Oleh:
Arini Rizky Juniyanti
- Kesederhanaan
Orang-orang Cina terkenal Sederhana,
kekayaan yang dia peroleh tidak semua dikonsumsi habis. Namun mereka menabung
atau menginvestasikan sebagian pendapatannya.
Ada filsafat Cina yang berbunyi " Jangan berhenti sebelum sampai ke sungai Huang ho." Orang-orang yang sukses dibentuk dari kehidupan yang sulit’. Jadi dalam berusaha, banyak pengusaha yang awalnya bersusah-susah dahulu, kemudian baru ketika sudah kaya, mulai bersenang-senang kemudian. Misalnya saja pengusaha besar Eka Tjipta Widjaja ketika masih muda, dia menjadi tukang pel pelabuhan atau pemungut sampah. Selain itu, karena biaya hidup yang tinggi disebabkan oleh alokasi keuangan, maka dia juga sebisa mungkin menghemat apa yang bisa ia konsumsi.
Ada filsafat Cina yang berbunyi " Jangan berhenti sebelum sampai ke sungai Huang ho." Orang-orang yang sukses dibentuk dari kehidupan yang sulit’. Jadi dalam berusaha, banyak pengusaha yang awalnya bersusah-susah dahulu, kemudian baru ketika sudah kaya, mulai bersenang-senang kemudian. Misalnya saja pengusaha besar Eka Tjipta Widjaja ketika masih muda, dia menjadi tukang pel pelabuhan atau pemungut sampah. Selain itu, karena biaya hidup yang tinggi disebabkan oleh alokasi keuangan, maka dia juga sebisa mungkin menghemat apa yang bisa ia konsumsi.
Kesederhanaan dan keprihatinan orang Cina
bukan karena mereka tidak mempunyai uang, tapi mereka memang menggunakan uang
begitu sangat disiplin dan perhitungan. Orientasi mereka bukan untuk sesaat
tetapi berfikir panjang dan jauh.
Dalam mengelola keuangan, orang Cina lebih
hati-hati dan terkesan pelit, karena mereka sangat malu bila harus hutang uang
pada orang lain kalau kepepet, jadi akibatnya mereka selalu berusaha menabung
untuk cadangan, karena sikap inilah mereka jarang konsumtif, dan akibatnya bisa
melipatkan modalnya.
Bangsa Cina sudah terbiasa hidup Sederhana.
Mereka bisa bikin motor atau mobil. Mereka juga bisa meniru sepeda motor model
Harley Davidson. Meskipun demikian, mereka jarang naik sepeda motor. Orang
Cina, kalau mau bepergian yang jaraknya kurang dari 1 km, maka mereka memilih
jalan kaki; kalau lebih dari 1 km, mereka memilih naik sepeda; dan kalau lebih
dari 5 km, maka mereka memilih naik bus. Kalau sudah kaya betul, baru mereka
mempunyai mobil; itupun jarang dipakai, karena mereka lebih suka naik bus
sekalipun sudah mempunyai mobil sendiri. Alasan mereka sederhana dan rasional,
yaitu lebih hemat, lebih sehat, lebih selamat, dan anti polusi.
2. Pekerja Keras dan Cerdas
Orang Cina itu pekerja keras dan cerdas. Orang
Cina; kalau ayahnya jualan kacang buntelan, maka pada saat anaknya nanti,
usahanya sudah menjadi pabrik kacang. Jadi, untuk faktor entrepreneurship,
mungkin Cina nomor satu di dunia.
Orang Cina karena telah digemleng dalam
kesusahan dalam kehidupannya, maka alami berusaha sekuat tenaga dan memeras
otak untuk survive. Persis jika orang tercebur di air maka akan meronta-ronta
supaya kepalanya tetap di atas air untuk bernafas dan tetap hidup.
Di Cina, sebulan umumnya bekerja 60 jam, enam
hari seminggu. Meski sekitar 20 jam di antaranya terhitung lembur, tapi mereka
tidak mendapat upah tambahan dari kerja ekstra itu. Umumnya, kaum pekerja keras
itu mengaku tak punya pilihan kecuali lembur dan menganggap hal itu memang
sudah menjadi tugas mereka, sehingga memang tidak perlu upah tambahan.
Disebutkan bahwa sedikitnya di tiga kota Cina, 51 persen orang yang lembur
selama hari kerja tak mendapatkan upah tambahan.
Jadi, bekerja keras dalam arti lebih lama dari
aturan kerja yang berlaku secara formal misalnya, lima hari kerja, 40 jam
seminggu dengan menggunakan kemampuan diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan hidup sehari-hari, agaknya sudah menjadi kecendrungan yang sulit
dibendung. Semakin banyak pekerja merasa memang begitulah seharusnya, terutama
ketika mereka menginginkan karier dan kehidupan yang lebih baik.
Kerja keras seolah-olah menjadi jalan
satu-satunya. Hal ini tentu tidak terlalu perlu dipersoalkan jika kita memiliki
pekerjaan yang kita senangi, pekerja yang sesuai dengan bakat dan potensi
terbaik kita, dan pekerjaan yang memberikan hasil-hasil terbaik, baik kepada
kita maupun masyarakat dan lingkungan dimana kita maupun kepada masyarakat dan
lingkungan dimana kita mengabdi. Seperti Oprah Winfrey yang menemukan
“tempatnya” yang unik di dunia ini, ia mungkin melakukan pekerjaan tanpa merasa
“bekerja”.
Pepatah Cina berbunyi : " Mendaki Langit
itu Sulit , Namun Lebih Sulit Meminta Pertolongan Orang Lain." Filosofi
ini mendorong agar orang Cina harus mandiri , tidak mengandalkan bantuan orang
lain .
3. Fleksible
Orang Cina adalah bangsa yang fleksible, mudah
berubah dan menyesuaikan diri dengan keadaan yang bagaimanapun. Mereka akan
dapat hidup dan mencari makan di mana pun mereka berada. Inilah salah satu
kepandaian orang Cina. Orang Cina biasa berdagang di mana saja termasuk di
kawasan yang paling tidak produktif sekalipun. Hal ini diungkapkan bahwa “Orang
Cina biasa berdagang di kampong Melayu, tetapi orang Melayu belum tentu bisa
berdagang di kawasan orang Cina.”
Salah satu sebab adalah mereka lebih cincai,
fleksible, lebih ramah dan menjaga nama karena mereka berpikir jauh kedepan,
bahwa kepercayaan adalah modal yang tak terbatas dalam bidang dagang. Bukannya
pribumi tidak mempunyai pemikiran itu? Sebenarnya sama, tetapi persentase yang
mau memanfaatkan pemikiran dan sikap itulah yang belum merata, sehingga kita
lebih sering terbentur dengan pribumi yang kurang pandai berdagang sedangkan
dengan pedagang Cina jarang ketemu dengan yang tidak professional, akibatnya
kita memilih pedagang Cina saja daripada mengambil resiko.
Kita memang dapat melihat bahwa orang Cina
mudah berkembang di mana saja. Lihat saja kota-kota yang ada di Indonesia, para
pengusaha Cina berkembang pesat. Mengapa bisa demikian? Hal itu dikarenakan
totalitas. Bahwa orang Cina selalu menginginkan perubahan secara total, maka
terjadi hijrah bukan saja secara fisik melainkan juga mental, jiwa. Keinginan
untuk berubah adalah kunci orang Cina.
Namun, mereka berdagang bukan tanpa kegagalan.
Nasib gagal tidak dijadikan alasan untuk menerima kekalahan dalam perdagangan
mereka. Setiap pedagang Cina dapat mengambil hikmah dan belajar dari
kegagalannya. Mereka mengevaluasi segala kekurangan, kelemahan, kesalahan, dan
kegagalan. Mereka terus belajar dari kesalahan itu. Kegagalan pertama tidak
dapat melunturkan semangatnya., sebaiknya justru akan membuat lebih gigih.
Kegagalan yang kedua dijadikannya sebagai pelajaran. Kegagalan yang ketiga
menjadikan lebih bijak. Kegagalan yang seterusnya akan menguji kesabaran dan ketabahannya.
Gagal berapa kali bagi orang Cina tidak berarti akan gagal untuk seterusnya.
Orang Cina percaya dan yakin mereka pasti akan berhasil suatu hari nanti.
4. Tahan Banting
Prinsip
bisnis orang Cina, yakni agresif, jangan melepas peluang, berani mengambil
resiko, tahan banting, tidak menyerah pada nasib, dan semangat juang. pedagang
Cina dikatakan agresif dalam berbisbis karena mereka tidak mau kompromi,
terutama menyangkut kualitas barang, untung, dan rugi. Pedagang harus bisa
membedakan antara urusan bisnis dan urusan pribadi. Mereka juga sangat tegas
dalam megurus keuangannya. Hasil keuntungan harus digunakan untuk menghasilkan
lebih banyak keuntungan lagi. Uang harus menjadi uang.
Jangan melepaskan peluang. Sekali terlepas
peluang itu sulit mengejarnya kembali, karena peluang hanya datang dalam
sekali. Pedagang harus cepat bertindak, lebih lama menunggu lebih banyak yang
terbuang, membiarkannya berarti membuang keuntungan serta menolak kekayaan.
5. Berani Mengambil Resiko
Berani
mengambil resiko termasuk resiko gagal, rugi ataupun jatuh usaha dagangnya.
Berdagang adalah suatu kegiatan yang penuh resiko dan tidak ada jaminan dengan
berdagang orang akan untung, oleh karena itu setiap kegiatan perdagangan harus
dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan dilakukan sambil lalu. Orang yang
berani maka harus berani mencoba, membuka dan memajukan perdagangannya. Musuh
utama para pedagang adalah takut bersaing dan takut gagal.
Orang Cina itu sudah sejak 4.000 tahun berada
dalam kesusahan. Negara Cina dari jaman dulu terbiasa dengan perang, rakyat
kecil disiksa oleh pemerintahnya sendiri, dan pemerintahnya berganti-ganti
terus. Orang Cina adalah salah satu bangsa yang tahan banting. Sudah biasa
menderita, dan makin menderita, biasanya orang akan makin nekad dan makin
berani.
Pedagang Cina juga percaya pada takdir, tapi
mereka tidak mau menyerah kepada nasib. Artinya. Nasib harus diperjuangkan,
harus dilawan dengan bekerja keras. Karena mereka percaya bahwa nasib manusia
itu ibarat roda, sesekali di atas dan sesekali di bawah. Jadi, tidak mungkin
manusia selamanya berada di bawah. Dalam arti, manusia bisa mengatasi
kemiskinan asalkan dia mau berusaha. Makin keras dan kuat usahanya, makin besar
pula kemungkinan untuk melepaskan diri dari kemiskinan.
6. Kalender dan Jam
Coba
perhatikan kalau Anda masuk ke sebuah toko orang Cina, entah itu lestoran, toko
bangunan, atau toko apapun. Perhatikan dinding-dindingnya, pasti akan banyak
menemukan kalender lebih dari satu. Selain sebagai hiasan dinding, ruangan tersebut
kalender yang berfungsi sebagai petunjuk tanggal dan hari menyimbolkan orang
Cina sangat menghargai hari-hari yang sudah dan akan berlalu. Bagi mereka
setiap hari haruslah bermakna dan menghasilkan jangan membuang waktu sia-sia
dengan hal yang tidak berguna.
Begitupun dengan jam dinding. Mereka sangat
menghargai waktu yang berlalu setiap harinya. Waktu bagi mereka sangatlah
berharga setiap detik adalah kerja keras yang harus ditempuh. Orang Cina sangat
menghargai waktu dalam berbisnis, mereka memulai usahanya akan lebih awal dari
orang lain. Begitupun dengan menutup usaha atau toko mereka akan lebih akhir
dari orang lain. Orang Cina mempunyai prinsip kalau perlu bekerja rodi dari
pagi subuh hingga malam. Bagi orang Cina, jika hasil produksi meningkat dan
perusahaan mendapat keuntungan besar, secara otomatis mereka akan mendapatkan
balasannya.
Sumber :
http://mbahpwiro.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar