Oleh :
Rizki
Ramadana Saputra (41522010059)
Fakultas Ilmu Komputer, Program Studi Teknik Informatika, Mercu Buana
Abstrak
Tahap Define dalam proses Design Thinking merupakan
langkah penting yang berfokus pada merumuskan pernyataan masalah (problem
statement) yang tepat. Problem statement yang efektif mampu memberikan
arahan yang jelas dan memfasilitasi solusi inovatif yang relevan dengan
kebutuhan pengguna. Artikel ini membahas strategi dalam menyusun problem
statement yang efektif, termasuk pentingnya memahami perspektif pengguna,
mengidentifikasi akar permasalahan, serta menjaga keseimbangan antara ruang
lingkup dan kejelasan masalah. Dengan menyusun problem statement yang tepat,
tim desain dapat mengarahkan energi dan sumber daya ke solusi yang lebih sesuai
dan berdampak.
Kata Kunci
Problem Statement, Define, Design
Thinking, Strategi, Solusi, Pengguna, Inovasi
Pendahuluan
Dalam proses Design Thinking,
tahap Define memiliki peran krusial karena menentukan arah seluruh
proses pencarian solusi. Di tahap ini, tim desain harus mampu merumuskan
problem statement yang efektif, yang bukan hanya mendefinisikan masalah secara
jelas, tetapi juga dapat menggambarkan kebutuhan dan harapan pengguna secara
akurat. Sebuah problem statement yang buruk bisa mengarahkan proyek ke solusi
yang tidak relevan, sementara pernyataan masalah yang terfokus dan terstruktur
dengan baik akan membantu menghasilkan solusi yang inovatif dan berdampak.
Kendati demikian, menyusun problem
statement yang kuat bukanlah hal yang mudah. Keseimbangan harus dijaga antara
terlalu umum dan terlalu spesifik. Problem statement juga harus menyuarakan
kebutuhan pengguna dan mempertimbangkan konteks bisnis serta sumber daya yang
ada. Dengan pemahaman yang mendalam terhadap masalah dan pengguna, serta
strategi yang tepat, tim desain dapat memastikan bahwa solusi yang dikembangkan
benar-benar memecahkan masalah inti yang dihadapi.
Artikel ini akan mengeksplorasi
berbagai strategi yang dapat diterapkan untuk menyusun problem statement yang
efektif, serta peran penting pernyataan masalah ini dalam mendorong terciptanya
solusi yang relevan dan inovatif.
Permasalahan
Salah satu tantangan terbesar
dalam proses desain adalah merumuskan problem statement yang jelas dan relevan.
Banyak tim desain menghadapi kesulitan dalam mengekstraksi inti permasalahan
dari data yang kompleks dan umpan balik pengguna yang beragam. Problem
statement yang kurang jelas atau terlalu sempit dapat mengakibatkan solusi yang
tidak tepat sasaran atau gagal memenuhi kebutuhan pengguna.
Beberapa permasalahan umum yang
sering dihadapi dalam tahap ini antara lain:
- Kesulitan
Memahami Perspektif Pengguna: Terkadang, tim desain lebih berfokus
pada solusi teknis tanpa benar-benar memahami permasalahan yang dirasakan
oleh pengguna. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya empati atau data yang
tidak memadai tentang pengalaman pengguna.
- Pendefinisian
Masalah yang Terlalu Umum atau Spesifik: Problem statement yang
terlalu luas membuat fokus desain menjadi kabur, sedangkan yang terlalu
sempit bisa membatasi ruang inovasi. Menemukan keseimbangan dalam
menentukan skala masalah sering menjadi tantangan.
- Kurangnya
Kolaborasi Antardisiplin: Problem statement sering kali tidak
mempertimbangkan masukan dari berbagai pemangku kepentingan. Kurangnya
kolaborasi ini bisa menyebabkan ketidakselarasan antara kebutuhan bisnis,
teknologi, dan pengalaman pengguna.
- Kesalahan
dalam Mengidentifikasi Akar Masalah: Tim desain kadang terburu-buru
mengasumsikan solusi tanpa benar-benar mengidentifikasi akar masalah. Hal
ini dapat menyebabkan solusi yang hanya mengatasi gejala, bukan masalah
mendasar.
Untuk mengatasi tantangan ini,
diperlukan strategi yang sistematis dalam menyusun problem statement, yang
mencakup pemahaman mendalam terhadap konteks, pengguna, dan bisnis.
Pembahasan
1. Memahami Pengguna Secara
Mendalam
Salah satu kunci dalam menyusun
problem statement yang efektif adalah pemahaman yang mendalam terhadap
pengguna. Proses ini dimulai dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber,
seperti wawancara pengguna, observasi, dan survei. Tim desain harus mengidentifikasi
kebutuhan, keinginan, serta kesulitan yang dialami oleh pengguna. Pendekatan
ini sering disebut sebagai empathy mapping, yang membantu tim masuk ke
dalam sudut pandang pengguna dan memahami permasalahan dari perspektif mereka.
Tanpa pemahaman yang kuat terhadap
pengguna, problem statement cenderung akan kabur dan berisiko tidak relevan.
Oleh karena itu, melibatkan pengguna secara langsung dan menganalisis
pengalaman mereka menjadi langkah pertama yang sangat penting.
2. Mengidentifikasi Akar
Masalah
Dalam banyak kasus, tim desain
mungkin tergoda untuk segera fokus pada solusi tanpa benar-benar memahami akar
permasalahan. Hal ini dapat mengarah pada solusi yang hanya mengatasi gejala,
bukan masalah sebenarnya. Untuk menghindari ini, metode seperti 5 Whys
dan root cause analysis dapat digunakan untuk menggali lebih dalam
hingga ke akar masalah.
Misalnya, jika pengguna melaporkan
bahwa sebuah aplikasi sulit digunakan, problem statement awal mungkin berbunyi
"Aplikasi tidak ramah pengguna." Namun, dengan menggali lebih dalam,
tim mungkin menemukan bahwa akar masalahnya terletak pada desain antarmuka yang
kurang intuitif atau proses registrasi yang rumit.
3. Menjaga Keseimbangan Antara
Spesifik dan Generalisasi
Problem statement yang terlalu
luas akan membuat proses desain menjadi tidak fokus, sementara yang terlalu
sempit akan membatasi ruang lingkup solusi. Oleh karena itu, penting untuk
menjaga keseimbangan dalam mendefinisikan masalah. Problem statement harus
cukup spesifik sehingga tim tahu apa yang perlu diperbaiki, tetapi juga cukup
luas sehingga solusi kreatif masih dapat dieksplorasi.
Sebagai contoh, dibandingkan
menggunakan problem statement yang terlalu sempit seperti "Pengguna
kesulitan menemukan tombol login," pernyataan yang lebih efektif mungkin
adalah "Pengguna mengalami kesulitan dalam menavigasi antarmuka untuk
memulai sesi mereka." Pernyataan ini memberi ruang bagi berbagai solusi
yang mungkin—tidak hanya sekadar memperbaiki tombol login.
4. Berkolaborasi dengan Tim
Multidisiplin
Menyusun problem statement yang
efektif juga memerlukan masukan dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk
tim bisnis, pengembang, dan pemasar. Kolaborasi ini penting karena problem
statement yang baik harus mempertimbangkan kebutuhan pengguna, batasan
teknologi, dan tujuan bisnis.
Melibatkan berbagai disiplin ilmu
dalam proses ini akan membantu mendapatkan perspektif yang lebih holistik dan
memastikan bahwa problem statement yang disusun dapat diterjemahkan menjadi
solusi yang layak secara teknis dan menguntungkan secara bisnis. Sering kali,
kolaborasi yang kuat dapat menghasilkan problem statement yang lebih kaya dan
solutif.
5. Mengutamakan Fokus pada
Pengguna, Bukan Solusi
Terkadang, tim desain dapat
tergoda untuk langsung berpikir tentang solusi ketika menyusun problem
statement. Hal ini harus dihindari. Problem statement yang efektif harus selalu
fokus pada pengguna dan masalah yang mereka hadapi, bukan pada solusi tertentu.
Problem statement seperti "Kami perlu merancang ulang fitur
pencarian" lebih berorientasi solusi dibanding "Pengguna kesulitan
menemukan informasi yang mereka cari di aplikasi."
Dengan mempertahankan fokus pada
masalah pengguna, tim akan lebih terbuka terhadap berbagai alternatif solusi
dan bisa lebih fleksibel dalam merespon perubahan kebutuhan di masa depan.
Kesimpulan
Menyusun problem statement yang
efektif pada tahap Define dalam proses Design Thinking merupakan
langkah penting yang dapat menentukan keberhasilan keseluruhan proyek. Dengan
memahami pengguna secara mendalam, mengidentifikasi akar masalah, menjaga
keseimbangan antara generalisasi dan spesifik, serta melibatkan berbagai
pemangku kepentingan, tim desain dapat memastikan bahwa problem statement yang
dihasilkan relevan dan fokus. Hal ini memungkinkan proses pencarian solusi
menjadi lebih terarah dan berpotensi menghasilkan solusi yang inovatif serta
tepat guna.
Problem statement yang baik tidak
hanya menjelaskan masalah, tetapi juga mencerminkan kebutuhan pengguna serta
memperhitungkan konteks bisnis dan teknis. Oleh karena itu, proses penyusunan
problem statement perlu dilakukan dengan hati-hati, melalui kolaborasi dan
analisis yang mendalam.
Saran
- Lakukan
Observasi Pengguna Secara Langsung: Untuk memastikan problem statement
yang disusun benar-benar mewakili kebutuhan pengguna, penting untuk
melakukan observasi langsung. Pengalaman pengguna nyata sering kali
memberikan wawasan yang lebih mendalam dibandingkan asumsi awal yang
dibuat berdasarkan data sekunder.
- Gunakan
Metode Analisis Akar Masalah: Tim desain perlu terus menggali lebih
dalam masalah yang dihadapi pengguna hingga menemukan akar permasalahan
yang sebenarnya. Metode seperti 5 Whys atau root cause analysis
sangat berguna dalam hal ini.
- Libatkan
Tim Multidisiplin Sejak Awal: Kolaborasi antardisiplin harus dimulai
sejak awal tahap Define. Dengan melibatkan berbagai
perspektif—mulai dari pengguna hingga tim bisnis dan pengembang—problem
statement yang dihasilkan akan lebih holistik dan mempertimbangkan
berbagai faktor penting.
- Evaluasi
dan Revisi Problem Statement Secara Berkala: Problem statement harus
bersifat dinamis. Evaluasi secara berkala selama proses pengembangan
solusi sangat penting untuk memastikan bahwa pernyataan masalah tetap
relevan dan sesuai dengan kondisi yang berkembang.
Dengan mengikuti saran-saran ini,
tim desain dapat lebih siap untuk menyusun problem statement yang kuat dan
mendorong solusi yang efektif dalam memenuhi kebutuhan pengguna dan mencapai
tujuan bisnis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar