GROWBOX
Pada saat itu, kami patungan 500.000 per orang, tetapi kebetulan kami diundang ke sebuah acara di Singapura ketika ingin membuat prototipe, jadi kami hanya membawa 20 growbox. Kemudian orang-orang menyukainya karena mereka ingin berkebun, tapi tidak perlu melakukan sesuatu yang sulit, cukup disemprot saja.
Media tanam growbox dibuat dari serbuk kayu daur ulang, diolah menjadi serutan kayu yang lebih bernilai, dicampur dengan sekam padi, dicampur dengan kapur dan diberi bibit jamur. Jadi setelah disayat, dirawat, dan disemprot sehari 2-3 kali nanti waktu tumbuhnya sekitar 2-4 minggu.
Jadi saat ini kami sedang mendesain kotak yang bisa hand carry ukurannya 15 x 15. Misalnya, jika ada perusahaan yang ingin mengganti desain sablonnya, atau memiliki logo perusahaan, kami bisa terus bekerja sama dengan mereka. Pasar souvenir juga meningkat sekarang, jadi kami juga membuat produk yang lebih kecil untuk souvenir pernikahan. Sekarang kita tokonya ada di Bandung sama di Jakarta, di Bandung kita ada di Siete Cafe sama di Origin House and Kitchen. Kalau di Jakarta kita ada di semua store-nya the Goods Dept Store. Di luar Bandung dan Jakarta, kami mengirimkan produk yang dibeli secara online melalui situs web kami.
Jamur tiram warna kuning memiliki sifat anti-hiperglikemik dan baik untuk penderita diabetes karena kemampuannya menurunkan kadar glukosa darah. Jamur tiram biru memiliki glukosamin membantu mengatasi osteoartritis dan direkomendasikan untuk orang yang khawatir tentang nyeri sendi dan ingin meningkatkan kekebalan antibodi. Jamur tiram warna pink kaya akan antioksidan, sehingga memiliki sifat anti-kanker dan anti- tumor. Jamur tiram warna putih dapat mengurangi anemia dan tergolong salah satu dari tujuh makanan super di dunia, istilahnya jamur tiram putih, kalau di Indonesia ada empat sehat lima sempurna, itu salah satunya. Manfaat yang diatas telah dilakukan hasil riset berdasarkan jurnal dan memang tujuan kami juga ingin mengedukasi masyarakat.
CUEVA
Abdullah Fikri Ismanto, 19 tahun, masih
menempuh pendidikan di Fakultas Manajemen, Institut Teknologi Bandung, dia
adalah produsen CUEVA, yang memiliki sembilan orang pendiri. Nama
perusahaannya adalah EARTH COMPANY.
Awalnya kami ingin membuat sebuah produk
yang bisa menggantikan cara kita mendengarkan musik. Kami bersembilan ini
satu kampus yaitu di sekolah bisnis manajemen atau SBM. Kami bertukar
pikiran tentang produk seperti apa yang inovatif, berteknologi, dan dapat
diterima oleh masyarakat, dan kami menemukan ide untuk membuat speaker
pasif. Ide dari salah satu kakak teman kami namanya mas ecky, terus juga
awalnya project ini memang dari tugas mata kuliah kami yaitu IBE
(Integrative Business Experience).
Kayu itu sendiri tidak diwarnai seperti
itu, karena ada dua jenis kayu, yang aslinya berwarna lebih gelap dan
lebih terang. Kayu yang berwarna lebih terang adalah kayu Sungkai dari
Sumatera, sedangkan yang berwarna lebih gelap adalah kayu Sonokeling dari
Jawa Tengah. Malahan, yang penting dalam desain itu sendiri adalah bahwa
sistem itu unik, sehingga bentuk parabola dapat mengaplikasikan suara.
Dengan demikian, alat ini tidak menggunakan listrik, tidak memiliki
elektronik di belakangnya dan menggabungkan sistem resonansi suara.
Harga cueva sebesar Rp 780.000 dengan
harga segitu Cueva paling cocok untuk di kamar, yang berarti dibagi
menjadi beberapa jenis, seperti pelajar, orang yang sering bekerja di
kamar, atau orang yang bekerja di kantor yang memiliki desktop. Jika ada
yang tertarik untuk membeli alat ini bisa beli di official website dan ada
beberapa offline Store di Bandung dan Jakarta.
Dari awal kita pemilihan material sendiri
karena kita setuju menggunakan kayu, kita juga harus berpikir bagaimana
caranya kita bertanggung jawab pada alam akhirnya kita membuat sebuah
program namanya one cueva one tree artinya jadi setiap pembelian satu buah
cueva kita akan kalkulasikan itu menjadi penanaman satu buah pohon.
AKSESORIS
Amalia Thessen ( lulusan jurusan desain
dan komunikasi visual, Universitas Trisakti ) dan telah berkecimpung di
dunia bisnis sejak semester enam, menjalankan bisnis aksesoris. Bagi saya
bisa dibilang sangat berat membagi waktu antara kuliah sambil bisnis
karena memang pertanggungjawaban. Jadi bagaimana caranya nilai tetap baik
tapi dapat uang itu kepuasan tersendiri dan boleh dibilang memang tidur
pun pasti jadi sedikit sekali.
Awalnya, karena mahasiswa desain sangat
suka memakai barang-barang unik yang tidak ada di pasaran, tetapi dengan
tugas yang menumpuk dan waktu yang terbatas untuk berjalan-jalan, saat
itulah ia akhirnya mulai membuat barang-barang seperti PIN dengan gambar
yang disebarkan dari nol, dan responnya sangat bagus sehingga ia akhirnya
mulai membuat sepatu lukis, baju lukis, tas lukis, dan lain-lain, lalu
mengembangkannya di kampus, dan kemudian saya memutuskan bahwa saya ingin
melakukan bisnis ini untuk orang tua saya, ibunya. Ketika situasi
keuangannya mulai goyah dan ibunya berusia lebih dari 50 tahun, dia
memutuskan untuk melihat apa yang bisa dia lakukan untuk dirinya sendiri
terlebih dahulu dan menggunakan sisa uangnya untuk mendanai tugas
akhirnya.
Produk yang saya bikin pertama yaitu gelang dan kalung,
waktu itu harganya 3000 sampai Rp35.000. Modal yang saya pakai dari uang
jajan yang dikumpulkan. Dari 2006-2009 kita fokus di aksesoris tapi
setelah 2009 mulai bergerak ke baju ada baju kaos macam-macam. Gelang
dapat digunakan hingga dua tahun untuk satu produk, setelah itu tidak
dapat dibuat lagi, sehingga memberikan tampilan yang lebih eksklusif.
Mereka masih seperti kaset kosong, dari
awalnya banget mereka harus jadi tulang punggung merasakan bekerja itu
seperti apa dan berjuang itu seperti apa. Jadi memang aku memilih dari
lulusan SMP dan yang tidak melanjutkan kuliah, bahkan teman-teman yang
putus sekolah itu justru yang direkrut.
BATIK
Dea Valencia merupakan seorang pengusaha
asal Semarang yang sukses membangun bisnis bernama Batik Kultur.
Entrepreneur muda yang satu ini merupakan alumni Sistem Informasi angkatan
2009 Universitas Multimedia Nusantara. Bagi saya bisa dibilang sangat
berat membagi waktu antara kuliah sambil bisnis karena dulu saya kuliah di
Tangerang sementara saat itu pegawai saya semuanya ada di Semarang, saat
itu saya serabutan semuanya dikerjai mulai dari public relationship,
customer service, fotografer sampai jadi modelnya sendiri.
Saya mulai menjual kain, bukan pakaian,
pada tahun 2011, ketika saya masih kuliah di Tangerang, ibu saya kebetulan
mengoleksi batik Rawasan dan meminta saya untuk membantunya menjual banyak
koleksinya, tetapi saya masih ragu untuk menjualnya ke mana. Dari situ,
saya mulai belajar batik daerah mana yang bagus, batik ini dibuat tahun
berapa, langkahnya begini, dan sebagainya. Dari situ, saya mulai
memanfaatkan kain damar yang kondisinya tidak sempurna atau cacat, dan
saya mulai mengkombinasikannya dengan bahan lain.
Bisnis yang saya rintis memang berbeda
dengan jurusan saya, namun sistem tidak bisa berdiri sendiri, perlu
diterapkan pada bisnis atau usaha. Saya menjual produk saya melalui
online, jadi saya membutuhkan sistem untuk itu, karena dari awal saya
membuat semuanya mulai dari kain putih hingga pakaian. Kami memproduksi
produk kami sendiri dengan mitra dan pengrajin kami, jadi saat ini kami
memiliki hampir 1.000 produksi pertama setiap bulannya, jadi kami juga
membutuhkan sistem untuk siklus produksi yang memperjelas siapa saja yang
telah memesan produk ini, dan itu sangat membantu dalam menerapkan sistem
ini.
Banyak produsen dan pengusaha pakaian
batik yang mengetahui banyak hal tentang kain batik, namun tidak banyak
yang tahu tentang mode, dan banyak anak muda yang memiliki pengetahuan
tentang mode namun tidak tahu tentang batik itu sendiri. Banyak masyarakat
yang lebih menyukai pakaian batik dengan desain modern dan kualitas batik
yang baik, jadi saya menggabungkan pengetahuan saya tentang batik dengan
model yang lebih modern untuk menciptakan Batik Kultur Valencia.
Dari dulu hingga sekarang, harga yang
dibanderol sebenarnya hampir sama, berkisar antara Rp 225.000 hingga Rp
1.400.000. Harga yang terjangkau untuk kualitas yang didapatkan. Saat ini,
pemesanan dilakukan dalam bentuk PO dan pre-order biasanya satu hingga
tiga bulan, dan kemudian melalui media online Facebook.
Beberapa dari tim kami adalah lulusan LP
ATR (Lembaga Pendidikan Anak Tuna Rungu dan Tuna Grahita), di mana mereka
telah dididik sejak usia empat tahun di sebuah asrama di kabupaten
Wonosobo, Jawa Tengah. Baru-baru ini kami bekerjasama dengan RC atau
rehabilitation center dari Solo di Jebres, kami mengajak wanita-wanita
spesial yang mungkin beberapa bagian tubuhnya tidak sempurna misalnya
tidak ada tangan atau tidak ada kaki untuk bekerja dalam tim kami. Saat
ini saya memiliki 45 karyawan, 8 orang spesial, dan yang ingin saya
lakukan di perusahaan saya di masa depan adalah mengalokasikan 15-20%
tenaga kerja, berapapun jumlah karyawannya, untuk mengeluarkan kemampuan
orang-orang spesial tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar