Diana Septiani (AB23-Diana)
Ada banyak sekali anak muda yang berbakat yang ada di Indonesia, anak muda
yang memiliki potensi yang bisa menggembangkan banyak hal melalui sektor
apapun, ada yang dibidang pertanian, pakaian,
mengembangkan usaha, serta membuat produk baru, serta menjadikan
Indonesia bisa bersaing di kancah Internasional. Berikut 4 anak muda Indonesia
yang sukses di bidangnya masing-masing.
Cueve – Abdul
Perusahaan Cueva didirikan oleh sembilan
orang mahasiswa dengan nama Earth Company. Mereka adalah sekelompok mahasiswa
muda berusia rata-rata 19 tahun yang menggeluti bisnis kreatif. Saat ini,
produk Cueva baru dipasarkan melalui media sosial. Produksi maksimal Cueva
adalah 24 unit per bulan, dan mereka yakin produk mereka mampu bersaing dengan
produk lainnya di pasaran.
Abdul adalah seorang mahasiswa Bisnis
Manajemen di Institut Teknologi Bandung, yang merupakan salah satu produsen
dari Cueva, sebuah speaker kayu portable. Awalnya, Abdul dan teman-temannya
ingin menciptakan sebuah produk yang dapat mengubah cara orang mendengarkan
musik dan juga menciptakan produk yang dapat menggantikan cara tradisional
orang mendengarkan musik. Mereka berusaha memikirkan produk yang inovatif,
teknologis, dan dapat diterima oleh masyarakat. Proses pembuatan Cueva memakan
waktu sekitar empat hingga lima bulan. Cueva tidak hanya terdiri dari hardware,
tetapi juga software. Mereka memiliki sebuah aplikasi bernama "Kuasa Music
Player" yang merupakan pemutar musik berdasarkan mood pengguna. Cueva
dapat berfungsi secara mandiri tanpa harus terhubung ke perangkat lain.
Desain bagian dalamnya menjadi hal yang
penting dan memiliki sistem yang unik. Cueva memiliki bentuk parabolik yang
mampu menghasilkan suara. Pembuatan Cueva dilakukan secara handmade. Dalam
waktu 3 minggu, mereka dapat menghasilkan sekitar 25 unit Cueva. Cueva tidak
membutuhkan listrik atau peralatan elektronik di dalamnya, karena sistemnya
murni menggunakan resonansi suara. Cara kerjanya adalah dengan memasukkan
handphone yang memiliki speaker ke dalam tiga lapisan songket, dan secara
otomatis akan menghasilkan suara dari speaker handphone tanpa menggunakan
bantuan alat listrik.
Bahan utama yang digunakan untuk membuat
Cueva adalah kayu pohon. Para pendiri perusahaan telah memikirkan program
bernama "One Cueva One Tree" di mana setiap pembelian Cueva akan
dihitung sebagai penanaman satu pohon.
Growbox – Anissa
Growbox adalah sebuah perusahaan yang
menyediakan layanan kreatif dalam bidang pertanian yang didirikan pada bulan
Januari 2013 oleh Annisa Wibi Ismarlanti, yang juga menjabat sebagai Chief
Marketing & Finance. Produk utama yang mereka tawarkan adalah Edible
Growing Mushroom Kit, yang memungkinkan pengguna untuk dengan mudah menumbuhkan
jamur di rumah mereka sendiri.
Growbox memiliki kemasan yang unik, seukuran
kotak tisu, dan saat ini menyediakan tujuh jenis jamur unggulan, seperti jamur
tiram kuning, putih, merah muda, biru, cokelat, dan jelly mushroom. Setiap
jenis jamur ini dapat digunakan tidak hanya sebagai makanan, tetapi juga
memiliki manfaat kesehatan, seperti jamur tiram cokelat yang dapat digunakan
untuk mengobati flu, asma, dan menurunkan tekanan darah. Jelly mushroom juga
memiliki khasiat dalam menyembuhkan luka bakar.
Harga untuk setiap jenis jamur
bervariasi, mulai dari Rp45.000 hingga Rp75.000 per boks. Growbox menyediakan
layanan pembelian online dengan pembelian minimal dua boks jamur setiap
transaksi. Meskipun pasar layanan ini terbatas, Growbox telah berhasil
menjangkau pasar yang luas, termasuk di luar Indonesia. Mereka telah memiliki sekitar
18.000 petani jamur urban yang tersebar di Singapura, Inggris, Jerman, Hong
Kong, Shanghai, Jepang, Korea Selatan, Norwegia, Italia, serta di Indonesia,
dengan mayoritas pelanggan berada di Jakarta dan Surabaya.
Growbox juga menyediakan layanan konsultasi
mengenai budidaya jamur dan produk mereka melalui saluran YouTube dalam bentuk
seri video web bernama Mycotalk. Selain itu, mereka sedang mengembangkan
aplikasi bernama Mushroom Hunter yang memungkinkan pengguna untuk menganalisis
jamur yang mereka temukan. Aplikasi ini akan membantu pengguna mengidentifikasi
jenis jamur, apakah aman untuk dikonsumsi atau termasuk dalam kategori beracun,
dan memberikan informasi mengenai cara pengolahannya.
Salah satu tantangan yang dihadapi
Growbox adalah mengubah pola pikir masyarakat yang masih menganggap pertanian
sebagai hal yang membosankan. Untuk mengatasi hal ini, mereka berencana untuk
menyelenggarakan program edukasi kreatif. Program edukasi ini juga dapat
menjadi sumber pendapatan baru bagi Growbox. Saat ini, pendapatan mereka masih
bergantung pada penjualan produk, tetapi mereka berharap dapat menjual paket
program edukasi kreatif serta hasil riset mereka tentang pengolahan limbah
media tanam jamur menjadi bahan terbarukan yang disebut Mycotech. Selain itu, mereka
juga sedang mengembangkan sektor kuliner yang diharapkan dapat diluncurkan pada
awal tahun depan.
(Gambar growbox)
Dengan tim yang berjumlah tujuh orang,
termasuk Scientist, Admin Executive, Creative Strategist, Education Program Developer,
dan Operational Ranger, Growbox masih berjalan secara bootstrap dan
masih terus mengeksplorasi berbagai macam kemungkinan yang bisa dimunculkan
dari produk agrikultur khususnya jamur di luar bidang pertanian massal
konvensional.
Tonik - Amalia
Lia, seorang pengusaha, melihat peluang
bisnis di kalangan mahasiswa di kampusnya yang sering mengikuti tren mode dan
berpenampilan fashionable. Setelah lulus kuliah, ia terus mengembangkan
bisnisnya dan memiliki usaha bernama Tonik, sebuah toko unik. Saat ini, ia
sudah memiliki beberapa gerai di Jakarta dan Surabaya. Namun, Lia tidak pernah
puas dengan pencapaian yang ada dan terus berinovasi untuk menciptakan
produk-produk baru yang unik dan tidak biasa.
Awalnya, Lia berpikir bahwa para anak
desain menyukai barang-barang yang unik dan tidak biasa. Maka, ia mulai membuat
pin bergambar dan kemudian mengembangkan bisnisnya dengan membuat gelang dan
aksesoris lainnya. Respon terhadap produk-produknya sangat positif. Tujuan Lia
dalam memulai bisnis ini adalah untuk membantu meringankan beban ekonomi
keluarganya. Modal awal yang digunakan adalah uang jajan yang terkumpul.
Lia memulai bisnisnya sejak dia masih
kuliah dengan menjual satu kotak kecil di kelas, kemudian berkembang dengan
menggunakan mobil, dan sekarang ia sudah memiliki beberapa gerai toko dan meja
tetap di Cilandak Town Square setiap minggu.
Baju Batik - Dea
Dea, seorang pengusaha sekaligus mahasiswi
Sistem Informatika di Universitas Multimedia Nusantara. Ia memulai bisnisnya
pada semester 3 dengan menjual baju batik, ia telah berhasil membangun
bisnisnya hingga memiliki puluhan pegawai dan menghasilkan pendapatan ratusan
juta rupiah per bulan. Awalnya, Dea hanya membantu ibunya menjual koleksi
batik, tetapi ketertarikannya terhadap batik berkembang hingga ia mulai
memproduksi batik dari berbagai daerah. Dea mengkreasikan batik-batik lama yang
tidak terpakai dengan motif-motif batik lainnya menjadi desain yang indah dan
memiliki nilai jual tinggi. Sebagai generasi muda yang terbiasa menggunakan
media sosial, Dea memanfaatkannya untuk memasarkan produknya, dan langkah ini
terbukti efektif. Ia terus berupaya mengembangkan bisnisnya dan melihat peluang
ini sebagai cara untuk memberikan kontribusi. Dea menggabungkan pengetahuannya
tentang batik dengan model-model yang lebih modern. Bisnisnya sekarang
mendapatkan pesanan hampir 1000 potong setiap bulannya, dengan pasar
terbesarnya adalah wanita karir dan ibu rumah tangga, dengan sekitar 60%
domisili mereka berada di Jakarta, 25% di berbagai wilayah di Indonesia, dan
10% sisanya di luar negeri.
Keren sekali bukan, anak muda Indonesia
ini yang bahkan masih kuliah bisa membuat usaha sendiri yang menguntungkan
banyak pihak, tidak hanya fokus pada pendidikan
tetapi juga bisa bekerja bahkan mendirikan sebuah company.
Daftar Pustaka
Nugrahanto, P. (2015, Mei 25). Techinasia
Berita. Retrieved Mei 10, 2023, from id.techinasia.com:
https://id.techinasia.com/growbox-cocok-tanam-jamur-urban
Hilmy, Revan Haidar,
Ratna Susana, and Febrian Hadiatna. "Rancang bangun Smart Grow Box
hidroponik untuk pertumbuhan tanaman microgreen berbasis Internet of
Things." Power Elektronik: Jurnal Orang Elektro 10.2
(2021): 41-47.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar