ABSTRAK
Model bisnis yang inovatif dan berkelanjutan menjadi kunci utama bagi perusahaan untuk bertahan dalam persaingan global serta menghadapi tantangan perubahan lingkungan dan sosial. Artikel ini membahas pendekatan dalam menyusun model bisnis yang tidak hanya mengedepankan aspek inovasi dalam produk, proses, maupun teknologi, tetapi juga mempertimbangkan keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dengan mengadopsi kerangka seperti Business Model Canvas (BMC), Triple Bottom Line (TBL), dan prinsip circular economy, pelaku usaha dapat menciptakan nilai jangka panjang yang berdampak positif.
KATA KUNCI: model bisnis, inovasi, keberlanjutan, Business Model Canvas, triple bottom line, circular economy
PENDAHULUAN
Di era disrupsi digital dan meningkatnya kesadaran akan isu lingkungan, banyak bisnis menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan relevansi dan daya saing. Salah satu kunci untuk menjawab tantangan tersebut adalah dengan mengembangkan model bisnis yang tidak hanya inovatif tetapi juga berkelanjutan. Model bisnis yang inovatif memungkinkan perusahaan untuk menciptakan nilai baru, sementara aspek keberlanjutan memastikan bahwa nilai tersebut tetap relevan dan bertanggung jawab terhadap generasi mendatang.
PERMASALAHAN
Banyak perusahaan masih terpaku pada model bisnis konvensional yang berfokus pada keuntungan jangka pendek, tanpa mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan. Tantangan utama dalam menyusun model bisnis yang inovatif dan berkelanjutan meliputi:
PEMBAHASAN
Penyusunan model bisnis yang inovatif dan berkelanjutan memerlukan pendekatan yang sistematis. Berikut beberapa tips yang dapat diterapkan:
BMC membantu memetakan elemen-elemen kunci dari bisnis seperti proposisi nilai, segmen pelanggan, saluran distribusi, dan aliran pendapatan. Integrasi elemen keberlanjutan bisa dilakukan dalam proposisi nilai, seperti menawarkan produk ramah lingkungan atau berkontribusi pada pemberdayaan masyarakat.
Model TBL mencakup tiga aspek penting: profit (keuntungan ekonomi), people (tanggung jawab sosial), dan planet (kelestarian lingkungan). Perusahaan harus mengevaluasi keputusan bisnis berdasarkan ketiga aspek ini secara seimbang.
Alih-alih menggunakan model linear (ambil – buat – buang), circular economy mendorong pemanfaatan kembali sumber daya melalui daur ulang, perbaikan, dan penggunaan ulang. Model ini mendukung efisiensi sumber daya dan mengurangi limbah.
Pemanfaatan teknologi seperti AI, IoT, dan blockchain dapat mempercepat efisiensi operasional dan transparansi rantai pasok, yang merupakan kunci keberlanjutan.
Uji coba cepat dan iterasi berkelanjutan memungkinkan perusahaan menyesuaikan model bisnis berdasarkan umpan balik pelanggan, mengurangi risiko kegagalan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Penyusunan model bisnis yang inovatif dan berkelanjutan membutuhkan sinergi antara kreativitas, tanggung jawab sosial, dan kesadaran lingkungan. Melalui pemanfaatan kerangka seperti BMC, TBL, dan circular economy, serta dukungan teknologi digital, bisnis dapat menciptakan nilai yang relevan untuk masa kini dan masa depan.
SARAN:
DAFTAR PUSTAKA
https://www.strategyzer.com/books/business-model-generation
https://www.johnelkington.com/archive/TBL-elkington-chapter.pdf
https://ellenmacarthurfoundation.org/towards-the-circular-economy-vol-1-an-economic-and-business-rationale-for-an-accelerated-transition
https://theleanstartup.com/book
https://hbr.org/2011/01/the-big-idea-creating-shared-value
Tidak ada komentar:
Posting Komentar