Design Thinking dan Tahapannya
Design thinking adalah pendekatan
untuk mencari masalah. Hal ini menuntut tingkat empati dan pemahaman yang
tinggi terhadap pengguna akhir, dan proses berulang mengembangkan ide-ide baru,
menantang asumsi, dan mendefinisikan kembali masalah, dengan tujuan
mengidentifikasi solusi alternatif yang mungkin tidak selalu terlihat. aat ini
pendekatan design thinking lebih menjawab kebutuhan market, karena sebuah
produk memerlukan iterasi dalam mencapai produk yang terbaik. Sedangkan user
memerlukan kualitas produk yang lebih baik dan solusi yang sudah ada saat ini.
Design
thinking merupakan upaya dari sebuah produk untuk memahami kebutuhan pengguna
lebih mendalam, dan kemudian menciptakan sebuah ide yang dikumpulkan dari
data-data serta masukan dari pengguna, kemudian mencoba untuk membuatkan
prototipe untuk dilakukan pengujian kembali pada pengguna.
Dalam
design thinking ada 5 tahap yang harus dilalui, yaitu:
1. Empathise
Tahap
pertama dari proses Design Thinking adalah untuk mendapatkan pemahaman empatik
tentang masalah yang dicoba untuk diselesaikan. Dengan mengamati
permasalahan yang ada di masyarakat akan menemukan produk yang akan menjadi
kebutuhan masyarakat. Metode ini adalah metode terukur, di mana ide bisnis yang
dicari dapat diperoleh melalui riset dan persentase yang dilakukan untuk
memastikan jenis bisnis dan produk yang banyak diterima pasar. Riset bisnis ini
bisa dilakukan dengan bantuan teknologi digital. Misalnya dengan mencari kata
kunci melalui Google Trend untuk mengetahui tren bisnis pada suatu lokasi
melalui persentase dan angka pencarian informasi tertinggi.
Perlunya
mengidentifikasi masalah dari sudut pandang pelanggan, perlu mencari tahu
masalah yang sebenarnya terjadi, melakukan wawancara langsung dengan audiens.
Dengan melakukan pengamatan dan keterlibatan langsung dengan audiens, maka akan
mendapatkan data sesuai kenyataan yang ada. Selain itu kita juga akan mendapat
pemahaman pribadi yang lebih mendalam tentang permasalahan yang ingin kamu
pecahkan, Setelah itu kita juga dapat menemukan solusi yang tepat. Kunci
menemukan suatu permasalahan yang ada di masyarakat adalah dengan melihat apa
yang dibutuhkan oleh banyak orang tapi belum ada yang memberikan solusinya.
2. Define
Setelah
mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan dan dibutuhkan oleh user, maka
akan masuk ke tahap berikutnya, yaitu define. Data yang sudah terkumpul
kemudian dianalisis untuk pengembangan ide produk yang akan di buat nantinya.
Pengembangan ide ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalah yang kamu
dapatkan dari user, baik secara langsung maupun tidak. Hal ini dapat dilakukan
dengan membuat daftar kebutuhan user. Kamu sudah harus menetapkan
permasalah apa saja yang akan kamu pecahkan dan cari solusinya lewat rancangan
produkmu. Daftar permasalahan yang sudah ditetapkan ini kemudian akan
dilanjutkan pada tahap ideate yang akan kami bahas di poin
berikutnya.Tahap define akan membantu tim dalam memahami permasalahan secara
lebih mudah dan memikirkan ide-ide sebagai solusi atas permasalahan tersebut.
Ide-ide hebat dapat berupa fungsi-fungsi, fitur-fitur baru dalam aplikasi atau
bentuk yang benar-benar experimental yang sebelumnya belum ada dan elemen lain
yang akan memungkinkan mereka untuk Memecahkan dan
menyelesaikan masalah dengan mencari solusi dengan efektif dan
efisien.
Beberapa
hal yang bisa di lakukan pada tahap define adalah :
a. Berkolaborasi untuk
memecahkan masalah-masalah yang kompleks,
b. Berpikir
Kreatif
c. Lakukan
berulang - ulang tahapan-tahapan yang dikerjakan untuk improvisasi dan
menghasilkan solusi terbaik.
d. Lakukan
hal – hal diuar kebiasaan sehingga mendapatkan experience yang berbeda,
budayakan kepada tim kita untuk suka bereksperimen.
3.
Ideate
Tahap ketiga dari proses Design
Thinking, desainer siap untuk mulai menghasilkan ide. Kita telah tumbuh untuk
memahami pengguna dan kebutuhan mereka di tahap Empathize, dan kita telah
menganalisis dan mensistesis pengamatan Anda di tahap Define, dan berakhir
dengan pernyataan masalah yang berpusat pada manusia. Dengan latar belakang
yang kuat, kita dan anggota tim dapat mulai berpikir Out of The Box, untuk mengidentifikasi solusi baru
untuk pernyataan masalah yang dibuat, dan kita dapat mulai mencari cara
alternatif untuk melihat masalah.
Di sinilah saatnya kamu untuk menguji
ide-ide yang sudah kamu dapatkan sebelumnya. Apakah ide kamu sudah cukup baik
untuk memecahkan masalah atau belum. lakukan tahap evaluasi bersama rekan tim.
Semakin banyak penilaian, maka semakin banyak pula kemungkinan baru.
4.
Prototype
Tahap design
thinking yang berikutnya adalah pembuatan prototype. Ide yang sudah
dievaluasi kemudian diimplementasikan ke dalam sebuah produk percobaan. Ini
adalah fase eksperimental, dan tujuannya adalah untuk mengidentifikasi solusi
terbaik untuk setiap masalah yang diidentifikasi selama tiga tahap pertama.
Solusi diimplementasikan dalam prototype, dan satu per satu, mereka
diselidiki dan diterima, diperbaiki dan diperiksa ulang, dan ditolak
berdasarkan pengalaman pengguna. Walaupun masih uji coba, tapi akan lebih baik
kalau produknya dibuat semirip mungkin dengan rancangan dasar. Gunanya untuk
membuat ilustrasi skenario penggunaan produk oleh pengguna. .
Pada
akhir tahap ini, tim desain akan memiliki gagasan yang lebih baik tentang
kendala yang melekat pada produk dan masalah yang ada, dan memiliki pandangan
yang lebih jelas tentang bagaimana pengguna yang sebenarnya akan berperilaku,
berpikir, dan rasakan ketika berinteraksi dengan bagian akhir produk.
5.
Test
Desainer
menguji produk lengkap secara ketat menggunakan solusi terbaik yang
diidentifikasi selama fase prototyping. Dilakukannya pengujian dan
evaluasi terhadap produk kepada masyarakat dan hasilnya akan dilakukan
perubahan dan penyempurnaan untuk menyingkirkan solusi masalah dan mendapatkan
pemahaman yang mendalam tentang produk dan penggunanya.
Dari
produk prototipe yang sudah kamu buat, maka selanjutnya yang harus kamu lakukan
adalah membuat percobaan langsung dengan pengguna. Ini adalah tahap akhir
dari design thinking, tetapi dalam proses berulang, hasil yang dihasilkan
selama fase testing sering digunakan untuk mendefinikan kembali satu
atau lebih masalah dan menginformasi pemahaman pengguna, kondisi penggunaan,
bagaimana orang berpikir, berperilaku, dan merasakan, dan berempati. Bahkan
selama fase ini, perubahan dan penyempurnaan dilakukan untuk menyingkirkan
solusi masalah dan memperoleh pemahaman sedalam mungkin terhadap produk dan
penggunanya. Misal ternyata hasilnya masih ada yang kurang, maka akan dilakukan
perubahan dan penyempurnaan untuk pada akhirnya berhasil menyingkirkan masalah
yang menjadi fokus utama pembuatan produk ini. Kalau sudah begini, user pun
akan loyal untuk menggunakan produkmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar