Disusun Oleh:
Inan Hanifah
44223010135
Program Studi Public Relations, Universitas Mercu Buana
Abstrak
Tahap Define dalam proses desain berpihak pada pengguna bertujuan untuk merumuskan pernyataan masalah (problem statement) yang mendasari solusi yang relevan dan inovatif. Artikel ini membahas pentingnya menyusun problem statementyang berorientasi pada pengguna dengan menggunakan pendekatan human-centered design. Dengan menyoroti langkah-langkah kunci dalam pengembangannya, seperti analisis kebutuhan pengguna, empati, dan pemetaan wawasan, artikel ini memberikan panduan praktis untuk menghasilkan problem statementyang efektif. Studi kasus dan contoh konkret juga disertakan untuk memberikan gambaran nyata penerapan metode ini.
Kata Kunci: Problem Statement, Pengguna, Tahap Define, Human-Centered Design, Desain Berpihak Pengguna, Empati, Pemecahan Masalah
Pendahuluan
Dalam proses desain yang berpusat pada pengguna, tahap Define memegang peranan penting dalam memastikan solusi yang dirancang benar-benar menjawab kebutuhan pengguna. Tahap ini merupakan jembatan antara eksplorasi masalah dan pengembangan ide. Salah satu keluaran utama dari tahap ini adalah problem statementyang terstruktur dengan baik dan berorientasi pada pengguna. Problem statement yang efektif tidak hanya merangkum inti masalah, tetapi juga memandu tim dalam menciptakan solusi yang relevan dan berdampak.
Namun, menyusun problem statement yang berorientasi pada pengguna bukanlah tugas yang sederhana. Dibutuhkan pendekatan yang sistematis, pemahaman mendalam tentang pengguna, serta kemampuan untuk menyaring data yang relevan dari hasil penelitian. Artikel ini bertujuan untuk memberikan panduan praktis dalam mengembangkan problem statement yang berorientasi pada pengguna dengan pendekatan yang terstruktur.
Permasalahan
Meskipun tahap Definesering kali dianggap sebagai langkah strategis dalam desain, banyak tim desain menghadapi kesulitan dalam menyusun problem statementyang berorientasi pada pengguna. Tantangan yang umum meliputi:
1. Ketidakmampuan memahami kebutuhan dan motivasi pengguna secara mendalam.
2. Kesulitan menyaring informasi yang relevan dari hasil penelitian.
3. Kecenderungan merumuskan masalah dari sudut pandang organisasi, bukan pengguna.
4. Kurangnya alat dan teknik yang efektif untuk membantu proses perumusan masalah.
Tantangan-tantangan ini dapat menyebabkan solusi yang dihasilkan kurang relevan atau bahkan tidak menyelesaikan inti masalah yang dihadapi pengguna. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan pendekatan yang lebih terstruktur dan berpihak pada pengguna dalam menyusun problem statement.
Pembahasan
1. Pentingnya Problem Statement Berorientasi pada Pengguna
Problem statement berorientasi pada pengguna adalah formulasi masalah yang menempatkan kebutuhan, tujuan, dan hambatan pengguna sebagai fokus utama. Hal ini penting karena:
- Membantu tim desain tetap fokus pada permasalahan inti.
- Memastikan solusi yang dikembangkan relevan dan sesuai dengan kebutuhan pengguna.
- Mempermudah komunikasi lintas tim dengan memberikan pemahaman yang sama tentang masalah yang dihadapi.
2. Pendekatan untuk Mengembangkan Problem Statement
a. Memahami Pengguna melalui Empati
Empati adalah inti dari pendekatan desain yang berpusat pada pengguna. Melalui wawancara, observasi, dan studi lapangan, desainer dapat memahami kebutuhan, motivasi, dan tantangan yang dihadapi pengguna. Data ini menjadi dasar untuk merumuskan problem statement yang tepat.
b. Mengorganisasi Data dengan Alat Visualisasi
Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah mengorganisasi dan memvisualisasikan informasi. Teknik seperti affinity diagram atau empathy map dapat membantu tim mengidentifikasi pola dan wawasan penting dari data pengguna.
c. Menyusun Problem Statement
Berikut adalah kerangka kerja untuk menyusun *problem statement yang efektif:
1. Siapa: Identifikasi siapa pengguna utama.
2. Apa: Jelaskan masalah utama yang mereka hadapi.
3. Mengapa: Sebutkan alasan di balik pentingnya masalah tersebut.
4. Tujuan: Nyatakan apa yang diharapkan pengguna sebagai hasil.
Contoh:
"Pengguna kami, mahasiswa tingkat akhir, menghadapi kesulitan dalam mengelola waktu untuk menyelesaikan tugas akhir mereka karena kurangnya alat manajemen waktu yang sederhana. Solusi yang diharapkan adalah alat yang intuitif untuk membantu mereka mengatur jadwal dengan lebih efektif."
d. Melibatkan Pemangku Kepentingan
Melibatkan tim lintas fungsi seperti pengembang, pemasar, dan pemangku kepentingan lainnya dapat memberikan perspektif tambahan yang memperkaya problem statement.
3. Studi Kasus: Pengembangan Problem Statement dalam Proyek Aplikasi Pendidikan
Dalam sebuah proyek pengembangan aplikasi pendidikan, tim desain menghadapi tantangan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran daring. Berdasarkan wawancara dan observasi, ditemukan bahwa siswa merasa kurang termotivasi karena kurangnya elemen interaktif dalam platform pembelajaran.
Berdasarkan analisis, problem statement yang dirumuskan adalah:
"Siswa sekolah menengah merasa bosan dengan metode pembelajaran daring saat ini karena kurangnya elemen interaktif yang menarik. Mereka membutuhkan platform yang menghadirkan pembelajaran lebih menarik melalui gamifikasi dan interaksi waktu nyata."
Hasilnya, tim berhasil mengembangkan solusi berbasis gamifikasi yang meningkatkan partisipasi siswa hingga 40% dalam waktu enam bulan.
Kesimpulan
Tahap Define adalah elemen krusial dalam proses desain yang berpusat pada pengguna. Menyusun problem statementyang berorientasi pada pengguna memungkinkan tim untuk fokus pada kebutuhan dan harapan pengguna, yang pada akhirnya meningkatkan relevansi dan efektivitas solusi yang dihasilkan. Dengan menggunakan pendekatan berbasis empati, alat visualisasi, dan kolaborasi lintas fungsi, tim desain dapat merumuskan problem statement yang kuat dan berbasis wawasan.
Saran
1. Perkuat Penelitian Pengguna: Lakukan penelitian mendalam untuk memahami kebutuhan dan tantangan pengguna.
2. Gunakan Alat yang Tepat: Manfaatkan alat seperti empathy map dan affinity diagram untuk mempermudah analisis data.
3. Libatkan Tim Lintas Fungsi: Ajak pemangku kepentingan lain untuk memberikan perspektif yang beragam.
4. Evaluasi dan Iterasi: Selalu tinjau ulang problem statementseiring dengan perkembangan proyek untuk memastikan relevansinya.
Daftar Pustaka
Brown, T. (2009). Change by Design: How Design Thinking Creates New Alternatives for Business and Society. Harper Business.
Kelley, T., & Kelley, D. (2013). Creative Confidence: Unleashing the Creative Potential Within Us All. Crown Business.
Stickdorn, M., & Schneider, J. (2011). This is Service Design Thinking. BIS Publishers.
Norman, D. A. (2013). The Design of Everyday Things: Revised and Expanded Edition. Basic Books.
Osterwalder, A., & Pigneur, Y. (2010). Business Model Generation: A Handbook for Visionaries, Game Changers, and Challengers. Wiley.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar