EFEKTIVITAS
PENGEMBANGAN POTENSI DIRI DAN ORIENTASI WIRAUSAHA DALAM MENINGKATKAN SIKAP
WIRAUSAHA
Oleh : Susandy Sidanan Habib @U36-SUSANDY
PENDAHULUAN
Kewirausahaan merupakan
salah satu penopang pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Perannya begitu sentral
bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Salah satu upaya pemerintah untuk
menumbuhkembangkan jumlah pewirausaha, dilakukan sejak bangku sekolah.
Penyempurnaan kurikulum pendidikan dengan dikeluarkannya Kurikulum 2013, yaitu
dengan adanya Pendidikan Prakarya dan Kewirausahaan yang diwajibkan sebagai penerapan
kurikulum baru tersebut di level setingkat SMA, membawa misi bahwa seyogyanya
generasi muda Indonesia memiliki keterampilan dan mampu untuk mandiri dengan
jiwa wirausaha.
Mata pelajaran
kewirausahaan bukanlah hal yang baru bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK
didirikan sebagai lembaga pendidikan yang bertanggung jawab untuk menciptakan
sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan keahlian dalam
bidang tertentu. Berdasarkan keahlian tersebut, lulusan diharapkan dapat
menempati pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahlian dan mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungan kerja. Namun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(2013), jumlah lulusan SMK yang berwirausaha hanya sekitar 3% dari jumlah
keseluruhan lulusannya. Sebagian besar (72%) memutuskan untuk berkecimpung di
dunia industri. Data ini tentu saja bukanlah data yang menggembirakan karena
tidak sesuai dengan tujuan semula dalam mencetak wirausahawan muda.
Siswa SMK berada pada
tahap perkembangan remaja. Salah satu tugas perkembangan remaja adalah
menyiapkan karir dan masa depannya (Hurlock, 2002). Menurut teori perkembangan
yang dikemukakan oleh Super dan Crites (1965), siswa SMK Kelas XII berada pada
tahap eksplorasi periode kristalisasi. Pada masa ini remaja mulai mengidentifikasikan
kesempatan dan tingkat pekerjaan yang sesuai serta mengimplementasikan pilihan
karir dengan memilih pendidikan dan pelatihan yang sesuai, untuk akhirnya
memilih pekerjaan yang sesuai dengan pilihannya. Pada tahap ini juga, individu
berupaya untuk mencari kejelasan atau melakukan klarifikasi tentang apa yang
ingin kerjakan. Belajar tentang peluang jenis pekerjaan dan belajar
keterampilan yang diperlukan untuk masuk ke pekerjaan yang diminati. Selain
itu, mereka mulai merealisasikan kemampuannya, minat-minat dan nilai yang
dimilikinya termasuk salah satunya pada kegiatan berwirausaha.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini
secara keseluruhan memberikan gambaran bahwa pada dasarnya siswa memiliki sikap
yang positif terhadap wirausaha. Hal ini dapat dilihat bahwa skor rata-rata
yang diperoleh siswa berada pada kategori tinggi (72%). Sikap ini dipengaruhi
oleh faktor personal dan lingkungan. Pada sisi personal, empat dimensi
pembangun sikap terhadap wirausaha memiliki peranan mutlak dalam membentuk
sikap tersebut. Dimensi pembangun sikap terhadap wirausaha yang terdiri atas
achievement, innovation, personal control, dan self esteem secara bersama-sama
membentuk sikap terhadap wirausaha (Robinson dkk, 1991). Bila dilihat secara
parsial, maka diketahui bahwa aspek achievement merupakan faktor yang paling
besar membentuk sikap terhadap wirausaha (0.324). Selain paling besar,
jumlahnya juga lebih dominan dibandingkan dimensi lain (67.22%) meski terpaut
tipis dengan aspek innovation sebesar 67.11%.
Berdasarkan analisis
dimensi-dimensi pembangun Sikap terhadap Wirausaha, meski berada dalam kategori
tinggi namun yang cukup memiliki perbedaan adalah derajat Self Esteem yang
dimiliki oleh siswa yang cenderung lebih rendah daripada dimensi-dimensi
pembangun Sikap terhadap Wirausaha lainnya. Rasa percaya diri ini adalah sumber
dari rasa yakin terhadap kemampuan diri, kemampuan membangun optimisme, dan
kemampuan untuk memacu diri untuk segera bangkit dari kegagalan. Hal ini juga
yang menjadi fokus dari bahasan akan materi pelatihan Pengenalan Potensi Diri
dan Orientasi Kewirausahaan yang menjadi intervensi dari asesmen yang
dilakukan.
Tujuan pendidikan sekolah
menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Berdasar hal tersebut dapat diketahui
bahwa lulusan SMK selain mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan
industri, lulusan SMK juga mampu bekerja secara mandiri, dalam hal ini
berwirausaha. Namun saat ini, pendidikan kejuruan masih sangat berorientasi
pada penyiapan keahlian untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja pada sektor
formal, padahal lapangan kerja yang terbuka luas pada sektor informal memiliki
potensi yang lebih besar untuk menyerap lulusan SMK. Mata pelajaran
Kewirausahaan bertujuan agar peserta didik dapat mengaktualisasikan diri dalam
perilaku wirausaha. Isi mata pelajaran Kewirausahaan difokuskan pada perilaku
wirausaha sebagai fenomena empiris yang terjadi di lingkungan peserta didik.
Berkaitan dengan hal tersebut, peserta didik dituntut lebih aktif untuk
mempelajari peristiwaperistiwa ekonomi yang terjadi di lingkungannya.
Pembelajaran kewirausahaan dapat menghasilkan perilaku wirausaha dan jiwa
kepemim-pinan, yang sangat terkait dengan cara mengelola usaha untuk membekali
peserta didik agar dapat berusaha secara mandiri. Akan tetapi, pada
kenyataannya, matapelajaran kewirausahaan lebih banyak memberkan pengetahuan
wirausaha bukan pada bagaimana menumbuhkan keingin-an dan kemampuan wirausaha
siswa. Pada pelaksanaannya matapelajaran kewirausahaan lebih banyak teori dan
melakukan prakarya bukan melakukan kewirausahaan itu sendiri. Pengujian
statistik membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan dari jenis jurusan sekolah
yang berbeda dengan sikap siswa terhadap wirausaha. Pelatihan Pengembangan
Potensi Diri dan Peningkatan Potensi Kewirausahaan dilakukan agar dapat
menumbuhkan intensi siswa untuk berwirausaha, sehingga ketika lulus dari SMK
siswa mau dan mampu untuk berwirausaha.
Kewirausahaan dapat pula
didorong oleh seseorang yang menjalankan wirausaha, karena telah memberikan
inspirasi dan minat untuk berwirausaha. Dorongan atau pemicu lainnya datang
dari teman sepergaulan, lingkungan keluarga, sahabat, dan teman yang selalu
yang mendiskusikan gagasan, atau karena adanya pengalaman bisnis kecil-kecilan
yang berhasil sehingga termotivasi untuk membesarkannya. Hasil penelitian deskriptif,
menunjukkan bahwa latar belakang keluarga yang juga memiliki profesi sebagai
pewirausaha memiliki hubungan yang positif terhadap sikap siswa terhadap
kewirausahaan. Siswa dengan keluarga yang berprofesi sebagai wirausahawan
memiliki sikap positif yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak
memiliki orang tua yang berprofesi sebagai wirausahawan. Namun tidak demikian
dengan pengaruh jurusan yang berbeda dalam SMK. Meski siswa terdiri dari
jurusan Teknik Kendaraan Ringan, Teknik Sepeda Motor, dan Teknik Kom-puter dan
Jaringan namun tidak terdapat perbedaan sikap terhadap kewirausahaan. Artinya
seluruh jurusan sudah memiliki kesetaraan dalam menempatkan mata pelajaran
kewirausahaan. Seluruh jurusan memiliki komposisi sikap terhadap kewirausahaan
yang relatif sama. Selain itu, tidak ada pengaruh dari jenis kelamin yang
berbeda ataupun usia yang berbeda dengan sikap terhadap wirausaha yang
ditampilkan. Artinya, tidak ada pengertian bahwa laki-laki lebih memiliki sikap
yang positif terhadap kewirausahaan ataupun yang lebih tua usianya memiliki
sikap yang lebih positif. Kondisi lingkungan tempat profesi orangtualah yang
lebih memberikan pengaruh terhadap sikap pada wirausaha. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa kewirausahaan bukanlah suatu hal yang dilahirkan, melainkan
dibangun. Siswa SMK memang memiliki potensi untuk menjadi seorang wirausahawan,
namun pada kenyataannya, siswa SMK hanya dipersiapkan untuk menjadi karyawan di
sektor industri, pariwisata, atau perkantoran. Pelatihan Pengembangan Potensi
Diri dan Orientasi Kewirausahaan terbukti memiliki pengaruh terhadap sikap
kewirausahaan siswa. Hasil pascates siswa memiliki skor yang lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil prates. Dengan z output sebesar -2.224 yang lebih
besar daripada z tabel, maka Ho ditolak. Hal ini memberikan kesim-pulan bahwa pelatihan
memberikan efek yang nyata dalam meningkatkan pema-haman siswa terhadap potensi
diri dan mengembangkan orientasi wirausahanya. Pelatihan terbukti menambah
pengeta-huan, sikap dan keterampilan yang dijiwai oleh semangat wirausaha
mandiri. Hal ini juga meningkatkan motivasi otonom untuk menambah pengetahuan
dan menambah pengalaman untuk dapat terus belajar dan membuka orientasi masa
depan siswa untuk dapat berwirausaha.
KESIMPULAN
Pertama: Siswa memiliki
sikap positif terhadap wirausaha (entrepreneu-rial attitude orientation). Sikap
terhadap wirausaha ini tergolong tinggi dan dimiliki oleh sebagian besar (72%)
siswa kelas XII SMK.
Kedua: Dimensi
achievement memiliki sumbangan paling besar dalam membentuk sikap terhadap
wirausaha (0,324), diikuti oleh personal Control (0,283), innovation (0,280),
lalu self esteem (0,227).
Ketiga: Pelatihan
Pengembangan Potensi Diri dan Orientasi Wirausaha berpengaruh pada Sikap
terhadap Wirausaha pada siswa Kelas XII SMK.Pelatihan memberikan efek yang
nyata dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap potensi diri dan
mengembangkan orientasi wirausahanya. Pelatihan yang dilakukan dapat menambah
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dijiwai oleh semangat wirausaha mandiri.
Keempat: Terdapat
perbedaan yang signifikan pada sikap terhadap berwirausaha pada siswa yang
mendapatkan pelatihan maupun siswa yang tidak mendapatkan pelatihan
Pengembangan Potensi Diri dan Orientasi Wirausaha. Siswa yang mendapatkan
pelatihan memiliki sikap terhadap wirausaha yang lebih positif dibandingkan
dengan siswa yang tidak mendapatkan pelatihan.
Kelima: Pelatihan yang
diberikan memiliki rata-rata penilaian evaluasi sebesar 83.295% menunjukkan
bahwa secara umum penilaian efektivitas pelatihan yang dirasakan oleh peserta
berada dalam kategori baik. Materi pelatihan bermanfaat bagi peserta, dengan
metode, fasilitator, waktu, sarana pendukung, dan aktivitas yang dilakukan
memadai dalam menstimulasi siswa untuk meningkatkan pemahaman akan potensi diri
dan mengembangkan orientasi kewirausahaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik.
(2013). Data Badan Pusat Statistik 2013. http://bps.go.id
Brown, D. (2002). Career
Choice and Development Fourth Edition. San Francisco: John Wiley & Sons,
Inc.
Dit PSMK. (2006).
Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional.
Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan : http://referensi.data.kemdikbud.go.id
Drucker, P.F. (1996).
Konsep Kewirausahaan Era Globalisasi. Jakarta: Erlangga
Krathwohl, D.R., Bloom,
B.S., & Masia, B.B. (1964).Taxonomy of educational objectives: The
classificationof educational goals. Handbook II: The affectivedomain. New York:
David McKay.
Kirkpatrick, D.L. (2007).
Evaluating Training Program : The Four Level. 3 rd edition. San Fransisco :
BerrettKoehler Publishers, Inc
Pfeiffer, W. & Jones,
J. E. (1975). A Handbook of Structured Experiences for Human Relations
Training. Vols. 1-5. La Jolla, CA : University Associates
Tidak ada komentar:
Posting Komentar