Dalam
hidup, tentunya akan selalu memberi kita pilihan dan kesempatan. Kita tidak
bisa memiliki semua hal, yang bisa kita lakukan adalah memilih dan berjuang
sebaik mungkin, dan tentunya untuk setiap pilihan, ada "harga" yang
harus dibayar, dan ada pengorbanan yang harus dilakukan. Terkadang yang kita
lakukan seakan sia-sia karna suatu kegagalan, tapi selama kita masih mempunyai
harapan, maka itu tidak akan sia-sia dan kita akan menuai hasilnya dengan
gembira.
Kegagalan,
pilihan yang ia buat tentunya memerlukan pengorbanan dan semangat untuk kembali
bangkit, karena dia telah memutuskan untuk fokus berwirausaha. Tentunya tak
sekedar modal nekat, Jody memang mempunyai bakat usaha sejak lulus SMA dengan
mencoba berbagai macam usaha, mulai dari bisnis parsel, susu segar, roti bakar,
hingga kaos partai. Tak selalu mulus memang, terkadang pil pahit berupa
kerugian memang tak bisa dia hindari, namun dengan kegigihan yang ia
pertahankan, ia akhirnya dapat membuktikan bahwa perjuangannya tidak sia-sia
dan pilihan yang ia putuskan akhirnya berbuah manis.
Bermodalkan
penjualan motor satu-satunya yang ia miliki, ia mencoba membuka usaha Waroeng
Steak & Shake. Modal 8 juta rupiah yang digunakan olehnya pada tahun 2000
lalu menghasilkan usaha Waroeng Steak & Shake dengan dua karyawan. Meski
hanya dengan dua karyawan, dirinya dan istrinya, yang mengelola Waroeng Steak
& Shake tersebut, namun dengan doa dan kerja keras,Waroeng Steak &
Shake (WS) ini mampu berkembang pesat hingga saat ini, tepatnya tahun 2014 ini.
Saat ini pula, pemilik WS ini sudah memiliki 1300 karyawan yang mengelola usaha
kuliner tersebut. WS terkenal karna harganya yang sangat terjangkau, sesuai
targetnya yaitu mahasiswa dan pelajar. Hanya dengan merogoh kocek Rp 8.000
hingga Rp 13.000, aneka macam steak di WS ini dapat dinikmati dengan cita rasa
yang tak kalah enak dengan steak yang ada di hotel berbintang.
Jody
memilih nama Waroeng sebagai brand usaha kulinernya untuk memberi kesan murah
kepada konsumen. “Dimana-mana yang namanya steak itu kan identik dengan label
mahal, makanya saya memberi nama Waroeng untuk memberi kesan murah.” Kata Jody.
Mengingat pangsa pasarnya yang mencakup anak muda dan mahasiswa, maka warna yang
digunakannya pun dibuat ngejreng dengan kombinasi warna kuning yang dominan
dipadu warna putih dan hitam.
Tahun
pertama merupakan perjuangan bagi Jody. Dengan lima meja, sepuluh hot plate dan
tiga menu utama ( Sirloin, Tenderloin, dan Chicken Steak ) yang disediakan
Waroeng Steak, tak jarang hari-hari dilalui Jody tanpa pengunjung. Kalaupun
ada, jumlahnya bisa dihitung dengan jari, masa awal ini lebih banyak dukanya
dibandingkan sukanya, Namun usaha ini akhirnya tetap berjalan dengan modal
kerja keras.
Tahun
kedua, usahanya mulai menampakkan hasil. Pengunjungnya semakin stabil, bahkan
sampai-sampai tidak mampu melayani seluruh pengunjung. Maka ia pun mengajak
keluarganya untuk berinvestasi mengembangkan usaha ini, mulai dari ayah, ibu,
saudara, paman dan keluarga lainnya diajak berinvestasi dengan sistem bagi
hasil 50:50. Semakin hari usaha ini berkembang hingga cabang ke-7 dengan sistem
bagi hasil. Barulah pada gerai ke-8 dan seterusnya, Jody mampu mendanai sendiri
gerainya tanpa harus menerapkan pola franchise.
Tentunya
usaha WS ini akhirnya dapat berkembang, salah satunya karna kerendahan hati
Jody yang bersedia mendengar masukan dari konsumen yang membuatnya dapat
menyesuaikan produk sesuai apa yang digandrungi oleh konsumen, walaupun tentunya
harus mengalami perbaikan-perbaikan yang mungkin tidak semudah membalikan
telapak tangan. Usaha keras dan pilihan yang terbukti tidak mengecewakan,
sekarang ini Jody dapat meraup omset hingga miliran rupiah per bulan dari usaha
WS ini, tentunya juga dengan berdoa dan juga bantuan orang-orang terdekat.
Semoga kita dapat mengambil hal positif dari pengalaman owner WS ini, berdoa
dan bekerja keras dengan kerendahan hati dan memberanikan diri sesuai kapasitas
yang kita miliki. Sekalipun perjalanannya terasa berat, namun hasil yang
diperoleh boleh menjadi inspirasi untuk banyak orang.
Seperti
yang dialami oleh Bapak Jody Brotosuseno, pemilik 50 gerai outlet "Waroeng
Steak and Shake", yang gagal dalam masa kuliahnya di Jurusan Arsitektur,
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, pada semester delapan.Referensi :
1. http://inspirasisuksesmulia.blogspot.com/2013/01/kisah-pengusaha-sukses-di-bidang.html
2. http://www.digitalpromosi.com/smart/kisah-sukses/1963-kisah-jody-broto-suseno-pemilik-waroeng-steak-n-shake
3. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/06/08/08323684/Gagal.Jadi.Arsitek..Sukses.Berbisnis.Steik
4. http://unires.umy.ac.id/sukses-ala-pengusaha-waroeng-steak-shake/
5. http://id.wikipedia.org/wiki/Jody_Brotosuseno
Tidak ada komentar:
Posting Komentar