2. Terapkan Konsep Triple Bottom Line (TBL)

Model TBL mencakup tiga aspek penting: profit (keuntungan ekonomi), people (tanggung jawab sosial), dan planet (kelestarian lingkungan). Perusahaan harus mengevaluasi keputusan bisnis berdasarkan ketiga aspek ini secara seimbang.

3. Adopsi Circular Economy

Alih-alih menggunakan model linear (ambil – buat – buang), circular economy mendorong pemanfaatan kembali sumber daya melalui daur ulang, perbaikan, dan penggunaan ulang. Model ini mendukung efisiensi sumber daya dan mengurangi limbah.

4. Libatkan Inovasi Teknologi dan Digitalisasi

Pemanfaatan teknologi seperti AI, IoT, dan blockchain dapat mempercepat efisiensi operasional dan transparansi rantai pasok, yang merupakan kunci keberlanjutan.

5. Validasi Ide dengan Pendekatan Lean Startup

Uji coba cepat dan iterasi berkelanjutan memungkinkan perusahaan menyesuaikan model bisnis berdasarkan umpan balik pelanggan, mengurangi risiko kegagalan.

 

KESIMPULAN DAN SARAN

Penyusunan model bisnis yang inovatif dan berkelanjutan membutuhkan sinergi antara kreativitas, tanggung jawab sosial, dan kesadaran lingkungan. Melalui pemanfaatan kerangka seperti BMC, TBL, dan circular economy, serta dukungan teknologi digital, bisnis dapat menciptakan nilai yang relevan untuk masa kini dan masa depan.  

 

 

 

SARAN:

• Pelaku bisnis disarankan untuk terus mengikuti perkembangan teknologi dan tren keberlanjutan global.  
• Pendidikan dan pelatihan terkait model bisnis berkelanjutan perlu diperluas, terutama bagi pelaku usaha kecil dan menengah.  
• Pemerintah dan lembaga keuangan sebaiknya memberikan insentif bagi perusahaan yang menerapkan prinsip keberlanjutan.

 

DAFTAR PUSTAKA

• Osterwalder, A., & Pigneur, Y. (2010). Business Model Generation. John Wiley & Sons.
https://www.strategyzer.com/books/business-model-generation
• Elkington, J. (1998). Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line of 21st Century Business. Capstone.
https://www.johnelkington.com/archive/TBL-elkington-chapter.pdf
• Ries, E. (2011). The Lean Startup: How Today's Entrepreneurs Use Continuous Innovation to Create Radically Successful Businesses. Crown Business.
https://theleanstartup.com/book
• Porter, M. E., & Kramer, M. R. (2011). Creating Shared Value. Harvard Business Review.
https://hbr.org/2011/01/the-big-idea-creating-shared-value
• Geissdoerfer, M., Savaget, P., Bocken, N.M.P., & Hultink, E.J. (2017). The Circular Economy – A new sustainability paradigm? Journal of Cleaner Production, 143, 757–768.

https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2016.12.048

Tools dan Metode Terbaik untuk Identifikasi Masalah dalam Bisnis Startup

ABSTRAK

Dalam ekosistem bisnis startup yang dinamis dan seringkali tidak menentu, kemampuan untuk mengenali masalah dengan tepat dan terorganisir merupakan elemen vital dalam mencapai sukses.

Tools Gratis untuk Membantu Validasi Kebutuhan Konsumen di Awal Bisnis

 ABSTRAK

Memverifikasi kebutuhan konsumen adalah tahap penting ketika mendirikan perusahaan. Secara khusus, untuk memastikan bahwa produk atau layanan yang dikembangkan benar -benar diperlukan di pasar.

Langkah Mudah Mengidentifikasi Konsumen Potensial untuk Bisnismu

 


Abstrak 

Dalam dunia bisnis yang kompetitif, kemampuan untuk mengidentifikasi konsumen potensial menjadi faktor penentu dalam keberhasilan strategi pemasaran dan pengembangan produk.

Penilaian Kelayakan Usaha: Perspektif Teori dan Praktik


 

Penilaian Kelayakan Usaha: Perspektif Teori dan Praktik 

disusun oleh : Hana Maulida

 



Abstrak Penilaian kelayakan usaha merupakan langkah penting dalam memulai atau mengembangkan suatu bisnis. Kegiatan ini bertujuan untuk menentukan apakah suatu usaha layak dijalankan dari berbagai aspek, baik finansial, pasar, teknis, hukum, hingga sosial ekonomi. Artikel ini bertujuan untuk mengulas secara teoritis dan praktis tentang proses penilaian kelayakan usaha, termasuk pendekatan yang digunakan, faktor-faktor penentu keberhasilan, dan tantangan dalam implementasinya. Dengan menyatukan perspektif akademik dan praktik lapangan, artikel ini diharapkan menjadi referensi yang komprehensif bagi akademisi, investor, dan pelaku usaha.

Kata Kunci: kelayakan usaha, studi kelayakan, evaluasi bisnis, manajemen usaha, investasi

Pendahuluan Dalam dunia bisnis yang kompetitif, penilaian kelayakan usaha menjadi fondasi utama sebelum memulai suatu kegiatan usaha. Penilaian ini dilakukan untuk memastikan bahwa usaha tersebut tidak hanya menjanjikan keuntungan, tetapi juga dapat beroperasi secara berkelanjutan. Banyak usaha yang gagal bukan karena kurangnya ide atau modal, tetapi karena tidak dilakukan analisis kelayakan yang memadai (Suliyanto, 2010). Oleh karena itu, studi kelayakan merupakan alat bantu yang penting bagi para pemilik usaha, investor, dan pihak terkait lainnya dalam pengambilan keputusan strategis.

Permasalahan Meskipun studi kelayakan usaha telah lama dikenal dan diterapkan, masih banyak pelaku usaha yang mengabaikannya atau melakukannya secara tidak menyeluruh. Permasalahan utama yang muncul adalah:

1. Kurangnya pemahaman terhadap komponen studi kelayakan.

2. Keterbatasan data dan informasi yang valid untuk analisis.

3. Perbedaan pendekatan teoritis dan kenyataan di lapangan.

4. Ketidakmampuan dalam menilai risiko usaha secara objektif.

5. Minimnya evaluasi terhadap aspek non-finansial seperti hukum dan sosial (Kasmir & Jakfar, 2014).

Pembahasan

1. Definisi dan Tujuan Studi Kelayakan Usaha Studi kelayakan usaha adalah analisis yang dilakukan untuk menilai apakah suatu usaha dapat dijalankan secara efektif dan menguntungkan. Tujuannya adalah untuk:

· Mengurangi risiko kerugian usaha.

· Memberikan gambaran menyeluruh mengenai prospek usaha.

· Menjadi dasar pengambilan keputusan investasi.

· Menyusun strategi operasional yang realistis (Soekartawi, 2002).

Dengan melakukan studi kelayakan, investor maupun pengusaha akan mendapatkan pemahaman lebih baik terhadap peluang dan tantangan yang mungkin dihadapi. Proses ini juga dapat meningkatkan kredibilitas usaha di mata pihak ketiga seperti bank atau lembaga keuangan.

2. Aspek-Aspek dalam Penilaian Kelayakan Usaha Secara umum, terdapat beberapa aspek utama yang dianalisis dalam studi kelayakan:

a. Aspek Pasar dan Pemasaran Analisis ini mencakup studi tentang permintaan, penawaran, pesaing, dan strategi pemasaran. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah produk atau jasa yang ditawarkan memiliki pasar yang cukup dan bagaimana cara memasukinya. Misalnya, studi kelayakan dapat mengungkap bahwa produk memiliki keunikan yang belum dimiliki pesaing di wilayah tertentu, sehingga peluang penetrasi pasar menjadi lebih besar.

b. Aspek Teknis dan Operasional Membahas lokasi usaha, teknologi yang digunakan, kapasitas produksi, dan kebutuhan sumber daya. Analisis ini menentukan apakah usaha dapat dijalankan secara teknis (Suliyanto, 2010). Aspek teknis juga mempertimbangkan skala ekonomi dan efisiensi operasional, yang bisa berdampak besar pada biaya produksi jangka panjang.

c. Aspek Finansial Meliputi perhitungan modal awal, proyeksi arus kas, analisis laba rugi, titik impas, dan tingkat pengembalian investasi. Aspek ini paling sering digunakan sebagai penentu utama kelayakan (Riyanto, 2001). Evaluasi finansial dapat membantu menjawab pertanyaan penting seperti: kapan usaha balik modal? Seberapa besar return yang diharapkan? Dan bagaimana sensitivitas terhadap perubahan biaya atau pendapatan?

d. Aspek Hukum dan Legalitas Menganalisis kesesuaian usaha dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Ini termasuk izin usaha, hak atas tanah, serta kepatuhan terhadap regulasi lingkungan. Beberapa usaha gagal dijalankan hanya karena pengabaian terhadap aspek hukum yang bisa menyebabkan sanksi administratif atau bahkan pidana.

e. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan Menilai dampak usaha terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Usaha yang layak secara ekonomi namun menimbulkan dampak sosial negatif bisa dianggap tidak layak (Gittinger, 1986). Misalnya, pabrik yang memberi lapangan pekerjaan luas tapi mencemari lingkungan akan mendapat penolakan publik yang bisa berdampak jangka panjang.

3. Metodologi dalam Studi Kelayakan Beberapa metode yang digunakan dalam analisis kelayakan antara lain:

· Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)

· Analisis NPV (Net Present Value)

· IRR (Internal Rate of Return)

· Payback Period

· Break Even Point (BEP)

Metode-metode ini digunakan untuk memberikan gambaran kuantitatif dan kualitatif terhadap kelayakan proyek usaha (Kasmir & Jakfar, 2014). Penggunaan kombinasi metode analisis ini memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih menyeluruh dan tidak hanya bertumpu pada satu sisi semata.

4. Tantangan dalam Pelaksanaan Studi Kelayakan Dalam praktiknya, pelaksanaan studi kelayakan menghadapi berbagai tantangan, di antaranya:

· Keterbatasan sumber daya dalam pengumpulan data.

· Ketidakpastian pasar dan perubahan regulasi.

· Kesalahan dalam asumsi dasar dan proyeksi keuangan.

· Bias dalam penilaian akibat kepentingan pribadi atau kelompok.

Selain itu, terdapat juga tantangan dalam menjembatani hasil studi kelayakan dengan implementasi nyata. Banyak bisnis yang gagal bukan karena hasil studi kelayakannya salah, tetapi karena pelaksanaannya tidak disiplin atau menyimpang dari rencana awal.

5. Studi Kasus: Penerapan Kelayakan Usaha pada UMKM Sebagai ilustrasi, sebuah UMKM di bidang makanan ringan melakukan studi kelayakan sederhana sebelum membuka cabang baru. Mereka melakukan survei pasar lokal, menghitung kebutuhan modal dan operasional, serta memperkirakan penjualan berdasarkan tren penjualan sebelumnya. Hasilnya menunjukkan bahwa lokasi baru memiliki potensi pasar yang besar dan layak secara finansial. Namun, aspek perizinan perlu disesuaikan dengan kebijakan daerah setempat (Soekartawi, 2002).

UMKM lainnya yang bergerak di bidang fashion lokal melakukan pendekatan kelayakan dengan menggandeng akademisi dan konsultan. Hasil studi menunjukkan bahwa strategi pemasaran digital sangat penting untuk meningkatkan daya saing, sehingga disarankan pelatihan digital marketing sebagai bagian dari rencana usaha. Pendekatan kolaboratif ini menjadi contoh baik integrasi teori dan praktik.

Kesimpulan dan Saran Penilaian kelayakan usaha merupakan langkah krusial dalam mendirikan atau mengembangkan usaha. Dengan melakukan studi kelayakan yang komprehensif dan objektif, pelaku usaha dapat meminimalkan risiko dan memaksimalkan peluang keberhasilan. Diperlukan integrasi antara pendekatan teoritis dan praktik lapangan agar hasil analisis dapat diterapkan secara efektif. Untuk itu, pelatihan dan pendampingan bagi pelaku usaha, khususnya UMKM, perlu ditingkatkan agar mereka mampu melakukan studi kelayakan secara mandiri (Suliyanto, 2010).

Selain itu, kolaborasi antara akademisi, pelaku usaha, dan pemerintah dapat menciptakan ekosistem usaha yang lebih berkelanjutan. Studi kelayakan sebaiknya menjadi bagian dari kurikulum kewirausahaan dan program pembinaan UMKM, sehingga praktik ini membudaya dan bukan hanya formalitas.

Daftar Pustaka

· Gittinger, J. Price. (1986). Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI Press.

· Suliyanto. (2010). Studi Kelayakan Bisnis. Andi.

· Kasmir, Jakfar. (2014). Studi Kelayakan Bisnis. Kencana Prenada Media.

· Riyanto, Bambang. (2001). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE Yogyakarta.

· Soekartawi. (2002). Analisis Usaha Tani. UI Press.