Nabila Maula, Armeta Milasari, Amelia
@J10, @J23, @J24
@Proyek-J05
Abstrak
Komunikasi kepemimpinan merupakan salah
satu topik yang menarik untuk dibahas keterkaitannya dengan komunikasi organisasi.
Seorang pemimpin organisasi harus memiliki gaya komunikasi kepemimpinan yang
tepat agar bisa membawa organisasinya mencapai tujuannya.
A.
Pendahuluan
1.
Latar
belakang
Komunikasi merupakan salah satu faktor
yang penting dalam menjalankan proses administrasi dan interaksi antar elemen
pada suatu organisasi atau lembaga,baik internal maupun eksternal. Tanpa adanya
jalinan komunikasi yang baik dan benar besar kemungkinan
semua proses di dalam organisasi/lembaga tersebut tidak akan
dapat berjalan dengan maksimal dan sesuai dengan yang telah
direncanakan. .Kemampuan komunikasi yang baik akan sangat membantu semua proses
yang ada dalam suatu organisasi/lembaga.
Agar dapat menjalankan kepemimpinannya,
seoorang pimpinan setidaknya harus memiliki kompetensi dasar, yakni
1) mengdiagnosis, 2) mengadaptasi, dan 3) mengkomunikasikan.
Kemampuan diagnosis merupakan kemampuan kognitif yang dapat memahami
stuasi saat sekarang dan apa yang di harapkan pada masa yang akan datang.
Kompetensi mengadaptasi adalah kemampuan seseorang menyesuaikan prilakunya
dengan lingkungannya. Sedangkan kompetensi mengkomunikasikan terkait dengan
kemampuan seseorang dalam menyampaikan pesan-pesannya agar dapat dipahami orang
lain dengan baik dan jelas.
Terkait dengan kepemimpinan maka komunikasi yang baik sangatlah penting
dimiliki oleh seorang pemimpin karena berkaitan dengan tugasnya
untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, mendorong anggota untuk
melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta
mencapai efektifitas dalam kepemimpinan, perencanaan, pengendalian, koordinasi,
latihan ,manejemen konflik serta proses-proses organisasi lainnya. Lalu
bagaimana mungkin komunikasi bisa berjalan dengan baik jika seorang pemimpin
tidak memberikan kenyamanan, malahan yang ada adalah ketakutan bagi bawahannya
dalam menyampaikan informasi kepadanya.
Untuk menjawab masalah diatas maka penulis akan membahas beberapa aspek antara
lan tentang peran komunikasi dalam kepemimpinan. Pembahasan ini akan mencakup
beberapa aspek antara lain Bagaiman konsep kepemimpinan yang baik
?, Apa saja fungsi komunikasi kepemimpinan ?, Apa hambatan hambatan yang
terjadi dalam komunikasi kepemimpinan dan Apa urgensi komunikasi organisasi
bagi pemimpin?.
Konsep Komunikasi
Kepemimpinan
Pengertian komunikasi atau communication
berasal dari bahasa latin communis atau dalam bahasa inggrisnya common berarti
sama. Apabila kita berkomunikasi berarti kita dalam keadaan berusaha untuk
menimbulkan suatu persamaan dalam hal sikap dengan seseorang. Jadi
pengertian komunikasi secara harfiah adalah proses menghubungi atau mengadakan
perhubungan.
Ahli komunikasi
mengatakan bahwa “communication is the process of sending and reciving symbols
with attach meaning”. Artinya bahwa komunikasi sebagian
kegiatan penyampaian informasi dan pengertian dengan menggunakan tanda-tanda
yang sama. Communication is the evoking of a shered or common meaning in
another person. (Nelson & Quick, 2006 :
250). Komunikasi adalah untuk membangkitkan pengertian bersama kepada
orang lain.
Demikian juga Jennifer
M. George (2006 : 437) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah membagi informasi
antara dua orang atau lebih atau kelompok untuk mencapai pemahaman
bersama, (Comunication the shering of information between two or
more individuals or group to reach a common understanding).
Bermkomunikasi merupakan suatu kebutuhan
hidup manusia. Dengan berkomunikasi manusia akan dapat berhubungan
antara satu dengan yang lain, sehingga kehidupan manusia akan bermakna.
Disisi lain ada sejumlah kebutuhan dalam diri manusia itu hanya dapat dipenuhi
melalau komunikasi dengan sesama. Makin banyak manusia itu melakukan
aktivitas komunikasi antara satu dengan yang lainnya, akan semakin banyak
informasi yang didapatnya dan semakin besar peluang keberhasilan seseorang itu
dalam kehidupannya.
Dalam komunikasi diperlukan sedikitnya
tiga unsur yaitu sumber (source), berita atau pesan (message), dan sasaran
(destination). Sumber dapat berupa individu atau organisasi komunikasi. Berita
atau pesan dapat berupa tulisan, gelombang suara atau komunikasi arus listrik,
lambaian tangan, bendera berkibar, atau benda lain yangmempunyai arti. Sasaran
dapat berupa seorang pendengar, penonton, pembaca,anggota dari kelompok
diskusi, mahasiswa, dan lain-lain.
Komunikasi organisasi dapat
didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit
komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Komunikasi
organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan,
memelihara, dan mengubah organisasi. Struktur organisasi cenderung mempengaruhi
komunikasi, dengan demikian komunikasi dari bawahan kepada pimpinan sangat
berbeda dengan komunikasi antar sesamanya
Di dalam sebuah organisasi pemimpin adalah
sebagai komunikator. Pemimpin yang efektif pada umumnya memiliki
kemampuan komunikasi yang efektif, sehingga sedikit banyak akan mampu
merangsang partisipasi orang-orang yang dipimpinnya. Dia juga harus piawai
dalam melakukan komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal.
Komunikasi verbal yang baik dapat dilakukan dengan menggunakan tutur kata yang
ramah, sopan,dan lembut. Komunikasi non verbal dapat dilakukan dengan
mengkomunikasikan konsep-konsep yang abstrak misalnya kebenaran, keadilan, etika,
dan agama secara non verbal misal menggunakan bahasa tubuh.
Fungsi Komunikasi
Kepemimpinan
Dalam suatu organisasi baik yang
berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam organisasi atau lembaga
tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:
1.
Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu
sistem pemrosesan informasi (information-processing system). Maksudnya, seluruh
anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih
banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap
anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti,
informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan
kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen
membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna
mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan
(bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan
kesehatan, izin cuti dan sebagainya.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan
peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga
atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini,
yaitu:
§ Atasan atau
orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki
kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Disamping itu
mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah,
sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis
atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan
sebagaimana semestinya.
§ Berkaitan dengan pesan
atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja.
Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan
yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi,
kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang
diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk
mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang
dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih
besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan
kewenangannya.
4.
Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan
saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan
dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam
organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi;
juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa
istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata.
Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang
lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
Bagaimana
perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka melaksanakan tindak
berbagi informasi dan gagasan. Untuk itu kita perlu memahami style atau
gaya seseorang ketika ia berkomunikasi. Gaya komunikasi (communication style)
didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi
yang digunakan dalam suatu situasi tertentu (a specialized set of
interpersonal behaviors that are used in a given situation). Masing-masing
gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk
mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu
pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung
pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver).
Gaya
Komunikasi Kepemimpinan
Gaya komunikasi
mengendalikan (dalam bahasa Inggris: The Controlling Style)
ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan
mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang
menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau
one-way communications. Gaya komunikasi ini dapat dibagi atas beberapa bagian
antara lain :
1.
The Controlling style
Gaya komunikasi yang
bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud
untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang
lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan
nama komunikator satu arah atau one-way communications.
Pesan-pesan yag
berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar
dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa
yang dilakukannya. The controlling style of communication ini
sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara
efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya
komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif
sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif
pula.
2.
The Equalitarian style
Aspek penting gaya
komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of
communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal
secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of
communication).
Dalam gaya komunikasi ini, tindak
komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat
mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan
informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota
organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.
Orang-orang yang
menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang
memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang
baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan
kerja. The equalitarian styleini akan memudahkan tindak
komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan
kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu
permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang
menjamin berlangsungnya tindakan share/berbagi informasi di antara para anggota
dalam suatu organisasi.
3.
The Structuring Style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini,
memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna
memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan
serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi
perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi
informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang
berlaku dalam organisasi tersebut.
Stogdill dan Coons
dari The Bureau of Business Research of Ohio State University,
menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama
Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons
menjelaskan bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah
orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan
tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4.
The Dynamic Style
Gaya komunikasi yang
dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender
memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan
(action-oriented). The dynamic style of communication ini
sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para
wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang
agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja
dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif
digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun
dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup
untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
5.
The Relinguishing Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan
kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada
keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai
hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini
akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan
orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia
untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
6.
The Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini
digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari
orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena
ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh
orang-orang tersebut.
Dalam deskripsi yang
kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin
dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia
mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu
keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena
itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.
Gambaran umum yang
diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa the equalitarian style of
communication merupakan gaya komunikasi yang ideal. Sementara
tiga gaya komunikasi lainnya: structuring, dynamic dan relinguishing dapat
digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi
organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir: controlling dan withdrawalmempunyai
kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi yang bermanfaat.
Hambatan Dalam
Komunikasi Kepemimpinan
Pada sebuah proses komunikasi yang
terjadi terkadang kita juga akan mengalami banyak hambatan dalam berkomunikasi.
Beberapa Hambatan Komunikasi adalah :
1. Hambatan sematik
Komunikasi yg
disebabkan oleh fakor bahasa yg digunakan oleh para pelaku komunikasi.
2. Hambatan mekanik.
Komunikasi yang
disebabkan oleh factor elektrik, mesin atau media lainnya.
3. Hambatan antropologis
Hambatan yg
disebabkan oleh perbedaan pada diri manusia.
4. Hambatan psikologis
Hambatan yg
disebabkan oleh factor kejiwaan .
Menurut Leonard R.S. dan George
Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel sebagaimana yang dikutip
oleh Herujito (2001), ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif,
yaitu :
1.
Mendengar, biasanya kita mendengar apa yang ingin
kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak
semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah
yang ingin kita dengar.
2.
Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa
yang kita ketahui.
3.
Menilai sumber. Kita cenderung menilai
siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan informasi
tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.
4.
Persepsi yang berbeda. Komunikasi tidak
akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan si
penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara
pengirim dan penerima pesan.
5.
Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda. Kita sering
mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita. Seseorang
menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang
menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam
atau satu jam kemudian.
6.
Sinyal nonverbal yang tidak konsisten. Gerak-gerik kita
ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan
aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi
porses komunikasi yang berlangsung.
7.
Pengaruh emosi. Pada keadaan marah,
seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita atau informasi
yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.
Urgensi Komunikasi
Bagi Pemimpin
Permasalahan bisa terjadi akibat
kita salah mengkomunikasikan pesan kepada komunikan. Kadang hal ini terlupakan,
padahal, manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan
orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi.
Dalam berkomunikasi sering kali kita
menjumpai banyak perbedaan. Perbedaan gaya berkomunikasi seringkali menjadi
suatu permasalahan. Perdebadaan tersebut seringkali memicu fenomena
etnosentrisme. Sehingga tak heran seringkali konflik diantara suku dibangsa ini
disebabkan adanya salah menginterpretasikan perkataan ataupun maksud dari
ucapan seseorang atau kelompok tertentu.
Selain itu juga dalam kehidupan
sehari-hari, komunikasi yang baik sangat penting untuk berinteraksi antar
individu maupun antar masyarakat agar terjadi keserasian dan dapat mencegah
konflik. Di sisi lain, komunikasi juga dibutuhkan oleh setiap Negara untuk
saling berhubungan dengan Negara lain (hubungan bilateral).
Komunikasi dengan kepemimpinan sangat
erat hubungannya. Seorang pemimpin harus memiliki wawasan yang luas, jujur,
bertanggung jawab , berani dalam mengambil keputusan, dan ia juga harus
mempunyai keahlian berkomunikasi yang sangat baik. Karena komunikasi dapat
menentukan berhasil atau tidaknya seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya.
Setiap pemimpin pasti memiliki bawahannya dimana bawahannya tersebut akan
mengeluarkan gagasan/ide yang akan dipaparkan. Sehingga seorang pemimpin
tersebut dapat mengambil keputusan berdasarkan gagasan/ide tersebut.
Kepemimpinan yang berhasil mempengaruhi
orang lain sangat ditentukan oleh keterampilan dan kemampuan menjalankan fungi
komunikasi secara baik karenanya komunikasi yang baik dan menjadi efektif akan
ditentukan pula oleh kepercayaan dan keyakinan seorang pemimpin dalam memimpin
untuk mempengaruhi bawahan. Keyakinan dan kepercayaan hanya dapat terbentuk apabila
pemimpin menyadari suatu lingkungan yang harmonis antara pimpinan dengan para
bawahannya yang dapat benar-benar berkomunikasi dengan baik yang sejalan dengan
makna fungsi komunikasi.
Dalam sebuah organisasi setiap orang
yang terlibat di dalamnya ketika melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, baik
selaku pimpinan maupun para staf , agar semua pekerjaan dapat terlaksana dengan
lancar dan harmonis untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati dan
ditetapkan, maka unsur kerjasama harus senantiasa tercipta dengan baik. Dengan
terjadinya proses kerjasama maka unsur komunikasi pun dengan sendirinya akan
tercipta, karena apa pun bentuk instruksi, informasi dari pimpinan , masukan,
laporan dari bawahan ke pimpinan, antara sesama bawahan senantiasa dilakukan melalui
proses komunikasi.
Peran pimpinan dalam
peningkatan komunikasi pada sebuah organisasi membutuhkan tiga hal: Pertama, pemimpin
dan semua anggotanya harus memiliki kemampuan yang tepat dan mengerti
komunikasi yang baik. Komunikasi bukanlah proses yang indah dan banyak orang
membutuhkan pengertian yang mendalam mengenai issue komunikasi.
Kedua, komunikasi organisasi yang efektif membutuhkan iklim atau
budaya yang mendukung komunikasi yang efektif. Lebih spesifik iklim ini akan
membutuhkan kejujuran, keterbukaan, praktik komunikasi yang baik dan tanggung
jawab untuk membuat komunikasi lebih efektif. Ketiga, komunikasi
yang efektif membutuhkan perhatian. Hal ini bukanlah sesuatu yang langsung
terjadi tetapi dikembangkan sebagai hasil usaha staf dan jajaran manajemen.
KISAH PENGUSAHA YANG MEMANFAATKAN
TEKNOLOGI
1 Achmad Zaky (CEO Bukalapak.com)
Pria kelahiran Sragen Jawa Tengah ini memang sejak duduk
dibangku sekolah dasar menyukai dunia IT. Ketekunannya dalam dunia Teknologi
pun dia seriusi dengan melanjutkan studinya di Jurusa Teknik Informatika di
ITB, bahkan di semester pertama dia mendapatkan IPK 4,00. Selain prestasi
akademis, pria kelahiran 24 Agustus 1986 ini juga aktif di organisasi, dia
bahkan menjadi salah satu pencetus lahirnya Global Student Think-Tank di ITB.
Zaky juga mendirikan Entrepreneur Club ITB yang kemudian dikenal dengan
Technoentrepreneur Club (TEC ITB). Ia pun aktif di Amateur Radio Club (ARC)
ITB.
Karena keaktifannya dalam bidang organisasi, Zaky pernah
ditawarkan mengerjakan software
quickcount pemilu dengan nilai 1,5 juta untuk sebuah stasiun
televisi nasional. Setelah lulus dari ITB, ia mendirikan perusahaan jasa
konsultasi teknologi bernama Suitmedia. Tak hanya itu Zaky juga pernah mencoba
peruntungan dalam bisnis kuliner mie ayam namun bangkrut. Hingga dia trauma
untuk membuka usaha lagi.
Namun rasa trauma Zaky pupus ketika dia memiliki keinginan untuk
membuat sesuatu yang lebih bermanfaat bagi banyak orang. Ia ingin memajukan
dunia UKM lewat dunia maya bidang keahliannya. Ia pun membuat code base
Bukalapak.com dalam waktu dua bulan. Namun sayang saat ia memasarkan kepada
para pedagang di mall responnya hanya sedikit. Respon bagus justru berasal dari
pedagang kecil yang meminta bantuan agar barang dagangannya bisa laku. Sejak saat
itu Zaky pun memfokuskan diri untuk menjualkan barang dagangan para UMKM secara
online.
Dan kini perkembangan Bukalapak pun sangat pesat, lebih dari
10.000 pedagang yang bergabung di Bukalapak sehingga mengundang para investor
untuk menanamkan modalnya di Bukalapak seperti 500 Startups, Gree venBatavia
Incubator, IMJ Investment, dan juga Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTEK Group.
Dan kini Pendiri CEO Bukalapak ini masuk ke dalam tiga Teknopreneur berpengaruh
di Asia.
Kesimpulan
Komunikasi dalam sebuah kepemimpinan
merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam mencapai
keberhasilan tujuan yang akan diraih oleh suatu organisasi. Oleh karena itu
seorang pemimpin hendaklah piawai dalam berkomunikasi baik itu verbal maupun
non verbal. Komunikasi yang baik akan akan mampu meningkatkan motivasi,
sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan hal ini akan
mampu meningkatkan kinerja serta control kerja juga akan terlaksana dengan
baik.
Di dalam sebuah organisasi pemimpin
adalah sebagai komunikator. Pemimpin yang efektif pada umumnya
memiliki kemampuan komunikasi yang efektif, sehingga sedikit banyak
akan mampu merangsang partisipasi orang-orang yang dipimpinnya. Dalam suatu
organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam
organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi antara lain
fungsi informative, Regulatif,Integratif dan Persuasive . Proses komunikasi ini
akan mengalami banyak hambatan. Beberapa Hambatan Komunikasi dapat berupa
Hambatan Sematik, Hambatan Mekanik, Hambatan antropologis dan Hambatan
psikologis.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka
pemimpin harus meningkatkan kemampuan komunikasi yang efektif yang mencakup
pemahaman komunikasi yang baik, iklim budaya pendukung organisasi, dan perhatian
yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-kepemimpinan
http://zuraida-syahla.blogspot.co.id/2013/04/kunci-sukses-dalam-kepemimpinan.html
https://www.academia.edu/12131276/Gaya_Kepemimpinan_dan_Komunikasi_Dalam_Organisasi
http://zuraida-syahla.blogspot.co.id/2013/04/kunci-sukses-dalam-kepemimpinan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar