210-Juniawan Mandala |
Makanan atau kue khas suatu daerah berpotensi menjadi bisnis yang
menarik jika dikelola dengan baik. Rasa dan aromanya yang khas menjadi daya
tarik tersendiri. Terlebih jika disajikan secara lebih higienis dengan
packaging yang baik sehingga menarik pelanggan untuk membeli dan membawanya
pulang sebagai oleh-oleh untuk keluarga di rumah. Batam dikenal sebagai daerah
yang pa-ling banyak dikunjungi wisatawan setelah Bali, dan jumlahnya terus
meningkat setiap tahun, bahkan dengan jarak yang sangat berdekatan dengan
Singapura dan Malaysia membuat Batam menjadi daerah transit yang ramai. Namun
Batam belum memiliki makanan atau kue khas sebagai oleh-oleh para wisatawan.
Makanan dan kue yang menjadi oleh-oleh wisatawan selama ini biasanya berbentuk cokelat, atau biskuit beraroma cokelat yang berasal dari Singapura dan Malaysia Melihat peluang pasar yang besar, Rosnendya Wisnu Wardhana (35) akhir tahun 2008 memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya sebagai bankir di sebuah bank di Batam, dan memilih menjadi pebisnis kue dan oleh-oleh makanan khas Melayu. Untuk memutuskan produk apa yang akan dijadikan icon kue khas Melayu sebagai oleh-oleh khas Batam, Wisnu banyak berkunjung ke tokoh-tokoh masyarakat serta tetua Melayu yang tinggal di pulau-pulau terpencil di kawasan Batam.
Makanan dan kue yang menjadi oleh-oleh wisatawan selama ini biasanya berbentuk cokelat, atau biskuit beraroma cokelat yang berasal dari Singapura dan Malaysia Melihat peluang pasar yang besar, Rosnendya Wisnu Wardhana (35) akhir tahun 2008 memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya sebagai bankir di sebuah bank di Batam, dan memilih menjadi pebisnis kue dan oleh-oleh makanan khas Melayu. Untuk memutuskan produk apa yang akan dijadikan icon kue khas Melayu sebagai oleh-oleh khas Batam, Wisnu banyak berkunjung ke tokoh-tokoh masyarakat serta tetua Melayu yang tinggal di pulau-pulau terpencil di kawasan Batam.
Ia, bersama istrinya juga berkunjung ke pasar-pasar tradisional
untuk mengetahui kue atau makanan khas yang dikenal di masyarakat Batam. Kue
Bingka Bakar Salah satu jenis kue khas Batam yang banyak dikenal sejak zaman
dahulu, dan hampir punah karena jarang dibuat oleh masyarakat Batam adalah kue
Bingka, yang terbuat dari bahan tepung beras, santan dan gula. Beruntung, Niwen
T, sang istri, yang lahir di Pulau Belakang Padang, sebuah pulau kecil di
Kawasan Kepulauan Riau, Batam, memiliki resep kue-kue tradisional kas Melayu.
Dengan modal Rp5juta yang berasal dari pencairan dana Jamsosteknya
selama bekerja, Wisnu membeli 1 mixer, 1 oven, loyang, serta peralatan
pembuatan kue lainnya. Ia kemudian mencoba kue berdasarkan resep pilihan
sebanyak 3 loyang, dengan hanya satu rasa. Kue ini kemudian ditawarkan ke
apartemen-apartemen, hingga produknya berkembang menjadi 10 loyang yang habis
dalam sehari. Untuk memperkenalkan lebih luas, ia menyewa sebuah kios kecil
yang cukup untuk satu meja berukuran 0,7x1 meter untuk menjajakan kue Bingka.
Untuk memasarkan kue produksinya, Wisnu tidak segan-segan keluar
masuk perkantoran, mengikuti berbagai event dan pameran, serta menelpon
teman-teman untuk mencobanya. Saat-saat awal usahanya, ia memasarkan kue secara
door to door, dari kantor ke kantor, bahkan jika ada acara keramaian dimanapun
di kota Batam Wisnu selalu hadir berjualan di lokasi tersebut, termasuk jika
ada pengajian yang sering diadakan di Masjid Raya Batam. Setelah produknya mulai
dikenal masyarakat, Wisnu mencoba mengemas produknya kedalam kemasan yang lebih
menarik, memperbaiki cara pengolahan kuenya sehingga lebih tahan lama, terlihat
lebih modern, serta memperkuat dengan brand Nay@Dam dengan tagline Kue Bingka
Bakar, Oleh-oleh Khas Melayu Batam.
Selain itu Wisnu juga menciptakan aneka variasi rasa, mulai dari
yang rasa orisinal, rasa pandan, rasa keju, rasa wijen, rasa rosela, rasa buah
naga, dan rasa buah-buahan lainnya. Langkah untuk terus memperbaiki kua-litas,
variasi rasa, kemasan serta brand yang kuat, membuat Wisnu mulai percaya diri
memperkenalkan produknya ke instansi-instansi pemerintah, bekerjasaam dengan
Dharma Wanita Pemda Batam, membuat brosur yang disebarkan di hotel-hotel, mall,
pusat perdagangan, hingga bandara. Ia juga menggadaikan SK Kepegawaian istrinya
di bank sebagai jaminan kredit bank untuk membeli properti di Kawasan Ruko Puri
Legenda, Batam.
Dengan cara produksi, promosi serta pemasaran yang terintegrasi,
Wisnu mampu meningkatkan penjualan kue Bingka Bakar melejit sehingga omzetnya
melonjak sangat tajam, dari rata-rata sebelumnya hanya memproduksi 20-30 loyang
dalam sehari meningkat menjadi 200 hingga 300 loyang sehari. Dari omzet hanya
Rp155juta dalam tahun 2009 menjadi Rp1,8 miliar pada tahun 2010 lalu.
“Alhamdulillah pelanggan loyal sudah mulai banyak. Walikota Batam adalah salah
satu pelanggan yang sangat menyukai Kue Bingka Bakar rasa buah-buahan,”
ujarnya.
Dalam beberapa bulan mendatang, Wisnu akan melakukan ekspansi pamasaran dan akan menyewa sebuah stand kue di Pusat Perbelanjaan terbesar di Batam, Nagoya.
Dalam beberapa bulan mendatang, Wisnu akan melakukan ekspansi pamasaran dan akan menyewa sebuah stand kue di Pusat Perbelanjaan terbesar di Batam, Nagoya.
Ia juga akan mengembangkan cabangnya di Kawasan Jabodetabek yang
berpusat di Bogor. Mahasiswa Magsiter Management (S2) Universitas Batam,
Kepulauan Riau ini yakin kue-kue tradisional Melayu jika dikemas dan
dipromosikan secara menarik akan ba-nyak pemintanya.
Dicopas dari :
http://profil-sukses.wirausahanews.com/20121009/545-rosnendya-wisnu-wardhana.html
Gambar:
http://generasiindonesia.com/berita-39-.html
http://profil-sukses.wirausahanews.com/20121009/545-rosnendya-wisnu-wardhana.html
Gambar:
http://generasiindonesia.com/berita-39-.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar