Kehidupan ini harus ada inovasi
atau perubahan agar dinamis dan tidak stagnan. Entah ketika kita berada dalam
bermasyarakat, berorganisasi, maupun ketika berada dalam dunia pekerjaan atau
kewirausahaan. Salah satu alat inovasi yang lagi
ngetrend saat ini adalah Design Thinking. Design Thinking merupakan proses
dalam membuat ide baru dan inovatif yang dipakai untuk memecahkan masalah.
(Puguh, 2019)
Ada lima tahapan Design Thinking, yaitu:
1. Emphatize
Tahapan pertama yang harus
dilakukan adalah berempati. Anda harus memahami masalah yang akan dipecahkan. Dengan
berempati maka kamu akan lebih mudah untuk memahami pikiran orang lain,
emosinya, dan apa kebutuhan mereka. Ini merupakan cara yang paling ampuh. Anda
harus berbicara dengan pelbagai macam pengguna aktual. Amati yang mereka
lakukan, yang mereka rasakan dan inginkan, tanyakan pada diri sendiri seperti
apa yang dapat menghambat pengguna.
Tujuan semua proses tersebut
adalah agar Anda dapat benar-benar bisa berempati dengan penguna yang
didasarkan pada cara pandang mereka. Bahkan pada tahap berempati tidak menutup
kemungkinan untuk kamu memposisikan diri sebagai pelanggan. Sehingga kamu tahu
apa saja keuntungan dan kerugian yang mereka dapatkan jika menggunakan produk
kamu. Seperti refleksi diri.
Tahap design thinking yang
satu ini juga dapat dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan. Kemudian
melakukan wawancara langsung dengan audiens. Dengan melakukan pengamatan dan
keterlibatan langsung dengan audiens, maka kamu akan mendapatkan data sesuai
kenyataan yang ada. Selain itu kamu juga akan mendapat pemahaman pribadi yang
lebih mendalam tentang permasalahan yang ingin kamu pecahkan deh.
Output : Output dari Tahap
Emphatize ini adalah data, insight, user persona, etc yang membuat kita dapat
membuat sebuah produk yang benar benar dibutuhkan dan menyelesaikan
permasalahan user kita.
2. Define
Setelah kamu mengetahui apa yang
sebenarnya diinginkan dan dibutuhkan oleh user, maka kamu akan masuk ke
tahap berikutnya, yaitu define. Data yang sudah terkumpul kemudian
dianalisis untuk pengembangan ide produk yang akan kamu buat nantinya.
Pengembangan ide ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalah yang kamu
dapatkan dari user, baik secara langsung maupun tidak.
Hal ini dapat dilakukan dengan
membuat daftar kebutuhan user. Kamu sudah harus menetapkan permasalah apa
saja yang akan kamu pecahkan dan cari solusinya lewat rancangan produkmu.
Daftar permasalahan yang sudah ditetapkan ini kemudian akan dilanjutkan pada
tahap ideate yang akan kami bahas di poin berikutnya.
Output : Output dari tahap Define
ini adalah problem statement, rumusan masalah. Dan akan sangat membantu untuk
menyelesaikan masalah customer karena telah dilakukan penetapan
masalah.
3. Ideate
Tahap ini merupakan tahap untuk
menghasilkan ide. Semua ide-ide akan ditampung guna penyelesain masalah yang
telah ditetapkan pada tahap define. Penting untuk mendapatkan ide sebanyak
mungkin atau solusi masalah di awal fase ide. Ini adalah tahapan dimana anda
menyaring sejumlah opsi gagasan yang ada untuk mendapatkan kemungkinan solusi
untuk memecahkan masalah. Jadi Ideation adalah proses menghasilkan gagasan/ide
yang luas tentang topik-topik tertentu, tanpa menilai, mengevaluasi atau
membenarkan salah satu.
Menurut Aurora Harley, ada tiga pondasi dalam proses ideation, diantaranya
adalah:
- Ide tidak di evaluasi
Setiap anggota tim bebas untuk
mengemukakan gagasan kepada tim. Anggota tim yang lain mencoba memberikan ruang
kepada rekannya untuk berpendapat, tidak memandang sebelah mata, dan
terburu-buru dalam menilai atau mengevaluasi.
- Setiap ide didokumentasikan
Gagasan atau ide yang beredar
dalam sesi diskusi/brainstorming harus didokumentasikan. Biasanya menggunakan
kertas tempel dimana masing-masing anggota tim menuliskan ide-idenya ke dalam
kertas kemudian di tempel. Lebih baik lagi semua proses tersebut kemudian di
dokumentasikan dalam bentuk gambar atau video.
- Kolaborasi memacu ide beragam
Anggota tim mendapatkan
kesempatan untuk mengemukakan ide-ide kreativ nya (semua ide adalah unik dan
kreativ). Jika hal itu dilakukan secara kelompok, maka akan menghasilkan ide
yang banyak dan beragam. Mengizinkan orang lain untuk membagikan ide di
lingkungan yang terbuka memiliki manfaat salah satunya adalah dapat membangun
tim dan memperkuat dukungan untuk desain akhir.
Output : Output dari tahap Ideate
ini adalah sketsa, flow, diagram, mind-map, concept. Dan dapat Meningkatkan
potensi inovasi dari solusi yang dibuat serta Menyatukan perspektif dan
kekuatan anggota tim.
4. Prototype
Tahap design thinking yang
berikutnya adalah pembuatan prototype. Ide yang sudah dievaluasi kemudian
diimplementasikan ke dalam sebuah produk percobaan. Prototipe ini dapat
dibagikan dan diuji dalam satu tim sendiri maupun pada sekelompok kecil orang
di luar tim desain. Ini merupakan fase kamu untuk bereksperimen. Pada
tahap ini akan dihasilkan sejumlah versi produk yang murah dan diperkecil, atau
fitur khusus yang ditemukan dalam produk, sehingga dapat menyelidiki solusi
masalah yang dihasilkan pada tahap sebelumnya.
Ada dua tipe utama prototype, yakni Low-fidelity Prototyping dan
High-fidelity prototyping.
- Low-fidelity prototyping
Prototyping tingkat pertama ini
merupakan prototyping tingkat kesetiaan rendah. Misalnya jika produk berupa
aplikasi prototyping, dibuat dengan model tidak lengkap, dibuat menggunakan
bahan kayu, kertas, logam atau plastik dan bahan-bahan murah yang lain.
Low-fidelity prototyping menurut
Nick Babich memiliki ciri:
- Desain Visual: Hanya berupa atribut visual dari produk akhir yang
disajikan.
- Konten: Hanya elemen kunci dari konten yang disertakan.
- Interaktivitas: prototype disimulasikan oleh manusia nyata.
Interaktivitas dapat dibuat menggunakan wireframes menggunakan PowerPoint,
Keynote atau menggunakan applikasi khusus seperti Adobe XD.
Bentuk Low-fidelity prototyping,
contohnya: Storyboarding, Sketching,
card sorting, role playing. Anda bisa menggunakan model role playing dalam
studi kasus pengembangan produk layanan sosial.
- High-fidelity prototyping
Prototyping hing-fidelity
merupakan prototype yang dibuat semirip mungkin dengan produk aktual yang akan
dibuat.
Karakter dasar dari jenis
prototype jenis ini adalah:
- Visual Desain: Desain realistis dan terperinci. Semua elemen antar
muka, dan grafik seperti aplikasi nyata.
- Konten: Desainer menggunakan konten yang nyata atau mirip dengan
konten nyata.
- Interaktivitas: Prototipe sangat realistis dalam interaksinya.
Jika produk Anda adalah sebuah
aplikasi, Anda memerlukan tools ini untuk membuat prototipe UI/UX: Photoshop,
Adobe Illustartor, Adobe XD, Mockplus, Flinto, Framer JS, dan lain-lain.
Output : Prototype yang dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang muncul saat dalam mengembangkan produk. Bisa jadi
memvalidasi, ketergunaan produk, efisiensi, dan lainnya.
5. Test
Tahap yang terakhir adalah test.
Dari produk prototipe yang sudah kamu buat, maka selanjutnya yang harus kamu
lakukan adalah membuat percobaan langsung dengan pengguna. Dilakukannya
pengujian dan evaluasi terhadap produk kepada masyarakat dan hasilnya akan
dilakukan perubahan dan penyempurnaan untuk menyingkirkan solusi masalah dan
mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang produk dan penggunanya.
Panduan Merencanakan Uji Coba :
- Beginners mind
Dengan memposisikan diri kita
sebagai pemula, kita akan mempelajari banyak hal tanpa terhalangi rasa ego dan
rasa “songong”. Terus mendengarkan masukan tanpa bersifat defensif ialah
attitude yang wajib dimiliki orang yang ingin terus berkembang. Pada saat menjalani tahap
testing, mungkin akan banyak insight baru yang baru kita tau kebenerannya.
Mungkin juga akan berlawanan dengan pendapat kita, namun begitu lah adanya. Dan
dari situ lah kita belajar mengenai calon user kita.
- Set objectives
Sebelum memulai testing, ada
baiknya kita menentukan dulu apa yang ingin kita ketahui dari testing ini. Buat
lah testing plan, insight apa saja yang ingin kamu dapatkan, bagian mana yang
ingin kamu validasi. Seperti dijelaskan pada tahap
prototype, prototype dibuat untuk menjawab pertanyaan yang masih menjadi
perdebatan dengan tujuan untuk membuat produk menjadi lebih baik.
- Recruiting users
Selanjutnya ialah menentukan
orang yang dijadikan calon user sebagai tester. Mungkin teman dan keluarga akan
menjadi mangsa yang empuk. Namun penting untuk dipertimbangkan bahwa tester
yang kalian rekrut sesuai dengan demografis atau user persona yang telah kita
tentukan sebelumnya.
Apabila anda sudah memiliki data
dari existing user, akan sangat bagus bila kita dapat merekrut tester yang
berpotensi. Seperti user baru, user yang paling aktif, user yang mulai jarang
aktif, dan lain sebagainya.
- Testing the prototype
Saat memulai testing, jangan
tergesa-gesa untuk langsung menjelaskan semua hal. Biarkan user untuk mencoba
memahami produk mu. Dengan begitu anda juga bisa sekaligus mengecek apakah
rancangan yang anda buat sudah cukup intuitif. Sampaikan yang perlu disampaikan
dan berusaha lah untuk menghargai waktu mereka. Saat melakukan testing,
usahakan untuk merekam berjalannya testing dan alokasikan orang lain untuk
mencatat dan mengamati proses testing. Hal ini ditujukan agar kita dapat lebih
leluasa memandu tester dalam proses testing.
Output : Produk dan layanan bisa
menghasilkan solusi dengan tiga kriteria, Desirability, Feasibility,
dan Viability.
- Desirability berkaitan dengan fokus pada pengguna. Solusi yang
dibuat harus memenuhi kebtuhan, emosi dan perilaku pengguna.
- Feasibility atau kelayakan berkaitan dengan teknologi atau
metodologi. Solusi desain harus praktis, dapat diterapkan dan efisien.
- Viability, solusi desain Anda layak secara bisnis (jika komersial),
memberi dampak sosial, dan menciptakan kelangsungan hidup, baik bagi pribadi,
masyarakat maupun organisasi.
DAFTAR PUSTAKA :
Mahfunda, Ravi. 2019. Apa itu Design Thinking. https://medium.com/design-jam-indonesia/apa-itu-design-thinking-63c8416c9dd0 (Diakses pada tanggal 21 April 2020)
Parawansa, Arez. 2019. Kenali Design Thingking. https://www.arezparawansa.com/2019/04/kenali-design-thinking-sebelum-bikin.html?m=1 (Diakses pada tanggal 21 April
2020)
Sudarminto, Puguh. 2019. Lima Tahapan Dalam Proses Design Tingking. https://medium.com/idea-room/lima-tahapan-dalam-proses-design-thinking-c2a98ab898c1 (Diakses pada tanggal 21 April
2020)
Andina, Yurista. 2020. Tahap Design Thingking. https://kreativv.com/seni-rupa-dan-desain/tahap-design-thinking/ (Diakses pada tanggal 21 April
2020)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar