Oleh: Marlina Christiaji (@V24-Marlina)
Abstrak
Perkembangan bisnis mengakibatkan persaingan bisnis semakin ketat, para pebisnis harus memikirkan strategi terbaik agar bisnisnya bisa bersaing bahkan unggul dari para pesaing. Brand merupakan salah satu kunci utama dalam sebuah bisnis karena merek salah satu pertimbangan bagi konsumen dalam melakukan pemilihan produk. Merek adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama. Perbedaan ini bisa fungsional, rasional atau nyata berhubungan dengan kinerja produk dari merek. Oleh karena itu penting untuk membangun brand identity yang baik dan benar agar bisnis bisa bertahan dan semakin berkembang.
kata kunci: brand, identity, bisnis
PENDAHULUAN
Berkembangnya teknologi yang mempermudah segala urusan manusia, hal ini juga berdampak pada semakin banyak lahir dan berkembangnya bisnis-bisnis. Dengan semakin banyak lahirnya bisnis-bisnis, maka persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat. Setiap bisnis harus memiliki keunggulan atau keunikan agar bisa bersaing dalam dunia bisnis yang sejenis. Keunggulan atau keunikan sebuah bisnis dapat dikembangkan dengan strategi yang baik, salah satunya dengan membangun brand identity. Merek (brand) adalah aset paling bernilai bagi semua perusahaan di belahan dunia manapun karena brand merupakan salah satu pertimbangan bagi konsumen dalam melakukan pemilihan produk (Sasmita dan Suki, 2015). Maka dari itu merek sudah menjadi faktor penentu unggulnya produk dibidang industri bisnis. Konsumen dapat mengambil keputusan produk mana yang akan dibeli dengan melihat merek apa yang dipakai serta manfaat apa yang didapatkan oleh produk tersebut. Melalui brand identity, brand yang melekat baik diharapkan akan muncul brand trust dari para konsumen. Kepercayaan pelanggan pada merek dapat didefinisikan sebagai keinginan pelanggan untuk bersandar pada sebuah merek dengan resiko-resiko yang dihadapi karena ekspektasi terhadap merek itu akan menyebabkan hasil yang positif.
PEMBAHASAN
I. Brand
Merek adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama. Perbedaan ini bisa fungsional, rasional atau nyata berhubungan dengan kinerja produk dari merek. Perbedaan ini bisa juga lebih bersifat simbolis, emosional, atau tidak nyata berhubungan dengan apa yang direpresentasikan merek. Merek dapat berupa nama, merek dagang, logo atau simbol lain. Merek menjadi alat untuk mengidentifikasi penjual atau pembuat merek. Selain itu, merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan gambaran, manfaat dan jasa tertentu pada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan kualitas dan juga merek lebih dari sekedar simbol (Kotler, 1997).
Menurut American Marketing Association, merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing (Kotler & Keller, 2008). Merek yang kuat sangat berharga di dalam pertempuran untuk mendapatkan pelanggan dan sangatlah berharga untuk kita meluangkan waktu untuk berinvestasi diriset, definisi serta membangun merek kita. Merek adalah kombinasi dari atribut-atribut, dikomunikasikan melalui nama atau simbol, yang dapat mempengaruhi proses pemilihan suatu produk atau layanan di benak konsumen (Padjadjaran, & Rufaidah, 2015). merek adalah sesuatu yang dapat diidentifikasi oleh pembeli dan penjual sehingga menciptakan nilai bagi keduanya (Schultz, 2000). Sedangkan menurut Susanto dan Wijanarko (2004), merek adalah nama atau simbol yang diasosiasikan dengan produk atau jasa dan menimbulkan arti psikologis atau asosiasi sehingga dapat disimpulkan bahwa brand adalah identifikasi yang berupa nama atau simbol yang mempengaruhi proses pemilihan suatu produk atau jasa yang membedakannya dari produk pesaing serta mempunyai nilai bagi pembeli dan penjualnya.
Merek-merek terbaik memberikan jaminan mutu. Akan tetapi, merek lebih dari sekadar simbol. Menurut Kotler (2000), merek dapat memiliki enam level pengertian, yaitu:
- Atribut: merek mengingatkan pada atribut tertentu. Mercedes memberi kesan sebagai mobil yang mahal, dibuat dengan baik, dirancang dengan baik, tahan lama, dan bergengsi tinggi.
- Manfaat: bagi konsumen, kadang sebuah merek tidak sekadar menyatakan atribut, tetapi manfaat. Mereka membeli produk tidak membeli atribut, tetapi membeli manfaat. Atribut yang dimiliki oleh suatu produk dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan atau emosional. Sebagai contoh : atribut “tahan lama“ diterjemahkan menjadi manfaatfungsional “tidak perlu cepat beli lagi, atribut “mahal“ diterjemahkan menjadi manfaat emosional “bergengsi”, dan lain-lain.
- Nilai: merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Jadi, Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan lain-lain.
- Budaya: merek juga mewakili budaya tertentu. Mercedes mewakili budaya Jerman, terorganisasi, efisien, bermutu tinggi.
- Kepribadian: merek mencerminkan kepribadian tertentu. Mercedes mencerminkan pimpinan yang masuk akal (orang), singa yang memerintah (binatang), atau istana yang agung (objek).
- Pemakai: merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut.
- Menjelaskan apa yang dijual perusahaan.
- Menjelaskan apa yang dijalankan oleh perusahaan.
- Menjelaskan profil perusahaan itu sendiri.
- Nama Brand: nama brand adalah yang pertama dan mungkin ekspresi terbesar atau wajah dari suatu produk. Nama yang dipilih dengan baik untuk suatu perusahaan, produk, atau jasa dapat menjadi aset berharga, seperti halnya brand itu sendiri. Nama brand akan digunakan dalam segala bentuk komunikasi antar perusahaan dengan konsumen prospektifnya (Kotler & Pfoertsch, 2008).
- Logo: logo adalah tampilan grafis dari nama brand atau perusahaan. Kekuatan simbol tidak boleh dianggap remeh “karena manusia cenderung menjadi lebih mudah menerima citra dan simbol dibanding yang lainnya, logo yang kuat dapat memberi kohesi dan membangun kesadaran identitas brand, memudahkan pengenalan dan ingatan kembali” (Kotler & Pfoertsch, 2008).
- Slogan (Tagline): slogan brand adalah kalimat yang mudah dikenal dan diingat yang seringkali menyertai nama brand dalam program komunikasi pemasaran. Tujuan utama slogan adalah mendukung citra brand yang diproyeksikan oleh nama dan logo brand (Kotler & Pfoertsch, 2008). Contohnya, Toyota dengan “moving forward”.
- Kisah Merek: kisah dapat menjadi lebih dan lebih penting dalam kehidupan perusahaan. Sebagai suatu konsep, kisah bahkan memenangkan tempat berpijak yang penting dalam perdebatan tentang cara brand masa depan akan dibentuk. Jika Anda ingin brand menjadi benar-benar spesial, Anda perlu memiliki kisah semacam legenda tentang bagaimana perusahaan dimulai (Kotler & Pfoertsch, 2008).
- Buat Kesan Yang Unik: agar mudah diingat oleh orang, buatlah kesan yang unik atau yang berbeda dari brand. Pebisnis dapat membuatnya melalui gambar yang iconic, slogan yang mudah diingat dan menarik, suasana yang berbeda, dan berkesan dan berbagai macam lainnya. Ingatlah bahwa kesan pertama merupakan hal yang penting, jadi jangan sampai mengecewakan konsumen saat kedatangannya yang pertama.
- Konsisten: setelah membuat kesan, merek, gaya desain, cara promosi, dan lain-lainnya itu janganlah berubah-ubah. Hal ini karena konsistensi sangat dibutuhkan untuk memudahkan konsumen mengingat sebuah brand. Jika tidak konsisten atau sering mengubah gaya atau ciri khas bisnis, maka konsumen akan sulit mengingatnya bahkan mungkin mereka merasa bingung dan aneh.
- Berbeda: berikan sesuatu yang berbeda dari kompetitor. Untuk menciptakan sesuatu yang berbeda pebisnis dapat melakukan riset terlebih dahulu ke pasar. Selain itu, juga dapat melihat pesaing, cari tahu kekurangan pesaing kemudian terapkan solusi atau penawaran yang lebih di brand.
- Berhubungan Atau Interaksi: sebuah bisnis pasti dibangun dalam suatu wilayah di mana mereka memiliki nilai dan budaya sendiri. Dalam membangun brand, pebisnis juga harus memperhatikan nilai dan budaya yang ada. Salah satu caranya adalah dengan menyesuaikan cara komunikasi dengan karakteristik bisnis dan konsumen. Misalnya, McDonald di mana perusahaan induknya menggunakan bahasa Inggris maka saat membuka cabang di Indonesia, gunakanlah bahasa Indonesia dalam komunikasinya. Sehingga konsumen memahami pesan yang ingin disampaikan.
- Komunikasi Langsung: komunikasi langsung ini berkaitan dengan pelayanan yang diberikan. Buatlah atau berikan ruang untuk konsumen melakukan komunikasi dengan brand. Mudahkanlah mereka untuk menikmati layanan yang brand tawarkan, ini merupakan bentuk membangun dan menguatkan sebuah brand.
- Distribusi: salah satu manfaat yang akan didapatkan jika memiliki brand identity yang kuat yakni berkaitan dengan masalah distribusi. Jika memiliki brand yang kuat di pasaran maka distributor akan lebih percaya untuk menyalurkan produk atau jasanya. Konsumen dan masyarakat yang percaya dengan brand akan berdampak baik terhadap distributor. Oleh karena itu, distribusi produk atau jasa dari bisnis menjadi lebih mudah.
- Kesetiaan Konsumen: konsumen yang sudah mengetahui brand akan mendapatkan manfaat mengenai loyalitas atau kesetiaan konsumen. Loyalitas konsumen ini juga berkaitan dengan peranan brand identity yang strategis. Dengan menjaga kualitas produk atau jasa yang di tawarkan maka memiliki kesempatan yang besar untuk memperoleh kesetiaan konsumen. Dengan begitu secara tidak langsung, pebisnis juga akan menambah pendapatan. Karena konsumen akan selalu membeli atau mengkonsumsi produk atau jasa dari bisnis saat ia merasa butuh.
- Mendapatkan Referensi Profesional: selain terkait distributor dan loyalitas, pebisnis juga akan memperoleh manfaat berupa referensi profesional. Pebisnis bisa mendapatkan rekomendasi dari profesional dengan mudah. Hal ini karena mereka menilai brand memiliki kredibilitas yang tinggi. Sehingga dengan mudah para profesional akan memberikan rekomendasi saat ada orang yang sedang mencari produk atau layanan dari bisnis ini. Bahkan bukan hanya profesional para konsumen juga dengan senang akan memberikan review dari produk atau pun jasa yang digunakan.
Tjiptono,
F. (2005). Brand Management and Strategy. Yogyakarta: Andi.
Schultz,D.E.&
Bames, B.E. (1999). Strategic Brand communication Campaigns. Illionis: NTC
Business Books.
Anoraga,
P. (2000). Manajemen Bisnis. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kevin
Lane Keller, Manajemen Pemasaran ( Edisi Kedua Belas), Cetakan Ketiga, PT.
Indeks, Jakarta, 2008
Kotler,
Philip, 1998, Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian, (Alih bahasa : Hendro Teguh, dan Ronny A. Rusli) Jilid 2,
Jakarta: Prenhalindo.
Keller,
K. (2004). In Strategic Brand Management. New Jersey: Prentice-Hall.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar