ABSTRAKSI
Rasio keuangan
merupakan angka hasil perbandingan antara satu angka keuangan dengan angka
keuangan lainnya. Angka-angka tersebut terdapat dalam laporan keuangan, yang
terdiri dari neraca, laporan laba/rugi, laporan arus kas dan perubahan posisi
modal sendiri.
Analisa rasio adalah
suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca
atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan
tersebut. Analisis rasio keuangan merupakan bentuk atau cara umum yang
digunakan dalam analisis laporan keuangan. Analisis rasio berguna bagi para
analisis intern untuk membantu manajemen membuat evaluasi mengenai hasil-hasi
operasinya, memperbaiki kesalahan-kesalahan dan menghindari keadaan yang dapat
menyebabkan kesuiltan keuangan.
PENDAHULUAN
Menurut SFAC Nomor 1
tentang Objective of Financial Reporting by Business Enterprises, tujuan
pelaporan keuangan adalah Menyediakan informasi yang berguna bagi investor,
kreditor, dan pengguna potensial lainnya dalam membantu proses pengambilan
keputusan yang rasional atas investasi, kredit dan keputusan lain yang sejenis,
Menyediakan informasi yang berguna bagi investor,
kreditor, dan pengguna potensial lainnya yang membantu dalam menilai jumlah,
waktu, dan ketidakpastian prospek penerimaan kas dari dividen atau bunga dan
pendapatan dari penjualan, penebusan atau jatuh tempo sekuritas atau pinjaman.
Menaksir aliran kas masuk (future cash flow) pada perusahaan, Memberikan
informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim atas sumber daya tersebut dan perubahannya.
Dalam rangka membantu
pengguna laporan keuangan dalam memahami dan menginterpretasikan laporan
keuangan maka perlu dibuat analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan
dimaksudkan untuk membantu bagaimana memahami laporan keuangan, bagaimana menafsirkan
angka-angka dalam laporan keuangan, bagaimana mengevaluasi laporan keuangan dan
bagaimana menggunakan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan. Teknik
analisis yang sering digunakan dalam menganalisis laporan keuangan adalah
analisis rasio. Analisis rasio adalah teknik analisis untuk mengetahui hubungan
matematis dari pos-pos tertentu dalam setiap elemen laporan
keuangan. Hasil dari perhitungan rasio akan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, agar dapat diketahui perubahan yang terjadi, apakah mengalami
kenaikan atau penurunan.
Analisis laporan
keuangan menggunakan perhitungan rasio-rasio agar dapat mengevaluasi keadaan
finansial perusahaan dimasa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Rasio
dapat dihitung berdasarkan sumber datanya yang terdiri dari rasio-rasio neraca
yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, rasio-rasio
laporan laba-rugi yang disusun dari data yang berasal dari perhitungan
laba-rugi, dan rasio-rasio antar laporan yang disusun berasal dari data neraca
dan laporan laba-rugi. Laporan keuangan perlu disusun untuk mengetahui apakah
kinerja perusahaan tersebut meningkat atau bahkan menurun dan didalam
menganalisis laporan keuangan diperlukan alat analisis keuangan, salah satunya
adalah dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan tersebut
meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas (leverage), rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio
pertumbuhan.
Rasio keuangan
merupakan angka hasil perbandingan antara satu angka keuangan dengan angka keuangan
lainnya. Angka-angka tersebut terdapat dalam laporan keuangan, yang terdiri
dari neraca, laporan laba/rugi, laporan arus kas dan perubahan posisi modal
sendiri.
Analisa rasio adalah
suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca
atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan
tersebut. Analisis rasio keuangan merupakan bentuk atau cara umum yang
digunakan dalam analisis laporan keuangan. Analisis rasio berguna bagi para
analisis intern untuk membantu manajemen membuat evaluasi mengenai hasil-hasi
operasinya, mempe rbaiki
kesalahan-kesalahan dan menghindari keadaan yang dapat menyebabkan kesuiltan
keuangan.
Analisis Rasio Keuangan atau
Financial Ratio adalah merupakan suatu alat analisa yang digunakan oleh
perusahaan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan data perbandingan
masing-masing pos yang terdapat di laporan keuangan seperti Laporan Neraca,
Rugi / Laba, dan Arus Kas dalam periode tertentu.
Laporan Keuangan bertujuan untuk
memberikan gambaran informasi mengenai posisi keuangan dan kinerja perusahaan
yang dapat dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan bisnis.
Analisis Data Laporan Keuangan
dilakukan dengan menganalisa masing - masing pos yang terdapat di dalam laporan
keuangan dalam bentuk rasio posisi keuangan dengan tujuan agar dapat
memaksimalkan kinerja perusahaan untuk masa yang akan datang.
Setiap tutup periode akhir bulan
biasanya accounting menyiapakan dan menyusun Laporan Keuangan yang terdiri dari
Laporan Neraca, Rugi Laba, Arus Kas, Perubahan Modal, dan Laporan tersebut
diserahkan ke pimpinan perusahaan. Hal umum yang biasa terjadi adalah mereka
hanya fokus terhadap Laporan Laba Rugi, namun ada hal yang lebih penting yang
perlu disajikan dalam penyampaian laporan ini yaitu mengenai Analisis Laporan
Keuangan.
Tujuan utama analisis laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
Sebagai alat barometer untuk
melakukan forecasting atau memproyeksikan posisi keuangan dimasa yang akan
datang.
Mereview kondisi perusahaan saat ini, permasalahan
dalam manajemen, operasional maupun, keuangan.
LITERATUR TEORI
A.
KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan
adalah suatu alat bantu yang dapat digunakan untuk membuat suatu keputusan
antara lain mengenai rencana-rencanan perusahaan, penanaman modal/investasi,
pencarian sumber-sumber dana oprasi perusahaan lainnya (Amin Wijaya Tunggal,
1995). Melalui analisis laporan keuangan ini maka para pemakai informasi
akuntansi dapat mengambil keputusan. Pengelola/manajer dalam suatu perusahaan
dapat menilai apakah kinerjanya dalam suatu periode yang lalu mendatangkan
keuntungan atau tidak, Komponen laporan keuangan yang umumnya dikeluarkan oleh
perusahaan biasanya terdiri atas:
1.
Laporan Posisi Keuangan /
Neraca (Balance Sheet).
Laporan Posisi
Keuangan/Neraca adalah suatu bagian dari laporan keuangan yang menunjukkan
keadaan dari suatu unit usaha pada tanggal tertentu yang terdiri atas dua
bagian yaitu aktiva dan pasiva. Aktiva dapat dikategorikan sebagai investasi
yang dilakukan dalam perusahaan sedangkan pasiva merupakan sumber-sumber yang
digunakan untuk investasi tersebut dan jumlah kedua bagian ini harus sama.”
Menurut Smith dan
Skousen (2007, hal 152): Neraca adalah merupakan laporan pada suatu saat
tertentu mengenai sumber daya perusahaan (aktiva), hutangnya (kewajiban) dan
klaim kepemilikan terhadap sumber daya (ekuitas pemilik).” Neraca sendiri dapat
disusun dalam dua bentuk, yaitu bentuk T (T
Form) dan bentuk L (L Form). Di
dalam bentuk T form semua harta
perusahaan ditempatkan pada sisi bagian kiri neraca dengan judul aktiva (assets), sedangkan hutang dan modal
ditempatkan pada sisi kanan neraca dengan judul pasiva (Liabilities and Stockholders’ Equity). Dalam bentuk L form, semua harta perusahaan
ditempatkan pada bagian atas neraca, sedangkan hutang dan modal ditempatkan
pada bagian bawah neraca. Menurut Smith dan Skousen (2007, hal 164)
keterbatasan neraca antara lain adalah:
a.
Sumber daya dan
kewajiban entitas biasanya disajikan menurut harga perolehan (historical cost) pada saat terjadinya
sehingga menjadi tidak relevan untuk melakukan evaluasi kekayaan perusahaan.
b.
Ketidakstabilan nilai
mata uang menyebabkan neraca tidak mencerminkan daya beli konstan. Akibatnya,
neraca mencerninkan aktiva, kewajiban, dan ekuitas dalam satuan daya beli yang
tidak sama.
c.
Sulitnya untuk
melakukan perbandingan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang
lainnya karena masing-masing perusahaan tidak mengklasifikasikan dan melaporkan
semua pos yang hampir sama secara seragam.
d.
Dalam hal pengukuran,
ada beberapa sumber daya dan kewajiban entitas tidak dilaporkan ke dalam neraca
(Off Balance Sheet Item).
Laporan posisi
keuangan terdiri dari 3 (tiga) unsur, yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas.
Informasi yang dapat disajikan di laporan posisi keuangan antara lain posisi
sumber kekayaan entitas dan sumber pembiayaan untuk memperoleh kekayaan entitas
tersebut dalam suatu periode akuntansi.
2.
Laporan Laba Rugi (Income Statement).
Laporan laba rugi
adalah laporan yang menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui
dalam satu periode. Laporan laba rugi dapat disajikan dalam 2 (dua) bentuk:
1) Bentuk satu, laporan laba rugi komprehensif
2) Bentuk dua laporan:
•
Laporan yang menunjukkan komponen
laba rugi (laporan
laba rugi terpisah); dan
•
Laporan yang dimulai
dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan komprehensif lain (laporan
laba rugi komprehensif)
Pendapatan
komprehensif lain berisi pos-pos pendapatan dan beban (termasuk penyesuaian
reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba rugi.
Laporan laba rugi adalah suatu laporan utama akuntan
dalam mengukur kinerja ekonomi suatu usaha, yaitu pendapatan dikurangi dengan
biaya-biaya selama periode akuntansi tertentu. Menurut Baridwan (2000, hal
39-40) laporan laba rugi dalam penyajiannya dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
a. Single step model
Adalah bentuk laporan laba rugi yang dilakukan
pengelompokan- pengelompokan atas pendapatan dan biaya ke dalam
kelompok-kelompok usaha dan di luar usaha tetapi hanya dipisahkan antara
pendapatan-pendapatan dan laba dengan biaya-biaya kerugian.
b. Multistep model
Adalah bentuk laporan laba rugi dimana dilakukan beberapa
pengelompokan terhadap pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya yang disusun dalam
urutan tertentu.
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan
ekuitas yaitu laporan keuangan yang menunjukan perubahan ekuitas selama satu
periode. Laporan perubahan ekuitas terdiri dari saldo awal modal pada neraca
saldo setelah disesuaikan di tambah laba bersih selama satu periode dikurangi
dengan pembayaran dividen. Komponen akun dalam laporan perubahan ekuitas
adalah:
a.
Modal awal
b.
Laba (rugi) tahun berjalan
c.
Pembayaran dividen
d.
Pencadangan saldo
laba untuk cadangan tujuan
e.
Modal akhir
4.
Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement).
Laporan arus kas
adalah suatu ringkasan mengenai penerimaan dan pembayaran kas dari suatu
perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Laporan ini dibuat dengan melakukan
perbandingan antara neraca di awal periode dengan neraca di akhir periode serta
menggunakan pos-pos kunci di dalam laporan laba rugi. Dalam penyajiannya,
menurut Hackel dan Livnat (1996, hal 146-164), Laporan arus kas dibagi dalam
tiga kelompok yaitu:
a.
Aktivitas operasional
(Operating).
Adalah kelompok yang meliputi seluruh transaksi dan
kegiatan lainnya yang tidak termasuk di dalam kegiatan investasi maupun
pembiayaan perusahaan. Secara lebih jelas, arus kas yang berasal dari kegiatan
operasional meliputi arus kas dari kegiatan produksi, distribusi barang dan
penyediaan jasa. Arus kas dari kegiatan operasi adalah arus kas hasil dari
transaksi dan kegiatan lainnya yang ikut menentukan laba bersih.
b. Aktivitas Investasi (Investing).
Adalah kelompok yang meliputi pembelian dan penagihan
piutang, pengembalian persediaan barang dagang, pembayaran pinjaman, pengadaan
serta penjualan ekuitas dan harta
kekayaan perusahaan (tanah), bangunan, dan peralatan serta aktiva-aktiva
produktif lainnya, yaitu aktiva yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan
produksi barang dan jasa.
c.
Aktivitas pendanaan atau pembiayaan (Financing).
Adalah kelompok yang meliputi perolehan sumber daya dari
para pemilik dan pemberian hasil atas investasi yang telah dilakukan,
peminjaman, serta pembayaran kembali hutang oleh pemiliknya atau sebaliknya
penyelesaian kewajiban perusahaan kepada pemilik, dan perolehan serta
pembayaran sumber daya lainnya yang berasal dari pembiayaan jangka panjang.
5.
Catatan atas laporan
keuangan (berisi
ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain); dan
6.
Laporan posisi keuangan
pada awal periode sebelumnya ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi
secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan atau ketika entitas
mereklasifikasi pos-pos dalam
laporan keuangannya.
B.
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
1. Tujuan Analisis
Laporan Keuangan
Secara umum, pengguna laporan keuangan bertujuan
melakukan analisis terhadap kesehatan perusahaan
2. Jenis Analisis Laporan
Keuangan
Analisis Laporan Keuangan juga diperlukan untuk memahami
posisi keuangan selama periode tertentu. Menurut Myres, "Analisis laporan
keuangan sebagian besar merupakan studi hubungan antara berbagai faktor
keuangan dalam bisnis seperti yang diungkapkan oleh satu set laporan dan studi
tentang tren faktor ini seperti yang ditunjukkan dalam serangkaian pernyataan
". Analisis laporan keuangan dapat secara luas diklasifikasikan menjadi
dua jenis penting dasar bahan yang digunakan dan metode operasi.
Berdasarkan Material Bekas
Berdasarkan bahan yang digunakan, analisis laporan
keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis utama seperti analisis
eksternal dan analisis internal.
b.
Analisis Eksternal
Luar dari badan usaha melakukan analisis biasanya
eksternal tetapi mereka secara tidak langsung terlibat dalam badan usaha
seperti investor, kreditur, organisasi pemerintah dan lembaga kredit lainnya.
Analisis eksternal adalah sangat berguna untuk memahami posisi keuangan dan
operasionalmbadan usaha. Analisis eksternal terutama tergantung pada
diterbitkan laporan keuangan perhatian. Analisis ini menyediakan hanya terbatas
informasi tentang badan usaha.
c.
Analisis internal
Perusahaan itu sendiri tidak mengungkapkan beberapa
informasi yang berharga bagi badan usaha dalam jenis analisis. Analisis ini
digunakan untuk memahami pertunjukan operasional masing-masing dan setiap
departemen dan unit badan usaha. Analisis internal membantu untuk mengambil
keputusan mengenai mencapai tujuan dari badan usaha.
Berdasarkan Metode Operasi
Berdasarkan metode operasi, analisis laporan keuangan
dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis utama seperti analisis horizontal dan
analisis vertikal.
a. Analisis Horizontal
Berdasarkan analisis horizontal, laporan keuangan
dibandingkan dengan beberapa tahun dan berdasarkan itu, perusahaan dapat
mengambil keputusan. Biasanya, saat ini angka tahun dibandingkan dengan tahun
dasar (tahun dasar yang menganggap sebagai 100) dan bagaimana informasi
keuangan yang berubah dari tahun ke tahun. Analisis ini juga disebut sebagai analisis
dinamis.
b. Analisis Vertikal
Berdasarkan analisis vertikal, laporan keuangan mengukur
jumlah hubungan dari berbagai item dalam laporan keuangan pada periode
tertentu. Hal ini juga disebut sebagai analisis statis, karena, analisis ini
membantu untuk menentukan hubungan dengan berbagai item muncul dalam laporan
keuangan. Sebagai contoh, penjualan diasumsikan sebagai 100 dan barang-barang
lainnya yang diubah menjadi angka penjualan.
PEMBAHASAN
Teknik
Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan yaitu untuk menentukan kinerja
keuangan dan operasional perusahaan. Sejumlah metode atau teknik yang digunakan
untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan. Berikut ini gambaran umum
metode atau teknik yang banyak digunakan oleh perusahaan sbb:
Gambar 2.3 Teknik Analisis Laporan Keuangan
a.
Analisis Rasio
Keuangan (Ratio Analisis)
b.
Analisis Perbandingan
Laporan Keuangan (Comparative Financial
Statement Analysis)
1)
Analisis Laporan
Keuangan Perbandingan Laporan Posisi Keuangan (Comparative Statement of Financial Position Analysis)
2)
Analisis Laporan
Keuangan Perbandingan Pendapatan (Comparative
Income Statement Analysis)
c.
Analisis Laporan
Keuangan Sistem Trend (Trend Analysis)
d.
Analisa Common size (Common Size
Analysis)
e.
Analisa Du Pont (Du Pont Analysis)
f.
Analisa Aliran Dana (Fund Flow
Statement)
g.
Analisa Arus Kas (Cash Flow
Statement)
h.
Analisa Rasio (Ratio Analysis)
a. Analisis Rasio (Rasio Analysis)
Analisis rasio adalah teknik yang paling populer dan
banyak digunakan untuk melakukan analisis laporan keuangan. Rasio dapat
bermanfaat sebagai analisis perbandingan dengan 1) rasio tahun lalu, 2) standar
yang telah ditentukan, dan 3) rasio kompetitor.
Aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis
rasio:
a.
Faktor yang
mempengaruhi rasio
Analis harus memahami faktor yang dapat mempengaruhi
rasio perusahaan, misalnya kejadian ekonomi, faktor industri, kebijakan
manajemen, dan kebijakan akuntansi.
b.
Interpretasi dari rasio
Rasio harus diinterpretasikan dengan cermat, karena
faktor yang mempengaruhi numerator (pembilang) akan berkorelasi dan berdampak
terhadap denominatornya (penyebut)
Untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan,
diperlukan ukuran-ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan adalah rasio.
Rasio diperoleh dengan membandingkan satu pos atau elemen laporan keuangan
dengan elemen yang lain dalam laporan keuangan tersebut. Analisis atas laporan
keuangan suatu entitas tergantung pada sudut pandang serta tujuan pihak yang
melakukan analisis. Analisis dapat berbeda untuk satu pihak dengan pihak yang
lain.
Menurut Hanafi dan Halim pada dasarnya analisis rasio
bisa dikelompokkan kedalam lima macam kategori, yaitu:
1.
Rasio Likuiditas
2.
Rasio Aktivitas
3.
Rasio Solvabilitas
4.
Rasio Profitabilitas
5.
Rasio Pasar
Melalui kelima rasio tersebut, investor dapat melihat
prospek dan resiko perusahaan pada masa yang mendatang. Kelima faktor tersebut
akan mempengaruhi harapan investor terhadap perusahaan pada masa-masa mendatang.
Dari kelima rasio diatas akan dijelaskan definisi serta perhitungannya yaitu
sebagai berikut:
a) Rasio Likuiditas
(Liquidity Ratio).
Merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajibannya yang akan segera jatuh tempo.
Rasio likuiditas yang umum digunakan yaitu:
1) Rasio Lancar (Current Ratio).
Rasio ini dihitung dengan membagi Aktiva lancar dengan
Utang Lancar. Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk
mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek, karena rasio ini
menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh
aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan
jatuh tempo utang.
Rasio lancar yang rendah biasanya dianggap menunjukkan
terjadinya masalah dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang rasio
lancarnya terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana
menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan peningkatan laba
perusahaan.
2) Rasio Kas (Cash
Ratio).
Rasio ini dihitung dengan kas ditambah efek kemudian
membagi hasilnya dengan Utang Lancar.
Rasio kas yaitu kemampuan untuk membayar hutang yang
harus segara dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang
dapat segera diuangkan (mudah dirubah menjadi uang).
3) Rasio Cepat (Quick/Acid
Test Ratio).
Rasio ini dihitung dengan mengurangkan Persediaan dari
Aktiva Lancar dan kemudian membagi hasilnya dengan Utang Lancar.
Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat
likuiditasnya rendah, sering mengalami fluktuasi harga, dan unsur aktiva lancar
ini sering menimbulkan kerugian jika terjadi
likuidasi. Jadi rasio
cepat lebih baik
dalam mengukur kemampuan
suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio cepat
yang umumnya dianggap baik adalah 1 (satu).
4) Rasio Modal Kerja (Working
Capital to Total Asset Ratio).
Rasio ini dihitung dengan aktiva lancar dikurangi hutang
lancar kemudian membagi hasilnya dengan jumlah aktiva.
Rasio modal kerja yaitu Likuiditas dari total aktiva dan
posisi modal kerja (netto).
b) Rasio Aktivitas
(Activity Ratio).
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan,
persediaan, penagihan piutang dan lainnya). Atau rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Adapun sebagian dari rasio – rasio aktivitas adalah
sebagai berikut:
1)
Total
Assets Turn Over Ratio (TATO Ratio).
Kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva
berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang dinvestasikan
untuk menghasilkan revenue. Kemudian juga mengukur berapa jumlah penjualan yang
diperoleh dari tiap Rupiah aktiva dan biasanya rasio ini dinyatakan dengan
desimal. Rumus untuk mencari Total Assets
Turnover digunakan adalah sebagai berikut:
2)
Tingkat
Perputaran Piutang (Receivable Ratio).
Kemampuan perusahaan dalam mengumpulkan piutang, artinya
semakin cepat perputaran piutang semakin bagus dalam pengumpulan piutangnya.
Ukurannya:
•
Receivable Turnover
Digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang
selama satu periode. Atau berapa kali dana yang tertanam dalam piutang ini
berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja
yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan rasio
sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya
jika semakin rendah maka ada over
investment dalam piutang. Cara mencari rasio ini adalah dengan
membandingkan antara penjualan kredit dengan rata piutang.
Rumusan untuk mencari turnover
receivable adalah sebagai berikut:
•
Average
Collection Period
Digunakan untuk mengukur periode rata-rata yang
diperlukan untuk mengumpulkan piutang. Bagi bank yang akan memberikan kredit
perlu juga menghitung hari rata–rata penagihan piutang (days of receivable). Rumus yang digunakan adalah:
3)
Perputaran Persediaan
(Inventory Turn Over)
Kemampuan perusahaan dalam memutarkan persediaan barang
yang dimiliki, artinya semakin cepat perputaran perputaran persediaan semakin
cepat barang yang dimiliki terjual. Ukurannya:
•
Inventory Turnover
Digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam
dalam inventory ini berputar dalam satu periode. Rasio ini dikenal dengan nama
rasio perputaran persediaan (inventory
turnover). Rasio ini juga menunjukkan berapa kali jumlah barang persediaan
diganti dalam satu tahun. Semakin kecil rasio ini maka semakin jelek, demikian
pula sebaliknya.
Cara mencarinya adalah dengan membandingkan antara harga
pokok barang yang dijual dengan rata – rata persediaan. Namun apabila tidak ada
harga pokok maka dapat digunakan sebagai perhitungan adalah penjualan (sales) dengan rata – rata persediaan
dan biasanya dalam hitungan tahun. Rumus untuk mencari inventory turnover digunakan adalah sebagai berikut:
•
Average Day’s
Inventory
Digunakan untuk mengukur periode menahan persediaan
rata-rata atau perioded rata- rata persediaan barang berada di gudang. Rumus
yang digunakan adalah:
4)
Perputaran Aset (Asset Turnover)
Digunakan untuk mengukur penggunaan semua aktiva
perusahaan. Kemudian juga mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari
tiap Rupiah aktiva dan biasanya rasio ini dinyatakan dengan desimal. Rumus
untuk mencari assets turnover digunakan
adalah sebagai berikut:
c) Rasio
Solvabilitas/Leverage (Solvability Ratio)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah
perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Rasio
ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan dan dengan demikian
memfokuskan pada sisi kanan neraca. Ada beberapa macam rasio yang dapat
dihitung: rasio total hutang terhadap total aset, rasio Time Interest Earned, rasio Fixed
Charges Coverage.
Rasio Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban berupa pembayaran bunga dan pokok pinjaman jangka panjang. Rasio ini
berhubungan dengan Hutang/debt. Artinya seberapa besar hutang yang digunakan
oleh perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Rasio ini penting
sekali karena perusahaan perlu mengatur seberapa besar hutang yang digunakan
nantinya, karena apabila perusahaan tidak mengatur ini maka bisa saja hutang
yang terlalu tinggi dan bunga terlalu tinggi, sedangkan hasil laba operasional
perusahaan rendah. Oleh karena itu hutang harus disinkronisasikan dengan laba
perusahaan.
Solvabilitas
suatu perusahaan menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya
apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasikan (Bambang
Riyanto, 1995, hal 32).
Suatu perusahaan yang solvabel belum tentu likuid dan
sebaliknya perusahaan yang insolvable belum tentu ilikuid. Dalam hubungan
antara likuiditas dan solvabilitas ada empat kemungkinan yang dapat dialami oleh perusahaan yaitu:
§
Perusahaan yang likuid
tetapi insolvabel
§
Perusahaan yang
likuid dan solvabel
§
Perusahaan yang
solvabel tetapi ilikuid
§
Perusahaan yang
insolvabel dan ilikuid
Tingkat
solvabilitas diukur dengan beberapa
rasio, yaitu :
1.
Total Debt to
Equity Ratio (DER)
Rasio ini membandingkan modal sendiri (Net worth) di satu pihak dengan total
hutang (Total Debt) di lain pihak.
Rumus:
Makin kecil prosentase ratio ini berarti makin cepat perusahaan
menjadi insolvabel. Tingkat solvabilitas
dapat dipertinggi hanya dengan jalan penambahan modal sendiri dengan
alternatif sebagai berikut:
a.
Menambah aktiva tanpa
menambah utang atau menambah aktiva relatif lebih besar daripada bertambahannya hutang.
b.
Mengurangi hutang
tanpa mengurangi aktiva atauengurangi hutang relatif besar daripada berkurangnya
aktiva.
2.
Debt to Asset Ratio (DAR)
Debt to Asset Ratio (DAR) adalah ratio yang dihasilkan dengan membandingkan jumlah
aktiva (total assets) di satu
pihak dengan jumlah utang (total debt dilain pihak). Rumus:
3.
Long Term Debt
to Total Equtiy Ratio (LTDE)
Rasio ini menunjukkan besarnya hutang jangka panjang yang
dimiliki perusahaan dibanding dengan modal sendiri yang dimiliki. Rumus:
4.
Time Interest
Earned Ratio (TIER)
Ratio ini menujukkan kemampuan perusahaan untuk membayar
bunga hutang dengan laba yang diperoleh. Semakin besar ratio ini semakin besar
kemampuan perusahaan memenuhi pembayaran bunga
d) Rasio
Profitabilitas (Profitability Rasio)
Profitability Rasio adalah kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba, artinya seberapa besar rasio dari kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari aktifitas perusahaan maka semakin baik perusahaan
tersebut.
Rasio profitabilitas yaitu rasio yang melihat kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio profitabilitas merupakan aspek
fundamental perusahaan, karena selain memberikan daya tarik yang besar bagi investor yang akan
menanamkan dananya pada perusahaan juga sebagai alat ukur terhadap efektivitas
dan effisiensi penggunaan semua sumber daya yang ada di dalam proses
operasional perusahaan. Hanafi dan Halim (1996) mendefinisikan rasio profitabilitas
sebagai rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu.
Rasio profitabilitas dapat diukur dengan beberapa
indikator:
1)
Ratio profitabilitas
yang berhubungan dengan penjualan
§
Gross profit margin
§
Profit Margin
§
Net Profit Marin
2)
Ratio profitabilitas
yang berhubungan dengan investasi
§
Return on Assets
§
Return on Equity
§
Return on Investment
1.
Profit Margin
Profit Margin merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai.
Ratio profitabilitas yang berhubungan dengan penjualan:
a.
Gross Profit Margin Ratio (GPM)
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
b.
Profit Margin Ratio (PMR)
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
c.
Net Profit Marin
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
2.
ROA (Return on Asset)
Return on Asset juga sering disebut sebagai rentabilitas
ekonomis merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan
adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT.
3.
ROE (Return on Equity)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
berdasarkan modal tertentu. Rasio ini
merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Rasio ROE
bisa dihitung sebagai berikut:
Meskipun, rasio ini mengukur laba dari sudut pandang
pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan dividend maupun capital gain untuk pemegang
saham. Karena itu rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang
sebenarnya. ROE dipengaruhi oleh ROA dan Leverage
keuangan perusahaan. Selain itu ROE bisa dihitung dengan cara:
Bagian atas persamaan tersebut (numenator) mencerminkan bagian laba yang bisa dialokasikan ke
pemegang saham untuk periode
tertentu, setelah semua hak-hak kreditur dan saham preferen telah dilunasi,
biaya bunga telah dikurangkan dari laba bersih. Sementara dividen untuk saham
preferen belum dikurangkan. Karena itu dividen untuk saham preferen mesti
dikurangkan darilaba bersih perusahaan untuk memperoleh hak bersih pemegang
saham biasa. Pembagi (denominator) persamaan diatas mengukur rata- rata jumlah
saham yang digunakan selama periode tersebut. Saham biasa sama dengan total
saham dikurangi nilai dari nominal saham preferen
4.
ROI (Return on Investment)
Return on Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang
dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih
setelah pajak atau EAT. Formula yang digunakan untuk menghitung ROI adalah
sebagai berikut:
Dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting
sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh
(komprehensif). Analisa ROI ini merupakan teknik analisa yang lazim digunakan
oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi
perusahaan.
Return on Investment itu sendiri adalah salah satu bentuk
dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan
perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan
untuk operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Dengan demikian ratio
ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (net
operating income) dengan jumlah investasi
atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net
operating assets). Sebutan lain untuk ratio ini adalah net operating
profit rate of return atau operating earning power.
Kegunaan dari analisa ROI dapat dikemukakan sebagai
berikut:
a.
Sebagai salah satu
kegunaannya yang prinsipil ialah sifatnya yang menyeluruh. Apabila perusahaan
sudah menjalankan praktek akuntansi yang baik maka manajemen dengan
menggunakan teknik analisa ROI dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang
bekerja, efsiensi produksi danefisiensi bagian penjualan. Apabila suatu
perusahaan pada suatu periode telah mencapai “operating aset turnover“ sesuai
dengan standar atau target yang telah ditetapkan, tetapi ternyata ROI-nya masih
dibawah standar target, maka perhatian managemen dapat dicurahkan pada usaha
peningkatan efisiensi disektor produksi dan penjualan. Sebaliknya apabila
profit margin telah mencapai target atau
standar yang telah ditetapkan, sedangkan operating aset turn over masih dibawah
target maka perhatian managemen dapat dicurahkan nuntuk perbaikan kebijaksanaan
investasi baik dalam modal kerja maupun dalam aktiva tetap. Rendahnya operating
aset turnover ini bisa disebabkan karena kesalahan dalam kebijakan pembelian
bahan mentah yang dibeli terlalu besar menumpuk di gudang.
b.
Apabila perusahaan
dapat mempunyai data industri sehingga dapat diperoleh ratio industri, maka
dengan analisa ROI ini dapat dibandingkan efisiensi penggunaan modal pada
perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui
apakah perusahaannya berada dibawah, sama, atau diatas rata-ratanya. Dengan
demikian akan dapat diketahui dimana kelemahannya dan apa yang sudah kuat pada
perusahaan tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.
c.
Analisa ROI dapat
digunakan untuk mengukur efisiensi aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh
divisi/bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam
bagian yang bersangkutan. Arti penting mengukur rate of return pada tingkat
bagian adalah untuk dapat membandingkan efisiensi suatubagian dengan bagian
yang lain didalam perusahaan yang bersangkutan.
Kelemahan analisa ROI yaitu:
a.
Perbedaan metode
dalam penilaian berbagai aktiva antara perusahaan yang satu dengan perusahaan
yang lain, perbandingan tersebut akan dapat memberi gambaran yang salah. Ada
berbagai metode penilaian inventory (FIFO,
LIFO,The Lower cost or market valuation) yang digunakan akan berpengaruh
terhadap besarnya nilai inventory, dan yang selanjutnya akan berpengaruh
terhadap jumlah aktiva. Demikian pula adanya berbagai metode depresiasiakan
berpengaruh terhadap jumlah aktivanya.
b.
Kelemahan lain dari
teknik analisa ini adalah terletak pada adanya fluktuasi nilai dari uang (daya
belinya). Suatu mesin atau perlengkapan tertentu yang dibeli dalam keadaan inflasi
nilainya berbeda dengan kalau dibeli pada waktu tidak ada inflasi, dan hal ini
akan berpengaruh dalam menghitung investment turn over dan profit margin.
5.
Earning Per
Share (EPS)
Kadang-kadang pemilik juga menginginkan data mengenai keuntungan
yang diperoleh untuk setiap lembar
sahamnya. Keuntungan perlembar saham biasanya merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh para
investor yang merupakan angka dasar yang diperlukan dalam menentukan harga
saham.Earning pershare atau laba perlembar saham merupakan ukuran kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik.Laba yang digunakan sebagai
ukuran adalah laba bagi pemilik
atau EAT.
Senada dengan Haniffa, Gray (1988) dalam Ratmono, (2003),
akuntabilitas dipandang lebih sesuai dengan tujuan akuntansi berdasarkan syari’ah. Gray menganggap bahwa adanya
akuntabilitas akan membuat perusahaan lebih memperhatikan kepentingan sosial.
Adanya akuntabilitas menuntut perusahaan lebih memperhatikan stakeholders dan lingkungan dari pada stockholders semata. Sementara Triyuwono
(2002), berpendapat tujuan akuntansi syari’ah
bersifat materi yaitu pemberian informasi untuk pengambilan keputusan
ekonomi dan bersifat spirit yaitu akuntabilitas.
Berbeda dengan Harahap (2001), dimana tujuan
akuntansi syari’ah adalah
muamalah yaitu
Amar Ma’ruf Nahi
Munkar, keadilan dan kebenaran, maslahat sosial, kerjasamaaa,
menghapus riba,dan mendorong zakat. Sehingga dengan demikian tujuan akuntansi syari’ah
lebih menekankan pentingnya memberikan informasi bagi penghitungan
zakat,pelaksanaan keadilan dan melaporkan kegiatan yang bertentangan dengansyari’ah. Tujuan-tujuan tersebut perlu
dilakukan dalam rangka memenuh tanggungjawab bank kepada direct stakeholders maupun indirect
stakeholders.
Sementara itu berkaitan dengan konsep kepemilikan (equity), pakar akuntansi syari’ah antara lain; Harahap (1997),
Adnan (1999), Triyuwono (2000),dan Baydoun dan Willeet (2000), berpendapat
mengingat tujuan akuntansi syari’ah mencakup
aspek sosial dan pertanggungjawaban, maka teori enterprise lebih sesuai dengan
akuntansi syari’ah. Mereka berpendapat
akuntansi syari’ah dipandang tidak
saja sebagai bentuk akuntabilitas kepada stakeholders
dan Tuhan. Pandangan ini yang mendasari Baydoun dan Willet (2000)
mengusulkan Laporan Nilai Tambah (Value
Added Statement) sebagai komponen Laporan Keuangan Islami yang memberikan
perhatian kepada pihak-pihak yang memberikan kontribusi kepada perusahaan.
Akuntasi syari’ah seharusnya
memberikan perhatian tidak hanya sebatas pada pemilik modal tetapi juga
kepadapihak-pihak lain.
e) Rasio Pasar
Rasio pasar yaitu rasio yang mengukur harga pasar relatif
terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut
investor atau calon investor, meskipun pihak manajemen juga berkepentingan
terhadap rasio-rasio ini. Ada beberapa rasio pasar yang bisa dihitung yaitu:
1.
Price Earning
Rasio (PER)
Price Earning Rasio (PER) merupakan rasio untuk rasio
untuk melihat harga saham relatif terhadap earningnya. Rasio ini dapat
dihitung dengan rumus yaitu:
2.
Dividend Yield (DY)
Dividend Yield (DY) merupakan rasio untuk melihat bagian
dari harga pasar saham yang akan diperoleh investor. Rasio ini dapat dihitung
dengan rumus yaitu:
3.
Price to Book
Value (PBV)
Price to Book Value (PBV) Merupakan rasio untuk menilai
suatu ekuitas berdasarkan nilai bukunya.
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu:
4.
Book Value (BV)
Book Value (BV) Merupakan rasio dihasilkan dari ekuitas
dibagi rata-rata jumlah saham yang beredar.
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
3. Alat Ukur Kinerja Keuangan Yang Lain
Meskipun data-data akuntansi memberikan banyak informasi
yang berguna, namun akunyansi juga memiliki keterbatasan. Dalam menghadapi
keterbatasan ini analisis melakukan penyesuaian dengan memberikan ukuran
kinerja alternatif. Beberapa ukuran profitabilitas akhir akhir ini yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja manajerial antara lain MVA (Market Value
Added) serta EVA (Economic Value Added).
1.
Nilai Tambah
Pasar (Market Value Added/MVA)
Tujuan utama sebagian besar perisahaan adalah
memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Tujuan ini jelas menguntungkan pemegang
saham, tetapi juga memastikan bahwa sumber daya yang terbatas telah
dialokasikan secara efisien, yang menguntungkan perekonomian.
Kekayaan pemegang saham akan menjadi maksimal dengan
memaksimalkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas perusahaan dan jumlah modal
ekuitas yang diinvestasikan investor. Perbedaan ini disebut Nilai Tambah Pasar
(Market Value Added/MVA).
MVA dapat diformulasikan sebagai berikut :
MVA = Nilai Pasar Ekuitas – Modal ekuitas yang
diinvestasikan oleh investor
= (Saham yang beredar) (Harga saham) – Total
ekuitas saham biasa
Contoh:
Perusahaan “Maju jaya” pada tahun 2010 memiliki nilai
ekuitas sebesar Rp.540.000.000,-, sedangkan total nilai pasar saham perusahaan
adalah sebesar Manajemen Keuangan Suatu Konsep Dasar Rp.650.000.000,- maka MVA
adalah sebesar Rp.90.00.000,- (650 juta-540 juta). Dengan memaksimalkan
perbedaan ini, maka berarti manajemen memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
2.
Nilai Tambah
Ekonomi (Economic Value Added/EVA)
Jika MVA mengukur pengaruh tindakan manajerial sejak pendirian
perusahaan, maka nilai tambah ekonomi (economic valueadded/EVA) memfokuskan
pada efektifitas manajerial dalam satu tahun tertentu. EVA menunjukkan semua
laba setelah semua biaya modal termasuk modal ekuitas dikurangkan. Jadi EVA
adalah suatu laba ekonomis yang sesungguhnya dalam tahun berjalan, dan hal ini
sangat berbeda dengan laba akuntansi. EVA dapat diformulasikan sebagai berikut:
EVA = Laba operasi setelah pajak - biaya modal setelah
pajak
= EBIT (1-tarif
pajak) – (Total Modal) (Biaya modal setelah pajak)
Total modal mencakup hutang jangka panjang, saham
preferen dan ekuitas saham biasa.
Contoh
Soal Dan Penyelesaian
Pada tahun 2014
perusahan : Alfaro Jaya” telah bekerja dengan modal sebesar Rp.20.000.000,-
yang terdiri dari modal sendiri sebesar 75 % sedangkan sisanya modal asing
dengan tingkat bunga 10%. Pada tahun 2014 direncanakan pertambahan modal
sebesar Rp 7.500.000,- sehingga tingkat penjualan dapat dinaikkan menjadi Rp
30.000.000,- harga pokok penjualan sebesar Rp 20.000.000,- biaya operasi
sebesar Rp 5.000.000,-. Pajak perseroan yang harus dibayar sebesar 50% dari
data-data diatas hitunglah:
a.
Earning Power tahun 2014
b.
Profit margin tahun 2014
c.
Total assets turn
over tahun 2014
d.
Rate of return on net
worth bila tambahan modal dipenuhi dengan modal sendiri dan Rate of return on net worth bila tambahan
modal dipenuhi dengan modal asing.
PENYELESAIAN
a.
Mencari Earning power
Pertama harus dicari EBIT
Sales Rp 30.000.000,-
HPP Rp 20.000.000,-
Gross Profit Rp 10.000.000,-
Operating expense Rp 5.000.000,-
EBIT Rp 5.000.000,-
Tatal assets = 20.000.000 + 7.500.000 = Rp 27.500.000,-
b.
Mencari Profit Margin
c.
Mencari Total Assets
Turn Over
d.
Mencari Inventory
Turn Over
e.
Mencari Debt to Net
Worth Ratio
f.
Mencari Time Interest
Earned Ratio
g.
Mencari Profit Margin
h.
Mencari Operating
Assets Turn Over
i.
Mencari Earning Power
j.
Mencari Rate of
Return On Net Worth
KESIMPULAN
1.
Untuk mengevaluasi
kondisi keuangan dan kineja keuangan, analisis keuangan harus melakukan
pemeriksaan terhadap kesehatan keuangan perusahaan. Alat yang biasa digunakan
adalah analisis rasio keuangan. Rasio keuangan adalah yang menghubungkan dua
angka akuntansi dalam laporan keuangan dengan membagi satu angka dengan angka
lainnya.
2.
Rasio Likuiditas
mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya yang sudah jatuh tempo.
3.
Rasio Aktivitas
mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola usahanya.
4.
Rasio Rentabilitas mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
5.
Rasio Pasar mengukur
kinerja pasar atau harga pasar saham perusahaan.
6.
Analisis rasio bisa
dilakukan dengan melakukan perbandingan internal (analisis trend) dan analisis
eksternal (analisis industri).
7.
Market Value
Added/MVA adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas perusahaan dan jumlah
modal ekuitas yang diinvestasikan investor. Economic Value Added/ EVA adalah
suatu laba ekonomis yang sesungguhnya dalam tahun berjalan.
DAFTAR PUSTAKA
Gandhy,
Fardinal, (2019). Analysis of Financial Ratio to Predict Financial Distress
Conditions (Empirical Study on Manufacturing Companies listed on the Indonesia
Stock Exchange for 2014-2017). International Journal of Business and Management
Invention (IJBMI), 8(6), 27-34.
Hanifah,
S., Sarpingah, S., & Putra, Y. M., (2020). The Effect of Level of
Education, Accounting Knowledge, and Utilization Of Information Technology
Toward Quality The Quality of MSME ’ s Financial Reports. The 1st Annual
Conference Economics, Business, and Social Sciences, 1(3).
https://doi.org/10.4108/eai.3-2-2020.163573.
Herliansyah,
Y., Nugroho, L., Ardilla, D., & Putra, Y. M., (2020). The Determinants of
Micro, Small and Medium Entrepreneur (MSME) Become Customer of Islamic Banks
(Religion, Religiosity, and Location of Islamic Banks ). The 1st Annual
Conference Economics, Business, and Social Sciences (ACEBISS)
2019, 1, (2). https://doi.org/10.4108/eai.26-3-2019.2290775.
Putra,
Y. M., (2017). Pengelolaan Piutang Perusahaan. Modul Kuliah Manajemen
Keuangan. FEB-Universitas Mercu Buana: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar