Oleh:
Diva Addy Reza Baihaqi (41522010182)
Fakultas Ilmu Komputer Program Studi Teknik Informatika, Universitas Mercu Buana
Abstrak
Dalam dunia kewirausahaan, empati
merupakan salah satu kunci dalam menciptakan inovasi dan solusi yang relevan
bagi pelanggan. Empati membuat wirausahawan lebih memahami kebutuhan, keinginan,
dan masalah pelanggan mereka. Salah satu cara untuk membangun empati adalah
dengan melakukan observasi dan keterlibatan langsung dengan pelanggan. Artikel
ini membahas bagaimana empati dapat dimasukkan ke dalam pengembangan bisnis
yang berfokus pada solusi dengan melihat teori para ahli kewirausahaan seperti
Peter Drucker dan Steve Blank serta praktik observasi seperti design thinking.
Diharapkan pembahasan ini akan memberikan wawasan bagi wirausahawan yang
bergantung pada intuisi serta pemahaman mendalam melalui observasi dan
keterlibatan langsung.
Kata Kunci: Kewirausahaan, Empati, Observasi
Pendahuluan
Di zaman sekarang, kewirausahaan
tidak hanya bergantung pada kemampuan teknologi atau inovasi produk. Kemampuan
untuk memahami secara menyeluruh kebutuhan dan kesulitan pelanggan adalah
komponen penting dalam mencapai kesuksesan dalam dunia bisnis. Menurut pakar
manajemen terkenal Peter Drucker (1985), "tujuan utama sebuah bisnis
adalah menciptakan pelanggan." Wirausahawan harus memahami siapa pelanggan
mereka dan apa yang mereka butuhkan untuk menciptakan pelanggan. Oleh karena
itu, empati menjadi salah satu komponen penting dalam pengembangan bisnis.
Sangat penting untuk membuat produk usaha sepert barang atau jasa/layanan yang
benar-benar dapat memenuhi kebutuhan pelanggan hal ini bias di dapat dengan
rasa empati, yaitu kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain.
Namun, wirausahawan harus melihat dan berinteraksi dengan pelanggan secara
langsung untuk mengembangkan empati tersebut. Pengusaha harus "keluar dari
gedung" dan terjun langsung ke lapangan untuk melihat dan berinteraksi
dengan target pasar mereka, menurut ahli kewirausahaan Steve Blank (2013).
Dalam artikel ini, kami akan membahas bagaimana keterlibatan dan observasi
dapat membantu wirausahawan mengembangkan rasa empati yang lebih mendalam dan
bagaimana hal ini dapat berkontribusi pada kesuksesan perusahaan mereka.
Permasalahan
Banyak
pengusaha membuat usaha barang atau jasa/layanan tanpa memahami apa yang dibutuhkan
pelanggan saat ini. Hal ini biasanya disebabkan oleh kurangnya interaksi
langsung dengan target pasar dan kurangnya perhatian terhadap masalah yang
dihadapi oleh pelanggan. Menurut Tim Brown (2009), CEO IDEO dan pencipta metode
design thinking, pengembangan produk yang berfokus pada solusi seringkali gagal
karena wirausahawan bergantung pada asumsi mereka sendiri daripada memahami
masalah pelanggan secara menyeluruh. Selain itu, banyak wirausahawan percaya
bahwa empati hanya dapat dibangun melalui data atau survei. Meskipun
teknik-teknik ini membantu, mereka tidak dapat menggantikan observasi langsung
dan keterlibatan aktif yang lebih kontekstual dan mendalam. Ini menjadi kendala
utama dalam mengembangkan inovasi yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Pembahasan
Kemampuan untuk merasakan dan
memahami emosi orang lain disebut empati, menurut Daniel Goleman (1995),
seorang ahli psikologi yang terkenal dengan teori kecerdasan emosional. Namun,
kemampuan ini tidak dapat dipahami sepenuhnya hanya dengan data abstrak atau
kata-kata. Observasi langsung di lapangan sangat penting untuk benar-benar
memahami perasaan dan kebutuhan orang lain, khususnya pelanggan. Dengan
melakukan observasi langsung, wirausahawan dapat melihat lebih dalam perilaku
pelanggan, memahami reaksi emosional mereka terhadap situasi tertentu, dan
mengatasi masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Ini berbeda
dengan pendekatan pengumpulan data tradisional seperti survei atau wawancara
formal, yang sering kali hanya membahas aspek teknis. Misalnya, observasi
digunakan dalam design thinking untuk menemukan masalah tersembunyi yang
pelanggan tidak selalu dapat ungkapkan secara jelas. Wirausahawan dapat
memahami elemen penting dalam kehidupan pelanggan yang memengaruhi keputusan
mereka dengan melihat perilaku nyata dan lingkungan mereka.
Menurut teori kerja yang harus
dilakukan Clayton Christensen (1997), wirausahawan harus mengetahui apa yang
pelanggan ingin capai dalam kehidupan sehari-hari mereka untuk memahami
bagaimana produk atau layanan dapat benar-benar bermanfaat. Observasi langsung
memungkinkan wirausahawan untuk melihat apa yang dilakukan pelanggan mereka dan
apa yang mereka butuhkan, bahkan jika pelanggan tidak jelas mengatakan apa yang
mereka butuhkan. Wirausahawan dapat menemukan kebutuhan tersembunyi dan peluang
inovasi yang tidak terlihat dengan melihat bagaimana pelanggan menggunakan
produk atau mengatasi masalah tertentu. Akibatnya, observasi adalah alat yang
sangat penting untuk membangun empati. Dengan memahami pelanggan dalam konteks
nyata, wirausahawan dapat melihat dengan lebih jelas tantangan yang dihadapi,
kondisi emosional mereka, dan bagaimana solusi yang mereka tawarkan bisa
menjadi lebih relevan dan tepat sasaran.
Setelah observasi, keterlibatan
langsung dengan pelanggan adalah langkah lanjutan yang sangat penting. Menurut
buku Steve Blank (2013) The Four Steps to the Epiphany, kurangnya keterlibatan
langsung dengan pelanggan adalah salah satu kesalahan terbesar yang sering
dilakukan oleh wirausahawan. Banyak wirausahawan cenderung hanya menggunakan
data atau asumsi mereka sendiri untuk memahami pasar, tetapi interaksi langsung
adalah cara terbaik untuk benar-benar mengetahui apa yang dibutuhkan dan
dirasakan pelanggan. Blank menekankan bahwa wirausahawan harus "keluar
dari gedung" dan berbicara dengan pelanggan secara langsung, mendengarkan
kisah mereka, memahami kesulitan yang mereka hadapi, dan melihat langsung
bagaimana mereka menggunakan produk atau layanan yang mereka miliki saat ini.
Wirausahawan tidak hanya memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang fakta,
tetapi mereka juga memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang perasaan
pelanggan secara emosional. Keterlibatan langsung menciptakan ikatan yang lebih
kuat antara wirausahawan dan pasar mereka, yang memungkinkan mereka untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan dengan cara yang lebih tepat, unik, dan relevan.
Pelanggan merasa didengar dan diperhatikan dengan keterlibatan ini. Pada
akhirnya, ini menumbuhkan loyalitas dan meningkatkan kepercayaan terhadap
bisnis. Selain itu, umpan balik yang lebih cepat dan akurat diberikan oleh
keterlibatan langsung, yang sangat bermanfaat selama proses pengembangan dan
penyempurnaan barang atau jasa.
Tim Brown (2009), CEO IDEO dan
pelopor konsep pikir berpusat pada manusia, mengatakan bahwa empati adalah
kualitas yang sangat baik bagi wirausahawan dan merupakan dasar dari inovasi
yang berpusat pada manusia. Menurut Brown, ketika wirausahawan dapat memahami
secara mendalam kebutuhan, masalah, dan keinginan pelanggan mereka melalui
empati, mereka dapat membuat produk atau layanan yang tidak hanya fungsional
tetapi juga memiliki nilai emosional. Brown juga menekankan pentingnya iterasi
dalam proses inovasi. Wirausahawan harus terus-menerus melakukan perbaikan dan
penyesuaian setelah melakukan observasi dan keterlibatan langsung. Iterasi ini
membantu wirausahawan memastikan bahwa produk mereka tepat saat ini dan
responsif terhadap perubahan kebutuhan dan harapan pelanggan di masa depan.
Melakukan proses ini memungkinkan pengusaha untuk tetap relevan dan kompetitif
di pasar yang selalu berubah. Oleh karena itu, empati tidak hanya membantu
bisnis memahami pelanggan, tetapi juga merupakan cara yang berkelanjutan untuk
memastikan bisnis terus berkembang dan berubah untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Dalam keseluruhan proses bisnis, wirausahawan dapat menggunakan integrasi
empati untuk membuat keputusan yang lebih baik dan lebih manusiawi. Ini menjadi
kekuatan utama yang mengarahkan wirausahawan untuk selalu menempatkan pelanggan
di depan segala inovasi mereka, apakah itu dalam desain produk, pengembangan
layanan, pemasaran, atau pengelolaan hubungan pelanggan. Empati yang
diintegrasikan dengan baik ke dalam proses bisnis juga membantu meningkatkan
kualitas hubungan pelanggan.
Kesimpulan
Hal yang dapat disimpulkan dalam kajian ini terdapat dua komponen penting dalam
membangun empati yang efektif dalam kewirausahaan adalah observasi dan
keterlibatan langsung. Observasi memungkinkan wirausahawan memahami perilaku
dan kebutuhan pelanggan dalam situasi nyata, sementara keterlibatan langsung
memungkinkan mereka untuk memahami emosi dan kesulitan yang dihadapi oleh
pelanggan. Kedua proses ini dapat membantu wirausahawan membuat inovasi yang
lebih relevan yang menyelesaikan masalah pelanggan dan memenuhi kebutuhan
emosional mereka. Dalam proses bisnis, mengabaikan empati dapat mengakibatkan
pemahaman yang buruk tentang pasar, sementara wirausahawan yang berfokus pada
empati akan memiliki daya saing yang lebih besar di pasar yang semakin
kompetitif.
Daftar
Pustaka
Agustini, W. A., & Cahyan, R. R. (2024).
Pengaruh Observasi Lapangan Dalam Membangun Minat Bisnis Keluarga. Digital
Bisnis: Jurnal Publikasi Ilmu Manajemen dan E-Commerce, 3(3),
49-56.
Blank,
S. (2013). The Four Steps to the Epiphany: Successful Strategies for
Products that Win. California: K&S Ranch.
Brown,
T. (2009). Change by Design: How Design Thinking Creates New Alternatives
for Business and Society. New York: HarperBusiness.
Hafid, A. (2020). Peran Kewirausahan Dalam
Mengembangkan Usaha Kecil. Jurnal Mimbar Kesejahteraan Sosial, 3(1).
Irawati, H. M., Palallungan, M., & Dau, D.
A. S. (2023). PERAN EMPATI DALAM HUBUNGAN KEPEMIMPINAN YANG SUKSES. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Paguntaka, 1(3), 76-84.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar