Oktober 17, 2024

Mengembangkan Problem Statement yang Berorientasi pada Pengguna di Tahap Define

 

Mengembangkan Problem Statement yang Berorientasi pada Pengguna di Tahap Define

Oleh:
Muhamad Sablik Mbipi (41523010001)
Fakultas Ilmu Komputer. Program Studi Teknik Informatika. Universitas Mercu Buana.

mhmdmbipi@gmail.com

 

ABSTRAK

Pada tahap Define dalam desain berpikir (design thinking), pengembangan problem statement yang berorientasi pada pengguna menjadi krusial untuk memastikan solusi yang dirancang sesuai dengan kebutuhan dan harapan pengguna. Problem statement yang jelas dan tepat dapat menjadi panduan dalam menciptakan solusi inovatif. Artikel ini membahas bagaimana cara mengembangkan problem statement yang berfokus pada pengguna dengan pendekatan yang tepat di tahap Define. Melalui pemahaman mendalam terhadap kebutuhan pengguna dan berbagai metodologi yang relevan, tim desain dapat memetakan masalah yang jelas dan akurat. Artikel ini juga mengulas strategi dan contoh dalam mengembangkan problem statement yang kuat serta memberikan rekomendasi untuk implementasi di tahap berikutnya.

Kata Kunci: Problem Statement, Design Thinking, Pengguna, Define, Inovasi, Solusi, Kebutuhan Pengguna

 

Pendahuluan

Pada era modern ini, pemecahan masalah yang berfokus pada pengguna menjadi sangat penting dalam berbagai sektor industri. Design thinking adalah pendekatan yang banyak digunakan untuk menghadirkan solusi yang inovatif dengan fokus utama pada kebutuhan pengguna. Salah satu fase kritis dalam proses design thinking adalah tahap Define, di mana tim perlu menyusun sebuah problem statement yang jelas dan berorientasi pada pengguna. Problem statement ini adalah landasan dari proses pencarian solusi yang akan dilakukan di tahap-tahap berikutnya, seperti ideasi dan prototyping.

Namun, sering kali proses pengembangan problem statement ini kurang mendapatkan perhatian yang cukup. Banyak tim yang terburu-buru berpindah ke solusi tanpa benar-benar memahami inti permasalahan. Hal ini dapat menyebabkan solusi yang dihasilkan tidak tepat sasaran atau tidak memenuhi kebutuhan pengguna dengan baik. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana cara menyusun problem statement yang kuat, jelas, dan relevan dengan kebutuhan pengguna.

Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang pengembangan problem statement yang berorientasi pada pengguna, khususnya di tahap Define dalam design thinking. Pendekatan yang tepat dalam tahap ini akan mempengaruhi bagaimana solusi dirancang dan dieksekusi.

 

Permasalahan

Banyak perusahaan dan tim desain menghadapi kesulitan dalam merumuskan problem statement yang benar-benar mencerminkan kebutuhan pengguna. Beberapa tantangan yang sering muncul antara lain:

1.     Kurangnya pemahaman mendalam terhadap pengguna: Tidak semua tim memiliki akses atau dedikasi untuk melakukan riset pengguna secara mendalam, sehingga mereka seringkali merumuskan masalah berdasarkan asumsi.

2.     Masalah terlalu luas atau sempit: Problem statement yang terlalu umum dapat membuat solusi menjadi kabur, sedangkan masalah yang terlalu sempit membatasi ruang inovasi.

3.     Keterlibatan stakeholder yang terbatas: Tanpa keterlibatan stakeholder utama, seperti pengguna akhir atau klien, problem statement cenderung tidak mewakili kebutuhan sebenarnya.

4.     Bias solusi: Banyak tim yang terjebak dalam kecenderungan untuk mencari solusi tanpa benar-benar menggali inti masalah, sehingga problem statement menjadi terdikte oleh solusi yang diinginkan.

Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang sistematis untuk memastikan bahwa problem statement yang dikembangkan benar-benar berorientasi pada pengguna dan tidak terburu-buru menyimpulkan solusi.

 

Pembahasan

A.    Pemahaman Kebutuhan Pengguna

Langkah pertama dalam menyusun problem statement yang berorientasi pada pengguna adalah dengan memahami secara mendalam kebutuhan, keinginan, dan masalah pengguna. Hal ini bisa dicapai melalui berbagai metode riset, seperti wawancara pengguna, survei, atau observasi langsung. Empati merupakan komponen kunci dalam fase ini, karena memungkinkan tim desain untuk “berjalan dalam sepatu” pengguna dan melihat dunia dari perspektif mereka.

Melalui pemahaman mendalam ini, tim dapat mengidentifikasi masalah-masalah utama yang dialami oleh pengguna dan merumuskan masalah yang perlu diselesaikan. Teknik-teknik seperti empathy map, user persona, dan customer journey bisa digunakan untuk menggali wawasan lebih jauh mengenai pengalaman pengguna.

B.    Menyusun Problem Statement yang Efektif

Setelah melakukan riset dan memahami kebutuhan pengguna, tahap berikutnya adalah menyusun problem statement yang efektif. Beberapa elemen kunci yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan problem statement antara lain:

·       Spesifik dan Fokus: Masalah yang dirumuskan harus spesifik, bukan masalah yang terlalu luas atau ambigu.

·       Berorientasi pada Pengguna: Problem statement harus secara eksplisit mengacu pada pengguna, mencerminkan kebutuhan dan masalah mereka yang sebenarnya.

·       Bebas Solusi: Penting untuk tidak mencantumkan solusi dalam problem statement. Fokuskan hanya pada permasalahan yang dihadapi, bukan pada bagaimana menyelesaikannya.

Sebuah contoh problem statement yang baik misalnya: “Pengguna kesulitan menemukan informasi produk yang relevan di situs e-commerce karena navigasi yang tidak intuitif dan opsi pencarian yang terbatas.”

Contoh di atas mencerminkan masalah spesifik, berbasis pada pengalaman pengguna, dan tidak menyarankan solusi, melainkan fokus pada inti masalah.

C.    Menghindari Bias dalam Problem Statement

Sering kali, tim desain secara tidak sadar memasukkan bias dalam problem statement yang mereka susun. Bias tersebut bisa berupa asumsi yang tidak berdasar, preferensi pribadi, atau orientasi terhadap solusi tertentu. Untuk menghindari bias ini, penting untuk memastikan bahwa:

·       Problem statement disusun berdasarkan data yang valid dari riset pengguna.

·       Pendekatan kolaboratif digunakan, melibatkan berbagai pihak, seperti pengguna, stakeholder, dan anggota tim yang berbeda untuk mendapatkan perspektif yang lebih luas.

·       Tim desain melakukan sesi refleksi dan diskusi kritis untuk menilai apakah ada kecenderungan bias dalam perumusan masalah.

D.    Validasi Problem Statement

Setelah menyusun problem statement, langkah penting berikutnya adalah melakukan validasi terhadapnya. Ini dapat dilakukan dengan kembali ke pengguna untuk memastikan bahwa problem statement yang dirumuskan benar-benar mencerminkan masalah yang mereka hadapi. Validasi ini penting untuk memastikan bahwa tim desain tidak salah langkah dalam memahami kebutuhan pengguna.

Beberapa cara untuk melakukan validasi antara lain melalui:

·       Umpan balik langsung dari pengguna: Menguji apakah masalah yang dirumuskan sesuai dengan pengalaman mereka.

·       Prototyping awal: Membangun solusi awal untuk melihat apakah benar-benar menyelesaikan masalah yang diidentifikasi.

·       Iterasi problem statement: Jika ada masukan baru dari pengguna, tim perlu terbuka untuk memperbarui problem statement agar lebih relevan.

E.    Contoh Kasus Penerapan

Sebagai contoh penerapan, sebuah perusahaan teknologi merancang aplikasi kesehatan yang bertujuan untuk membantu pengguna menjaga pola hidup sehat. Setelah melakukan riset mendalam, tim desain menemukan bahwa masalah utama pengguna adalah kesulitan untuk melacak kebiasaan makan harian mereka karena antarmuka aplikasi yang kompleks. Berdasarkan wawancara dan observasi, mereka menyusun problem statement sebagai berikut:

“Pengguna merasa kesulitan melacak pola makan harian mereka karena aplikasi kesehatan yang terlalu kompleks dan tidak ramah pengguna.”

Dengan problem statement yang jelas ini, tim desain kemudian bisa fokus pada solusi yang lebih spesifik, seperti penyederhanaan antarmuka dan fitur pelacakan otomatis.

 

Kesimpulan

Pengembangan problem statement yang berorientasi pada pengguna merupakan salah satu langkah krusial dalam proses design thinking, terutama di tahap Define. Dengan memahami kebutuhan pengguna secara mendalam, tim desain dapat merumuskan masalah yang tepat sehingga solusi yang dihasilkan lebih relevan dan efektif. Fokus utama dari problem statement yang baik adalah bagaimana mengartikulasikan masalah nyata yang dihadapi pengguna tanpa terburu-buru mencari solusi. Ini membantu memetakan ruang masalah dengan lebih jelas, memberikan arah yang kuat untuk fase ideasi dan pengembangan solusi.

Selain itu, penting untuk menghindari bias selama penyusunan problem statement, baik itu bias solusi, asumsi pribadi, atau kecenderungan untuk fokus pada masalah yang terlalu luas atau terlalu sempit. Mengadopsi pendekatan berbasis data dan melibatkan perspektif berbagai stakeholder, termasuk pengguna akhir, dapat memperkaya perumusan masalah sehingga lebih akurat. Validasi berkala terhadap problem statement juga perlu dilakukan untuk memastikan bahwa masalah yang dirumuskan tetap relevan dan benar-benar mencerminkan kebutuhan pengguna.

Pada akhirnya, keberhasilan proses ini bergantung pada kolaborasi yang kuat antara tim desain, pengguna, dan stakeholder lainnya. Problem statement yang dirumuskan dengan baik akan menjadi fondasi kokoh untuk inovasi yang berkelanjutan. Proses ini memerlukan pemahaman mendalam, ketelitian, dan keterbukaan untuk melakukan iterasi agar solusi yang dikembangkan benar-benar berorientasi pada kebutuhan pengguna serta memberikan dampak yang positif.

 

Saran

Untuk meningkatkan kualitas problem statement, saran yang bisa diberikan adalah:

1)     Selalu lakukan riset pengguna secara menyeluruh sebelum merumuskan masalah.

2)     Gunakan metode kolaboratif dalam penyusunan problem statement untuk menghindari bias dan memperkaya perspektif.

3)     Lakukan validasi secara berulang, baik melalui interaksi langsung dengan pengguna maupun uji coba prototipe awal, agar problem statement tetap relevan dengan kondisi nyata.

 

Daftar Pustaka

Brown, T. (2009). Change by Design: How Design Thinking Creates New Alternatives for Business and Society. Harper Business.

Dorst, K. (2015). Frame Innovation: Create New Thinking by Design. MIT Press.

Kelley, T., & Kelley, D. (2013). Creative Confidence: Unleashing the Creative Potential Within Us All. Crown Business.

Plattner, H., Meinel, C., & Leifer, L. (Eds.). (2010). Design Thinking: Understand – Improve – Apply. Springer.

Smith, R. (2020). User-Centered Design: An Integrated Approach. CRC Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar