Keberadaan perseroan dahulu dikenal dengan perusahaan pengolah hasil hutan yang terintegrasi, dan hal ini perseroan Industri memperoleh pengakuan di kehutanan dan juga perkayuan yang secara meluas pada era ‘80an. Dikutip dari “Barito Pacifik” Bahwa sekitar tahun 1993, Perseroan mencatat sahamnya dipasar modal di Jakarta dan Surabaya (dimana kedua pasar modal ini telah bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia). Ketika adanya peningkatan pada penjualan saham akhirnya Barito Pasific memperluas bisnis industrinya pada bidang kehutanan dan menjaga kelestarian dan kelangsungan pasokan bahan baku bagi pabrik pengolahan kayu Perseroan. Dahulu nama Barito Pacifik adalah PT Bumi Raya Pura Mas Kalimantan namun mulai beroperasi pada tahun 1983. Dikutip dari “PT.Barito Pacifik Tbk” BRPT bahwa pada awalnya merupakan perusahaan kayu dan merupakan salah satu pelopor HTI (Hutan Tanaman Industri) berdomisili di Jelapat Banjarmasin, sekarang memiliki pusat Kantor Barito Pacific yang berada di Wisma Barito Pacifik Tower B, 8th floor , Jl Letjen S Parman Kav 62-63 Jakarta. Dikutip dari “britama.com” jika PT Barito Pacifik ini kegiatan utamanya adalah pengelolaan Perhutanan dan Penebangan Real Estat Kilang Minyak yang memproduksi kayu dan juga petrokimia. Serta pada saat itu pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih pada PT Barito Pacifik Tbk, yaitu antara lain Ltd.(pengendali)(52,13%) dan DBS Bank Ltd S/A Trident Co (S) Pte Ltd (7,88%). Dengan adanya kemajuan kemajuan pada perusahaan Barito Pasific ini membuat Barito Pasific akhirnya memiliki anak usaha yang diberi nama dengan Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diolah, salah satu saham unggulan berkapitalisasi besar (bluechips) masuk dalam jajaran top gainer adalah PT Barito Pacific Tbk (BRPT). Pemegang saham yang memiliki 5 persen atau lebih saham Barito Pacific Tbk, antara lain Magna Resources Corporation Pte. Ltd. (pengendali) (52,13 persen) dan DBS Bank Ltd S/A Trident Co (S) Pte Ltd (7,88 persen) dikutip dari “Beritasatu.com”. Sebelumnya sempat terjadi ketidakkondusifan pada industry kehutanan yang ada di Indonesia ini sekitar akhir tahun 1990an, belum lagi dengan adanya krisis keuangan yang juga melanda keuangan Asia, yang sempat membuat Barito Pacifik menutup dua pabrik pengolahan kayu pada kurun waktu 2004 hingga 2007. Tapi meskipun demikian Barito Pacifik tetap mengekspor plywood, particle board dan blockboard yang diproduksi di tiga pabrik Perseroan di Kalimantan Tengah dan Maluku Utara. Pada tahun 2007 Chandra Asri sempat menjadikan Perseroan sebagai pemegang saham yang mayoritas pengendalinya dengan andil yang cukup besar sekitar 70% yang merupakan satu-satunya produsen olefien di Indonesia dan merupakan tonggak dalam sejarah yang sangat penting bagi Barito Pacifik. Berawal dari sebuah perencanaan dan persiapan yang matang, akhirnya Barito Pacifik melakukan sebuah transformasi dengan adanya perubahan nama perusahaan, identitas, dan warna dari PT Barito Pacific Timber Tbk menjadi PT Barito Pacific Tbk. Perseroan memutuskan untuk tidak lagi menggunakan kata "Timber" agar merefleksikan diversifikasi lini usaha Barito saat ini dan juga pertumbuhannya pada masa depan. Selain itu Barito Pacifik memperluas bidang usahanya dalam bidang kehutanan, petrokimia, property, perkebunan, dan selanjutnya akan mengembangkan kembali sejumlah link usaha tambang dan energy ke dalam sebuah sumber daya yang terdiversifikasi dan terintegrasi dikutip dari dikutip dari “Barito Pacifik Wikipedia Indonesia”
SUMBER DATA http://www.beritasatu.com/pasar-modal/388435-saham-barito-pacific-melonjak-83-di-awal-sesi.html http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/3897-pendiri-grup-barito-pacific https://www.emis.com/php/company-profile/ID/Pt_Barito_Pacific_Tbk_id_1610287.html http://www.britama.com/index.php/2012/10/sejarah-dan-profil-singkat-brpt/ https://id.wikipedia.org/wiki/Barito_Pacific
Tidak ada komentar:
Posting Komentar