Oleh: Lutfi Bayhaqi @L18-Lutfi
Fauzie Fathiyakan @L19-Fauzi
M. Abi Haykal @L25-Abi
ABSTRAK
Alhamdulillah, Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat
kesehatan, iman dan ilmu pengetahuan sehingga penulis bisa menyiapkan
tugas yang sederhana ini. Shalawat beriring salam kita paparkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang membawa umatnya keluar dari alam
kegelapan sampai ke alam yang terang berderang yang kita rasakan sekarang
ini.
Makalah sederhana ini merupakan tugas akademik Mahasiswa, sebagai
syarat sekaligus ilmu untuk mahasiswa, penulis bersyukur kepada Allah SWT, yang
memberikan pengetahuan dan berterimah kasih kepada Ayah/Ibu, Dosen Muhajir
Ramli serta sahabat seperjuangan yang telah bersama-sama mengerjakan tugas
ini, dorongan semangat serta do’anya Hanya Allah SWT yang dapat membalaskan
segala kebaikan yang dikongsikan bersama.
Akhir kata, penulis berharap mudah-mudahan makalah ini bisa berguna dan
menjadi tambahan ilmu bagi pembaca.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam kehidupan organisasi, gaya
kepemimpinan seorang pemimpin adalah hal yang penting diperhatikan.
Kepemimpinan dalam sebuah organisasi dituntut untuk bisa membuat
individu-individu dalam organisasi yang dipimpinnya bisa berperilaku sesuai
dengan yang diinginkan oleh pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi. Maka
dari itu seorang pemimpin haruslah bisa memahami perilaku individu-individu di
dalam organisasi yang dipimpinnya untuk bisa menemukan gaya kepemimpinan yang tepat
bagi organisasinya.
Upaya membangun keefektifan pemimpin
terletak semata pada pembekalan dimensi keterampilan teknis dan keterampilan
konseptual. Adapun keterampilan personal menjadi terpinggirkan. Padahal
sejatinya efektifitas kegiatan manajerial dan pengaruhnya pada kinerja
organisasi, sangat bergantung pada kepekaan pimpinan untuk menggunakan
keterampilan personalnya. Keterampilan personal tersebut meliputi kemampuan
untuk memahami perilaku individu dan perilaku kelompok dalam kontribusinya
membentuk dinamika organisasi, kemampuan melakukan modifikasi perilaku,
kemampuan memahami dan memberi motivasi, kemampuan memahami proses persepsi dan
pembentukan komunikasi yang efektif, kemampuan memahami relasi antar konsep
kepemimpinan-kekuasaan-politik dalam organisasi, kemampuan memahami genealogi
konflik dan negosiasinya, serta kemampuan mengkonstruksikan budaya organisasi
yang ideal.
1.2 RUMUSAN MASALAH
- Apa itu komunikasi dan
bagaimana pola dalam komunikasi ?
- Bagaimana proses dan fungsi
komunikasi dalam organisasi ?
- Bagaimana kepemimpinan, fungsi,
cirri, tipe dan gaya dalam organisasi ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi Komunikasi
Komunikasi
berasal dari bahasa latinCommunicatio dari induk kata Communisyang
berarti sama, sama di sini maksudnya adalah sama makna. Artinya, menyamakan ide
atau symbol-simbol menjadi satu makna dengan orang lain.
Menurut Charles Colley komunikasi adalah mekanisme yang
menyebabkan adanya hubungan antar manusia dan yang memperkembangkan semua
lambang pikiran, bersama-sama dengan sarana untuk menyiarkannya dalam ruang dan
merekamnya dalam waktu. Ini mencakup wajah, sikap dan gerak-gerik, suara,
kata-kata tertulis, percetakan, kereta api, telegrap, telepon, dan apa saja
yang merupakan penemuan mutakhir untuk menguasai ruang dan waktu.[1]
- Pola Komunikasi Organisasi
Secara umum pola komunikasi dapat dibedakan menjadi :
a. Saluran komunikasi formal
Komunikasi formal merupakan komunikasi yang cenderung
birokratis dan ketat, sehingga pengambilan keputusan menjadi lamban.Pesan
mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi
atau oleh fungsi pekerjaan.[2]
Kaitannya
dengan proses penyampaian informasi, terdapat beberapa bentuk,
diantaranya:
1)
Komunikasi dari atas ke bawah
Komunikasi ke bawah yaitu suatu penyampaian informasi baik
lisan maupun tulisan, secara langsung maupun tak langsung, berupa
perintah atau penjelasan umum dari atasan kepada bawahannya. Hal ini senada
dengan apa yang disampaikan Robbin yang menjelaskan sebagai berikut: Komunikasi
yang berlangsung dari tingkat tertentu dalam satu kelompok atau organisasi ke
tingkat yang lebih rendah.[3]
Menurut Onong U Effendy pelaksanaan komunikasi ke
bawah, informasi ini dapat berupa:mengadakan rapat, memasang
pengumuman, menerbitkan majalah intern, dan pemberian pujian.
Menurut Katz dan Kahn dalam kajian teori kelompok 3,
komunikasi ke bawah mempunyai lima tujuan pokok[4] yaitu:
a)
Memberikan
pengarahan atau instruksi kerja tertentu.
b) Memberikan informasi mengapa suatu
pekerjaan harus dilaksanakan.
c)
Meberikan
informasi tentang prosedur dan praktik organisasional.
d) Memberikan umpan balik pelaksanaan
kerja kepada para anggota.
e)
Menyajikan
informasi mengenai aspek ideology dalam membantu organisasi menanamkan
pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.
Factor yang mempengaruhi komunikasi ke bawah[5] antara
lain:
a) Keterbukaan
Kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan karyawan akan
menyebabkan pembelokan atau tidak mau menyampaikan pesan dan gangguan dalam
pesan, umumnya para pemimpin tidak begitu memperhatikan arus komunikasi ke
bawah. Pimpinan mau memberikan informasi ke bawah bila mereka merasa bahwa
pesan itu penting bagi penyelesaian tugas, tetapi apabila suatu pesan tidak
relevan dengan tugas pesan tersebut tetap dipegangnya.
b) Kepercayaan pada tulisan pesan
Kebanyakan para pemimpin lebih percaya pada pesan tulisan
dan metode defuse yang menggunakan alat-alat elektronik dari pada pesan yang
disampaikan secara lisan dengan tatap muka.
c) Pesan yang berlebihan
Karena banyaknya pesan-pesan dikirimkan secara tertulis maka karyawan dibebani
dengan memo-memo, bulletin, surat-surat pengumuman, majalah dan pernyataan kebijaksanaan,
sehingga banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh karyawan. Reaksi
karywan terhadap pesan tersebut biasanya cenderung untuk tidak membacanya.
d)
Timing (waktu pengiriman pesan)
Waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah
pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan dan
dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan. Pesan seharusnya dikirimkan
kebawah pada saat saling menguntungkan kepada kedua belah pihak yaitu pimpinan
dan karyawan tetapi bila pesan yang dikirimkan tersebut tidak pada saat
dibutuhkan oleh karyawan maka mungkin akan mempengaruhi kepada efektivitasnya.[6]
e)
Penyaringan pesan
Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan tidaklah semuanya
diterima mereka, tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan. Penyaringan
pesan dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor diantaranya, perbedaan
persepsi diantara karyawan, jumlah mata rantai dalam jaringan komunkasi dan
perasaan kurang percaya kepada supervisor.
2. Komunikasi dari bawah ke atas
Komunikasi ke atas yaitu suatu penyampaian
informasi yang mengalir atau berasal dari bawahan kepada
pimpinan/atasan. Prinsip-prinsip komunikasi ke atas menurut Planty dan
Mchaver adalah sebagai berikut[7], Harus direncanakan, berlangsung
terus menerus, menggunakan saluran yang rutin, menekan kesensitifan dan
penerimaan ide-ide yang menyenangkan dari level yang lebih rendah, pendengaran
yang objektiv, pengambilan tindakan berespon terhadap masalah dan menggunakan
berbagai macam media untuk memajukan informasi.
3.
Komunikasi horizontal
Komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki
posisi sejajar/sederajat dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal
antara lain[8] mengkoordinasikan tugas-tugas,
saling membagi informasi untuk perencanaan aktivitas, memecahkan masalah yang
timbul diantara orang-orang yang berada pada tingkatan yang sama, menyelesaikan
konflik, menjamin pemahaman yang sama, dan menegmbangkan sokongan interpersonal. Komunikasi
horizontal sering diperlukan untuk menghemat waktu dan memudahkan koordinasi.
4.
Komunikasi diagonal
Komunikasi antara dua tingkat organisasi yang berbeda.
Komunikasi diagonal memiliki beberapa keuntungan, diantaranya yaitu:
a)
Penyebaran
informasi bisa menjadi lebih cepat ketimbang bentuk komunikasi tradisional.
b) Memungkinkan individu dari berbagai
bagian atau departemen ikut membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi.
Dan kelemahannya dapat mengganggu komunikasi yang rutin yang
sudah berjalan sebelumnya.
b.
Saluran komunikasi informal
Komunikasi informal cenderung luwes/fleksibel dan tidak
ketat, berkomunikasi dengan lainnya tanpa memperhatikan posisi mereka dalam
organisasi, maka pengarahan sifat arus informasi pribadi.Jaringan ini biasa di
sebut desas-desus (grapevine).Jaringan juga dapat digunakan oleh para manajer
untuk memonitor para anggotanya dalam melakukan tugasnya.
2. Proses Komunikasi
Menurut Bovee dan Thill dalam kajian teori kelompok 3 proses
komunikasi terdiri dari enam tahap, yaitu:
a)
Pengirim
mempunyai suatu ide atau gagasan
b) Pengirim merubah ide menjadi suatu
pesan
c)
Pengirim
menyampaikan pesan
d) Penerima menerima pesan
e)
Penerima
menafsirkan pesan
f)
Penerima
memberi tanggapan dan umpan balik ke pengirim
3. Munculnya kesalahpahaman komunikasi
a.
Masalah
dalam mengembangkan pesan
Munculnya keragu-raguan tentang isi pesan, kurang tebiasa
dengan situasi yang ada atau masih asing dengan audiens, adanya pertentangan
emosional, atau kesulitan dalam mengekspresikan ide atau gagasan.[9]
b.
Masalah dalam menyampaikan pesan
munculnya masalah penyampaian pesan dari pengirim ke
penerima, dan masalah yang paling jelas adalah faktor sarana fisik untuk
komunikasi.
c.
Masalah dalam menerima pesan
Munculnya persaingan antara penglihatan dan suara, kursi
yang tidak nyaman, lampu kurang terang dan kondisi lain yang mengganggu
konsentrasi audiensi.
d.
Masalah dalam menafsirkan pesan
Karena perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran dan
perbedaan reaksi emosional
1.
Komunikasi Personal
Komunikasi personal merupakan proses penyampaian pikiran
yang bersifat pribadi. Komunikasi personal diklasifikasikan menjadi:
a)
Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi dengan diri sendiri, Jadi seseorang berdialog
dengan dirinya sendiri..
Proses komunikasi intrapersonal:
1. Persepsi, proses di mana seseorang mulai
mengenal sesuatu.
2. Ideasi, proses pembentukan ide-ide atau
citra-citra hasil proses persepsi tadi.
3. Transmisi, Proses pengiriman atau penyebaran
sesuatu dari tempat yang satu ke tempat yang lain.
b)
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi antara seseorang dengan orang lain yang juga
seorang diri secara pribadi.
2.
Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung
antara seseorang dengan sejumlah orang yang banyaknya lebih dari dua orang di
suatu tempat tertentu.Ada kelompok besar da nada kelompok kecil.Besar kecilnya
kelompok komunikan ditinjau dari intensitas komunikasi yang berlangsung.
- Komunikasi kelompok kecil
Kelompok komunikan yang dalam situasi komunikasi terdapat
kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal.Ada beberapa bentuk
komunikasi kelompok kecil dalam proses dan mekanismenya, yaitu:Diskusi panel,
Forum, Simposium, Seminar, dan Brainstorming.
- Komunikasi kelompok besar
Komunikasi dengan sekelompok komunikan yang oleh karena
jumlahnya yang besar, situasi komunikasinya tidak memungkinkan terjadinya umpan
balik verbal.
4. Fungsi Komunikasi dalam
Kelompok/Organisasi
- Fungsi informative
Organisasi dipandang sebagai suatu sistem proses informasi.
Maksudnya,seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh
informasi yang lebih banyak, lebih baik,dan lebih tepat.
- Fungsi regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan
yang berlaku dalam suatu organisasi.
- Fungsi persuasive
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan
tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan
ini, maka banyak pimpinan lebih suka memersuasi bawahanya dari pada memberi
perintah.
- Fungsi integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang
memungkinkan anggota dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan baik.
B.
Kepemimpinan
Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan suatu
kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktural maupun fungsional.
Banyak muncul pengertian-pengertian mengenai pemimpin dan kepemimpinan, antara
lain :
Pemimpin adalah figur sentral yang mempersatukan kelompok
(1942), Sedangkan kepemimpinan adalah suatu kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh
hasil yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar,
kepemimpinan merupakan kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.
- Ciri
Kepemimpinan
Dr. W.A. Gerungan dalam kajian teori kelompok 3 disebutkan
telah mengetengahkan cirri-ciri pemimpin sekurang-kurangnya harus memiliki tiga
cirri yaitu:
- Persepsi
Sosial (social perception)
adalah kecakapan dalam melihat dan memahami perasaan, sikap
dan kebutuhan anggota-anggota kelompok.
- Kemampuan
Berpikir Abstrak (Ability in abstract thinking)
Kemampuan berabstraksi yang sebenarnya merupakan salah satu
segi dari struktur intelegensi, ketajaman persepsi dan kemampuan menganalisis
didampingi oeh kemampuan berabstraksi dan mengintegrasikan fakta-fakta
interaksi sosial di dalam dan di luar kelompok.
- Keseimbangan
Emosional (emotional stability)
Diri seorang pemimpin harus terdapat suatu kematangan
emosional yang berdasarkan kesadaran yang mendalam akan kebutuhan-kebutuhan,
keinginan-keinginan, cita-cita, dan alam perasaan, serta pengintegrasian
kesemuanya itu ke dalam suatu kepribadian yang harmonis.
- Fungsi
Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinana yang dipaparkan dalam kajian teori
kelompok 3 antara lain sebagai eksekutif, penengah, penganjur, ahli dan
sebagai pemimpin diskusi.
a.
Pemimpin Eksekutif (excutive
leader).
Fungsinya adalah ”menerjemahkan” kebijaksanaan menjadi suatu
kegiatan. Dia memimpin dan mengawasi tingkah laku orang-orang yang menjadi
bawahannya.
b.
Pemimpin sebagai penengah
pemimpin bertindak sebagai penengah, yang setiap
keputusannya dilaksanakan dengan taat.
c.
Pemimpin sebagai penganjur
Penganjur adalah sejenis pemimnpin yang memberi inspirasi
kepada orang lain. Seringkali ia merupakan orang yang pandai bergaul dan fasih
berkomunikasi.
d.
Pemimpin sebagai ahli
Lebih terpelajar dari pada orang-orang
lainnya.Kepemimpinannya hanya berdasar fakta, dan hanya pada bidang dimana
terdapat fakta.Bahwa fungsinya yang penting ialah memberi penerangan
kepada kelompoknya.[11]
Alasan utama bagi eksistensinya ialah, bahwa “ia tahu dan orang lain tidak
tahu” dan ia mempunyai wewenang.[12]
e.
Pemimpin Diskusi
Kriteria kepemimpinan demokratis ialah orang yang menerima
peranannya sebagai pemimpin diskusi.
- Tipe Kepemimpinan
1. Otokratik
Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin
yang otokratik antara lain[13]: menuntut
ketaatan penuh dari para bawahannya, dalam menegakkan disiplin menunjukkan
keakuannya, bernada keras dalam pemberian perintah atau
instruksidan menggunakan pendekatan punitif dalam hal terjadinya
penyimpangan oleh bawahan.
2. Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya
terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional[14]. satu ciri
utama masuarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh
para anggiota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.Pemimpin
seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya
tiokoh-toko adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap
kebersamaan.
Kharismatik.
Karakteristiknya yang khas yaitu daya
tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya
kadang-kadang sangat besar[15]. Tegasnya
seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak
pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara
konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
- Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan
berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari
orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan
organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus
ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.Karakteristik
dan gaya kepemimpinan tipe ini adalah [16]: pendelegasian wewenang terjadi
secara ekstensif, pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat
pimpinan yang lebih rendah dan kepada petugas operasional, kecuali dalam
hal-hal tertentu yang nyata-nyata menuntut keterlibatannya langsung, Status quo
organisasional tidak terganggu, penumbuhan dan pengembangan kemampuan
berpikir dan bertindah yang inovatif diserahkan kepada para anggota organisasi
yang bersangkutan sendiri, dan sepanjang dan selama para anggota organisasi
menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalam
organisasi berada pada tingkat yang minimum.
- Demokratik
kepemimpinan berdasarkan demokrasi
yang pelaksanaannya disebut pemimpin partisipasi (partisipative leadership).
Kepemimpinan partisipasi adalah suatu cara pemimpin yang kekuatannya terletak
pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok. Bentuk kepemimpinan ini
menempatkan manusia sebagai factor utama dan terpenting. Setiap orang akan
dihargai dan dihormati sebagai manusia yang memiliki kemampuan, kemauan,
pikiran, minat, perhatian dan pendapat yang berbeda antarsatu dengan yang
lainnya. Oleh karena itu setiap orang harus dimanfaatkan dengan
mengikutsertakannya dalam semua kegiatan organisasi. Keikutsertaan itu
disesuaikan dengan posisinya yang masing-masing memiliki wewenang dan
tanggung jawab bagi tercapaianya tujuan bersama.
Ciri pemimpin demokratik[17]
:
a.
Pemimpin
yang demokratik biasanya memandang perananny selaku kordinator dan integrator
dari berbagai unsure dan komponen organisasi.
b. Menyadari bahwa mau tidak mau
organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas
aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa, tidak harus dilakukan demi
tercapainya tujuan.
c. Melihat kecenderungan adanya
pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya.
d. Memperlakukan manusia dengan cara
yang manusiawi dan menjunjung harkat dan martabat manusia.
e. Seorang pemimpin demokratik disegani
bukan ditakuti.
4.Gaya
Kepemimpinan
Menurut Ludlow dan Panton dalam kajian teori kelompok 7, terdapat empat gaya kepemimpinan
yang dapat diterapkan dalam situasi dan kondisi yang juga berbeda, antara lain;
pengarahan (directing), pembekalan (coaching), dukungan (supporting), dan
pendelegasian (delegating).
- Pengarahan
Harus mampu menjelaskan sejelas mungkin dan rinci tentang
apa yang harus dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan, dan kapan pekerjaan
tersebut harus dapat diselesaikan.
- Pembekalan
perlu juga memberikan penjelasan seperlunya terhadap tugas
dan pekerjaan yang belum dipahami dengan baik oleh para anggota.
- Dukungan
lebih banyak terlibat dalam berbagai keputusan kerja dan
memperoleh berbagai masukan atau saran-saran dari para anggota yang sangat
berharga bagi peningkatan prestasi kerja.
- Pendelegasian
Walau sudah ada perwakilan/pendelegasian, juga harus tetap
melakukan pemantauan (monitoring) atas kinerja para anggotanya, untuk
memastikan bahwa mereka tetap berada pada jalur sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
Studi
kepemimpinan Universitas Michigan yang dipelopori oleh Gibson dan Ivancevich
mengidentifikasikan dua bentuk perilaku pemimpin yaitu[18] :
a.
Gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (The Job Centered).
Dalam gaya kepemimpinan ini, seorang manajer akan
mengarahkan dan mengawasi bawahannya agar sesuai dengan yang diharapkan
manajer. Manajer yang mempunyai gaya kepemimpinan ini lebih mengutamakan
keberhasilan dari pekerjaan yang hendak dicapai daripada perkembangan kemampuan
bawahannya.
b.
Gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan (The Employee Centered).
Manajer yang mempunyai gaya kepemimpinan ini berusaha
mendorong dan memotivasi pekerjaannya untuk bekerja dengan baik. Mereka
mengikutsertakan pekerjaannya dalam mengambil suatu keputusan.
B. Peranan Pemimpin dalam Komunikasi
1.
Pemimpin sebagai komunikator
Seorang pemimpin dalam kegiatannya sebagai komunikator ialah
adanya faktor daya tarik komunikator dan faktor kepercayaan pada komunikator.
2. Pemimpin sebagai negotiator
Pemimpin bertindak bukan saja sebagai komunikator tetapi
seklaigus sebagai komunikan. Dalam situasi seperti itu ia menyampaikan pesan
persuasinya tetapi pada saat itu pula ia pada gilirannya menerima pesan
persuasi dari lawannya, apakah lawannya itu sendirian ataupun lebih dari satu
orang.
3. Pemimpin
sebagai monitor
Pemimpin mengobservasi dan meneliti gejala-gejala yang
muncul di masyarakat yang mungkin menimbulkan pengaruh pada dirinya, pada
kelompok, atau organisasi yang diwakilinya.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Komunikasi berasal dari bahasa latin communication dari
induk kata communis yang berarti sama, Sama disini maksudnya adalah sama makna
artinya menyamakan idea tau symbol-simbol menjadi satu makna dengan orang lain
Pola
komunikasi organisasi ada 2 yaitu:
- Komunikasi
formal
- Komunikasi
informal
Proses Komunikasi
Menurut Bovee dan Thill dalam kajian teori kelompok 3 proses
komunikasi terdiri dari enam tahap, yaitu:
- Pengirim mempunyai suatu ide
atau gagasan
- Pengirim merubah ide menjadi
suatu pesan
c.
Pengirim
menyampaikan pesan
d. Penerima menerima pesan
e.
Penerima
menafsirkan pesan
f.
Penerima
memberi tanggapan dan umpan balik ke pengirim
Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan suatu
kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktural maupun fungsional.
Banyak muncul pengertian-pengertian mengenai pemimpin dan kepemimpinan, antara
lain :
Pemimpin adalah figur sentral yang mempersatukan kelompok
(1942), Sedangkan kepemimpinan adalah suatu kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh
hasil yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar,
kepemimpinan merupakan kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.
Tipe kepemimpinan ada 4yaitu:
1. Otokratik
2. Paternalistik
3. Lises fairez
4. Demokratik
Gaya
kepemimpinan ada 4 yaitu:
1. Pengarahan
2. Pembekalan
3. Dukungan
4. Pendelegasian
Peranan
pemimpin dalam komunikasi:
1. Pemimpin sebagai komunikator
2.
Pemimpin sebagai negotiator
3.
Pemimpin sebagai monitor
B. SARAN
Kami menyadari bahwa tidak ada hal yang
sempurna. Isi makalah ini masih perlu memperoleh saran dan kritikan dari siapa
saja yang telah membaca dan memakainya. Saran dan kritik anda akan menjadikan
makalah ini semakin sempurna.
DAFTAR
PUSTAKA
Onong
Uchjono, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju), 1992.
Drs. Arni
Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara), cet 12,
2011.
Stephen P.
Robbins, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, (Jakarta: Elrangga),
2002.
Djoko
Purwanto, Komunikasi Bisnis, Erlangga, ed III, 2006, Jakarta.
Ronald B.
Adler & Jaanne Marquardt Elmhorst, Communicating at Work, (Boston:
Mc.Graw Hill), 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar