I. PENDAHULUAN
Konsep Pengembangan Produk
Pengembangan
produk dan inovasi merupakan sebuah hal penting yang dibutuhkan oleh
perusahaan. Perusahaan menjalankan bisnis pasti dengan adanya pesaing di luar
perusahaan. Maka dari itu proses ini penting agar perusahaan mempunyai produk
yang berbeda dengan pesain dan memiliki keunggulan yang menonjol, sehingga
membuat orang tertarik dengan produknya (Trott, 2008).
Inovasi
adalah perubahan pengetahuan yang sudah ada atau pengetahuan yang baru menjadi
produk baru atau mengubah produk, proses, dan pelayanan yang bermaksud untuk
membuat nilai yang baru kepada pelanggan dan memberikan peningkatan keuangan
kepada pembuat inovasi (Magrab et all., 2010), Inovasi juga mempunyai arti
jantung atau pusat aktivitas dari setiap perusahaan karena inovasi berperan
penting pada kelangsungan perusahaan, serta Manajemen dari semua aktivitas
antara lain proses pembentukan ide, pengembangan teknologi, proses pabrikan dan
pemasaran atas produk baru atau produk yang dikembangkan (Trott, 2008).
Inovasi dan kreativitas memang mempunyai arti
yang hampir sama. Inovasi mempunyai arti untuk membuat ide atau sebuah hal
baru. Kreativitas adalah kepandaian membuat hal baru tersebut menjadi ada dan
nyata (Wilemon & Millson, 2006). Kreativitas adalah bagian dari inovasi,
ini merupakan awal dari sebuah inovasi. Salah satu hal yang menjadi fokus
sebuah perusahaan adalah bagaimana cara membangkitkan atau menghasilkan sebuah
ide yang lebih dan lebih baik lagi. Dari sini maka inovasi juga sering disebut
sebagai rangkaian dari sebuah pikiran (Stamm, 2003).
Dalam
melaksanakan pengembangan produk dan inovasi ada beberapa model yang bisa
digunakan perusahaan. Perusahaan juga perlu menerapkan tahapan untuk mendukung
kelancaran dan keberhasilan proses pengembangan dan inovasi produk. (Griffin
& Ebbert, 2007)
Macam –
Macam Inovasi
Inovasi
ada 3 model, yang pertama melakukan pengubahan atau modifikasi sederhana pada
produk (Gupta, 2007) dengan tidak menghilangkan sifat aslinya, yang kedua
melibatkan kreasi atas produk baru atau perubahan dari produk yang sudah ada (
Wilemon & Millson, 2006) dengan membuat dan mengubah desain agar mencapai
keunggulan yang kompetitif (Stamm, 2003), yang ketiga melakukan pembentukan
produk baru yang berbeda bila dibandingkan dengan produk sebelumnya (Gupta,
2007), juga memiliki sifat yang baru sehingga meninggalkan sifat aslinya
(Wilemon & Millsom, 2006).
Dalam melakukan sebuah inovasi produk ada
beberapa dasar yang dibutuhkan :
1. Modulasi :Melakukan pengubahan suatu karakter
dasar dari produk dengan mengubah karater fisik. Contohnya produk deterjen yang
memperbanyak pemutih, kadar sabun, dan pewangi.
2.
Ukuran : Melakukan pengubahan pada volume dari produk tersebut. Contohnya
minuman ringan dengan volume 10 ons, 20 ons, 1 liter, 2liter.
3.
Kemasan : Melakukan pengubahan pada kemasan untuk mengubah persepsi konsumen
mengenai produk tersebut, agar sesuai dengan yang dinginkan. Contohnya coklat
Nestle dengan berbagai tipe kotak namun rasa dan bentuknya sama. Untuk
pendistribusian coklat dalam kotal kecil yang sederhana dan terbuat dari kertas
dijual di kios atau toko permen, sedangkan ada juga kotak kertas tapi jauh
lebih besar dijual di pasar swalayan.
4.
Desain : Melakukan pengubahan pada desain kemasan produk, namun untuk kemasan
dan ukuran tetap sama. Contohnya banyak inovasi peralatan ski dari tahun ke
tahun hanya melakukan perubahan pada desain warna.
5.
Komplemen : Melakukan pengubahan dengan menambahkan sejumlah bahan baru ke
dalam produk. Contohnya biskuit yang ditaburi gula, kayu manis, coklat susu.
6.
Pengurangan upaya : Melakukan pengubahan dengan menurunkan upaya dan biaya dari
produk. Contohnya parfum yang mahal dari perusahaan ternama memutuskan untuk
mengeluarkan parfum dengan harga yang jauh lebih rendah agar dapat dijangkau
konsumen (Kotler & Fernando, 2003).
Dalam melakukan proses inovasi dan
pengembangan produk, juga diperlukan diterapkan sebuah strategi dan tahapan
dalam melaksanakannya (Magrab et all., 2010). Strategi yang bisa diterapkan ada
tiga macam :
1.
Diferensiasi : Perusahaan mengambil keputusan untuk membangun persepsi pasar
potensial terhadap suatu produk atau jasa yang unggul agar tampak berbeda
dengan produk yang lain.
2.
Kepemimpinan Biaya : Perusahaan lebih memperhituungkan pesaing daripada pelanggan
dengan cara memfokuskan harga jual produk yang murah sehingga biaya produksi,
promosi maupun riset dapat ditekan.
3.
Fokus : Perusahaan mengkonsentrasikan pada pangsa pasar yang kecil untuk
menghindar dari pesaing (Umar, 2001).
Inovasi
juga perlu dikelola, karakteristik perusahaan yang mengelola inovasinya dengan
baik adalah
1.
Memiliki dana sendiri untuk sebuah inovasi.
2. Tinjauan terhadap usulan kelompok.
3.
Memiliki arah yang jelas dalam penelitian apa yang harus dilakukan dan menindak
lanjuti yang diharapkan.
4.
Belajar dari inovasi yang dilakukan perusahaan lain dan memahaminya.
5.
Ada harapan yang realistis.
6.
Ada suasana yang mendukung.
Tahapan
Pengembangan Produk Tahapan yang perlu dijalani oleh perusahaan dalam melakukan
proses ini adalah :
1.
Gagasan produk : Pengembangan produk dimulai dengan pencarian ide / gagasan
produk baru. Gagasan ini datang dari konsumen, tim penjualan, tim penelitian,
dan bagian pengembangan.
2.
Penyaringan : Tahap ini dirancang untuk menghilangkan gagasan yang tidak
berhubungan dengan tujuan perusahaan, pada tahap ini diseleksi. Perwakilan dari
pemasaran, teknisi, dan produksi harus memberikan input pada tahap penyaringan
ini.
3.
Pengujian konsep : Seletah gagasan tersebut disaring perusahaan menguji riset
pasar untuk mendapatkan input dari konsumen tentang manfaat dan harga yang
cocok.
4.
Analisis bisnis : Setelah mengumpulkan pendapat dari pasar / konsumen maka
harus melakukan pembandingan biaya produksi dan manfaat. Agar terlihat apakah
produk yang dibuat tersebut memenuhi tujuan profitabilitas minimum atau tidak.
5.
Pengembangan prototipe : Sewaktu perusahaan sudah menentukan potensi
profitabilitas produk, bagian teknik atau riset dan pengembangan membentuk
sebuah prototipe. Prototipe ini seperti produk contoh, prototipe ini dapat
menjadi sangat mahal karena sering kali memerlukan peralatan dan pengembangan
komponen yang ekstensif.
6.
Pengujian produk dan uji pemasaran : Dengan menggunakan hal-hal yang dipelajari
dari prototipe maka kemudian perusahaan menjalankan produksi yang terbatas.
Lalu perusahaan dapat menguji produk tersebut untuk melihat apakah produk
tersebut sudah memenuhi persyaratan kinerja apa belum. Jika sudah memenuhi
persyaratan maka produk akan dijual pada daerah yang terbatas. Karena promosi dan
saluran distribusi harus ditetapkan untuk uji pasar, maka tahap ini cukup mahal
biayanya.
7.
Komersialisasi : Jika hasil uji pemasaran positif, perusahaan akan memulai
produksi dan pemasaran berskala penuh. Komersialisasi yang bertahap, yang
bertujuan menyebarkan produk baru tersebut ke daerah yang lebih luas, mencegah
ketegangan yang semestinya tidak perlu terjadi pada kemampuan produksi awal.
Demikian sebaliknya, keterlambatan dalam komersialisasi dapat memberikan
kesempatan bagi perusahaan lain untuk mengeluarkan produk yang dibuat untuk
menjadi pesaing dengan produk baru tersebut (Griffin & Ebbert, 2007).
Dalam
merancang kegiatan tiap tahap dalam proses pengembangan maka perlu menggunakan
metode Critical Path Method dengan menggambarkan proses dalam sebuah jaringan,
untuk menampilkan alur kegiatan, mengetahui waktu yang dibutuhkan, dan mana
yang penting untuk diperhatikan dalam jadwal proyek (Harmaizar, 2006).
Permasalahan Dalam Pengembangan
Pada
tahun 2002 ada 4 industri tepung terigu nasional yang dioperasikan di
Indonesia, dan industri ini terus meningkat hingga 2011 ada penambahan 2
industri lagi sehingga total menjadi 16 industri tepung terigu. Peningkatan
jumlah industri menunjukkan bahwa adanya persaingan ketat dan banyak pesaing
baru dalam industri ini (Aptindo, 2004). Perusahaan dalam penelitian ini
menguasai pangsa pasar di Indonesia sehingga menjadi objek yang bagus untuk
diteliti.
Persaingan
pasar yang ketat membuat orang berpikir bagaimana cara untuk mempunyai
kelebihan dalam produknya dan cara untuk bisa menang dalam persaingan yang
ketat ini. Dari sini maka timbul pikiran untuk menghasilkan produk yang bisa
diunggulkan dan memaksa orang untuk berinovasi dan mengembangkan produknya
(Renny, 2010).
Kemampuan
untuk berkembang dan beradaptasi sangat penting untuk kelangsungan perusahaan.
Perusahaan harus bisa beradaptasi dan berkembang untuk tetap bisa bertahan dan
terus berjalan. Bisnis beroperasi dengan pengetahuan bahwa pasti adanya pesaing
di sekitar dengan produknya (Trott, 2008).
Melihat
pentingnya inovasi dan pengembangan produk maka perusahaan tepung terigu ini
akan diteliti bagaimana cara perusahaan melakukan pengembangan produk dan
inovasi serta menelusuri sejauh mana perusahaan melakukan proses pengembangan
produk dan inovasi tersebut. Maka perusahaan akan diteliti dengan alur
pemikiran bahwa perusahaan akan diteliti inovasi dan pengembangan produknya
lalu kemudian meneliti tahap apa saja yang dilalui perusahaan dan apa yang
dilakukan perusahaan pada tiap tahap yang ada.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah di uraikan maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut : 1. Bagaimanakah pengembangan produk pada perusahaan?
Tujuan Penelitian
Sesuai
dengan rumusan masalah yang sudah dicantumkan di atas maka tujuan dari penelitian
ini adalah :
1.
Untuk menggambarkan pengembangan produk pada perusahaan.
2.
Untuk mengetahui pengembangan apa saja yang telah dilakukan oleh perusahaan.
III. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Sumber Informan
Untuk
mendapatkan informasi dalam penelitian ini dibutuhkan informan di dalam
perusahaan. maka informan yang dipilih adalah vice president operation dan vice
president finance. Informan ini dipilih untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan untuk menjawab tujuan penelitian.
Deskripsi Inovasi Perusahaan
Perusahaan
dalam melakukan inovasi produknya melalui beberapa tahap dengan adanya sample
dari ASPR (Area Sales Promotion and Representative) lalu dilanjutkan dengan
masuk tahap penelitian dan percobaan, percobaan ini dilakukan lewat konsumen
trial dengan memberikan kuesioner atau lewat sebuah sarana pelatihan pembikinan
kue yang didirikan oleh perusahaan karena banyak orang yang menggunakan
fasilitas ini maka sarana tersebut juga menjadi salah satu cara percobaan.
Setelah tahap ini dilakukan maka mulai menghitung biaya dan hal lain yang
dibutuhkan dalam produksi untuk menjadi pertimbangan apakah target harga bisa
terpenuhi.
Perusahaan
menciptakan berbagai jenis produk salah satunya produk berbentuk tepung dalam
kemasan dengan kualitas yang berbeda dan manfaat yang berbeda pula. Kualitas
berbeda disini ada perbedaan dalam kandungan protein, moisture, ash, gluten.
Produk perusahaan juga mempunyai kandungan zat dan vitamin.
Produk
tepung ada kegunannya masing-masing, ada yang digunakan untuk khusus membuat
roti, khusus membuat kue, ada juga yang serbaguna (multipurpose) bisa untuk
membuat keduanya karena kandungan proteinnya menengah. Kandungan protein yang
tinggi digunakan untuk menghasilkan roti terbaik sehingga tampak putih dan
mengembang. Kandungan protein yang rendah untuk membuat aneka gorengan dan
jajan pasar, agar hasil gorengan renyah dan hasil yang maksimal untuk jajan
pasar. Perusahaan juga mempunyai tepung dengan serat yang tinggi sehingga cocok
untuk roti sehat dan roti khas india.
Tahapan Pengembangan Produk
Dalam
tahapan pengembangan produk perusahaan ini didorong oleh sebuah gagasan produk.
Gagasan produk tersebut bisa melalui sampel yang didapat dari konsumen langsung
(user) atau dari referensi tren luar negeri kemudian diolah sesuai tahap-tahap
pengembangan. Pengembangan yang dilakukan ada dua macam yang pertama mengubah
model lama menjadi baru dengan tujuan agar lebih diminati oleh konsumen dan
yang kedua dengan memproduksi tepung baru. Tepung baru disini tidak
dikomersialkan ke masyarakat tapi tepung ini diproduksi khusus sesuai
permintaan dari perusahaan bakery.
Pengembangan Produk Lama Menjadi
Baru
Tahap
pertama adalah gagasan produk, ide gagasan produk ini muncul dari suara
konsumen yang menerima suara bahwa banyak konsumen yang mempermasalahkan tepung
yang dibeli konsumen kualitasnya tidak konsisten. Tidak konsisten disini
artinya terkadang tepung itu berkualitas baik dan terkadang juga tepung dengan
merk yang sama hasilnya berbeda atau hasilnya menjadi buruk, masalah ini juga
ditelusuri oleh bogasari karena tepung yang dijual di pasar ada yang sudah
tidak higienis dan bercampur dengan tepung yang lain membuat tepung tidak murni
lagi. Ide juga muncul dari ASPR (Area Sales Promotion and Representative) yang
terjun di lapangan dan keliling ke customer industri maupun UKM (Usaha Kecil
Menengah) dengan menggali info harga yang diminati oleh konsumen dan minat
pasar konsumen produk yang seperti apa. Pada tahap ini tidak ada hambatan, dan
waktu yang diperlukan pada tahap pemunculan gagasan produk ini kurang lebih
sekitar dua minggu untuk memperoleh keputusan gagasan ini akan diterapkan atau
diimplementasikan atau tidak.
Tahap
kedua adalah tahap penyaringan. Pihak yang terlibat dalam tahap penyaringan ini
adalah production operation manager, production planning and development
manager, bagian divisi komersial. Setelah mendapat berbagai gagasan atau ide
maka pada tahap ini tidak membutuhkan waktu yang lama. Waktu yang dibutuhkan dalam
tahap penyaringan ini sekitar satu minggu. Karena perusahaan hanya
mengembangkan produk yang sudah ada sebelumnya. Konsumen juga telah mengenal
produk tersebut. Perusahaan tidak mengalami hambatan pada tahap ini karena
perusahaan hanya sekedar melakukan pengembangan produk yang telah ada
sebelumnya, sehingga dalam pengimplementasiannya tidak ada hambatan. Namun
hambatan atau kendala yang mungkin terjadi pada tahap ini terjadi dalam
prosesnya, biasanya kendala yang dihadapi adalah evaluasi konsep baru, jika
perusahaan melakukan kesalahan dalam memilih ide pengembangan produk. Dengan
adanya kesalahan dalam pemilihan ide yang ternyata ide tidak sesuai dengan yang
ada pada pasar maka perusahaan bisa mengalami kerugian yang besar. Masalah ini
berbahaya sehingga dalam tahap ini harus benar-benar teliti, dan dalam tahap
penyaringan ini dibutuhkan sebuah keputusan yang matang agar tidak salah
memilih ide yang di dapatkan.
Tahap
ketiga adalah pengujian konsep. Pada tahap pengujian konsep ini yang terlibat
bagian quality control, production operation manager, production planning and
development manager. Konsep ide diuji pada tahap ini dengan mendapatkan input
dari konsumen mengenai manfaat dan harga yang cocok untuk produk. Perusahaan
juga melakukan survey untuk mengetahui potensi pasar dan melihat daya beli
konsumen terhadap munculnya produk. Waktu yang dibutuhkan dalam tahap ini
singkat kurang lebih satu minggu untuk pengujian. Perusahaan tidak mengalami
hambatan pada tahap ini. Namun ada hambatan atau kendala yang mungkin seperti
harga yang tidak cocok dengan pasar karena terlalu rendah harga yang diminati
pasar.
Tahap
yang keempat adalah analisis bisnis, disini pihak yang terlibat adalah bagian
information and technology manager, treasury manager, production operation
manager, production support manager. Perusahaan menggunakan metode analisis
break even point yang bertujuan untuk menemukan satu titik baik dalam unit
maupun rupiah yang menunjukkan biaya yang dikeluarkan sama dengan pendapatan.
Setelah mencapai titik tersebut berarti menunjukkan belum diperolehnya
keuntungan atau dengan kata lain perusahaan tidak untung dan tidak rugi.
Sehingga pada saat penjualan menunjukkan melebihi titik break even point maka
keuntungan sudah diperoleh perusahaan. Metode ini digunakan karena dapat
membantu pemilihan jenis produk dan proses yang digunakan, dengan cara
mengidentifikasikan produk atau proses yang mempunyai total biaya terendah.
Dengan metode ini maka biaya sangat perlu diperhatikan karena juga mengingat
biaya gandum untuk produksi tepung ini cukup tinggi karena perusahaan mengimpor
gandum dari Australia, Amerika, Kanada sehingga menjadi biaya yang cukup tinggi
dan kurang lebih 80% biaya produksi tepung ini ada pada gandum, sehingga
perusahaan mempunyai perhitungan perkiraan biaya produksi sebagai berikut :
1. Gandum = Rp.
245.000.000.000,- /bulan
2. Tenaga kerja
= Rp. 3.430.000.000,- /bulan
3. Packaging =
Rp. 21.000.000.000,- /bulan
4. Listrik, air,
dll = Rp. 1.400.000.000,- /bulan
5. Biaya lain –
lain = Rp. 20.000.000.000,- /bulan
Pada
gambar di atas dapat dilihat bahwa gandum sebagai bahan baku mempunyai
kontribusi paling tinggi terhadap biaya produksi. Biaya produksi 83.1%
merupakan biaya gandum. Total perkiraan biaya di atas Rp. 290.830.000.000,-
Dengan produksi tepung terigu bogasari sekitar 70.000 ton per bulannya. Maka
dapat diketahui agar mencapai titik BEP (Break Even Point) perusahaan perlu
menjual kurang lebih 1.430 ton tepung. Waktu yang dbutuhkan dalam tahap
analisis bisnis ini kurang lebih satu minggu. Pada tahap analisis bisnis ini,
perusahaan itdak mengalami hambatan atau kendala.
Tahap
kelima adalah tahap pengembangan produk contoh. pihak yang terlibat pada tahap
ini semua bagian produksi yaitu quality control, production operation manager,
production planning and development manager, production support manager.
Perusahaan membuat konsep menjadi produk contoh yang nyata atau prototype. Lalu
prototype ini diuji agar kelemahan pada produk dapat diperbaiki. Dengan
demikian konsumen juga menerima gambaran khusus mengenai produk dan menilai
apakah produk tersebut sesuai dengan selera konsumen. Waktu yang dibutuhkan
pada tahap ini memakan sekitar satu minggu. Karena ini mengubah produk yang
sudah ada sebelumnya maka perusahaan tidak mengalami hambatan dalam tahap ini.
Perusahaan hanya melakukan pengujian ulang terhadap konsep yang diubah dan
komposisi resep hanya dikurangi atau ditambah.
Tahap
keenam adalah tahap pengujian, dalam tahap ini pihak yang terlibat adalah
product group manager, bagian staff pemasaran. Tahap pengujian ini perusahaan
melakukan penilaian yang lebih rinci mengenai peluang untuk sukses yang
bertujuan agar perusahaan memiliki gambaran mengenai produk apakah dapat
diterima konsumen serta memperoleh keuntungan, dengan memberikan kuisioner pada
konsumen dan perusahaan akan mendapatkan umpan balik dari konsumen melalui
kuisioner tersebut. Disini perusahaan mengembangkan produk yang sudah ada
sebelumnya sehingga konsumen sudah mengenali produk tersebut. Waktu yang
dibutuhkan dalam proses pengujian produk sekitar dua hari dan uji pemasaran
memakan sekitar empat hari. Hambatan yang dihadapi biaya untuk promosi yang
cukup besar. Perusahaan juga melakukan pendekatan secara langsung agar ada tanggapan
yang baik dari konsumen.
Tahap
terakhir dari pengembangan ini adalah tahap komersialisasi, pihak yang terlibat
dalam komersialisasi ini adalah product group manager, bagian staff pemasaran.
Apabila dari pengujian semua mempunyai hasil yang positif maka perusahaan mulai
melakukan produksi dan memasarkan produknya ke konsumen. Perusahaan menggunakan
website untuk pemasaran produk barunya dan juga menggunakan cara memasarkan
produk dengan berhadapan langsung dengan konsumen atau personal selling. Waktu
yang dibutuhkan pada tahap komersialisasi ini memakan sekitar dua minggu.
Perusahaan tidak mengalami hambatan pada tahap komersialisasi ini, karena
perusahaan hanya melakukan produksi penuh dan memasarkan produk.
Memunculkan Produk Baru
Disini
perusahaan memunculkan kreatifitas untuk produk baru, memunculkan produk yang
baru ini namun bukan untuk masyarakat luas. Produk baru ini dibuat khusus
sesuai permintaan, sehingga produk ini langsung tertuju pada konsumen seperti
toko bakery. Perusahaan juga memunculkan produk yang tidak hanya tepung, ada
juga produk yang benarbenar baru dari perusahaan seperti produk pasta. Seperti
yang dijelaskan oleh Thomas S. Robertson (Wilemon & Millson, 2006) ini
termasuk dynamically continuous innovation yang berarti inovasi ini melakukan
perubahahan yang lebih banyak apabila dibandingkan continuous innovation,
perusahaan membuat kreatif atas produk baru atau produk yang ada dengan
melakukan perubahan yang banyak pada produk namun tidak meninggalkan pola sifat
produk lamanya dan discontinuous innovation yang berarti membuat sebuah produk
yang benar-benar baru berbeda dengan polanya yang lama.
Tahap
pertama perusahaan memunculkan gagasan atau ide ini pihak yang terlibat sama
dengan yang terlibat di dalam gagasan produk pada pengembangan produk lama
menjadi baru yang ada diatas. Disini perusahaan menerima sampel tepung yang ada
dan menganalisa tepung itu dan dari sampel tepung itu dianalisa agar diketahui
sampel ini apakah masuk dalam kriteria produk bogasari dan bisa di kembangkan.
Karena sudah adanya barang sampel tersebuh maka waktu pada pemunculan ini
memakan waktu sekitar satu minggu. Hambatan atau kendala pada tahap ini
menemukan bahan yang dibutuhkan untuk membuat tepung yang diinginkan oleh
konsumen karena harus mengubah komposisi pada tepung dan juga haru tetap
menjaga kualitas tepung.
Tahap
kedua adalah tahap penyaringan, dalam pihak ini yang terlibat sama dengan yang
terlibat di dalam penyaringan pada pengembangan produk lama menjadi baru yang
ada diatas. Pada tahap ini ada banyak masukan dari beberapa pihak mengenai
konsep sampel tepung yang akan dibuat. Sehingga masukan itu disaring pada tahap
ini. Masukan yang tidak cocok dengan tujuan dari produk atau kriteria produk
akan diabaikan. Sedangkan yang cocok atau masuk kriteria akan dibawa ke dalam
pengujian. Waktu yang dibutuhkan pada tahap penyaringan ini dua minggu.
Hambatan atau kendala pada tahap ini sering ditemukan adanya perselisihan
pendapat dari pihak yang terlibat, sehingga sering terjadi debata pada waktu
meeting untuk mencapai keputusan penyaringan ide tersebut.
Tahap
ketiga dalam pengujian konsep ini pihak yang terlibat sama dengan yang terlibat
di dalam pengujian konsep pada pengembangan produk lama menjadi baru yang ada
diatas. Disini konsep ide diuji dengan cara memberikan konsep kepada konsumen
khusus tersebut agar mengetahui dari segi konsep produk ini bisa diterima oleh
konsumen atau tidak. Waktu untuk melakukan pengujian ini yang dibutuhkan satu
minggu. Hambatan atau kendala pada tahap pengujian ini adalah tidak diterimanya
konsep yang dibuat dan itu akan menimbulkan cost tambahan karena diperlukan
perbaikan pada konsep.
Tahap
keempat dalam analisis bisnis ini pihak yang terlibat sama dengan yang terlibat
di dalam analisis bisnis pada pengembangan produk lama menjadi baru yang ada
diatas. Disini perusahaan menganalisis biaya manufaktur dan manfaat apakah
cocok antara perusahaan dengan konsumen produk. Dalam tahap ini juga dibahas
apakah bisa mencapai keuntungan yang diinginkan perusahaan. Apabila dalam analisis
ini hasilnya positif maka akan akan dilanjutkan dengan tahap pengembangan
prototipe. Dalam tahap ini waktu yang dibutuhkan memakan sekitar dua minggu.
Hambatan atau kendala yang dihadapi pada tahap ini adalah tidak cocoknya biaya
dengan terget keuntungan sehingga harus dilakukan analisa ulang dengan mengatur
biaya, biaya diminimalkan agar bisa mencapai keuntungan.
Pada
tahap kelima dalam pengembangan ini pihak yang terlibat sama dengan yang
terlibat di dalam tahap pengembangan pada pengembangan produk lama menjadi baru
yang ada diatas. Pada tahap pengembangan ini perusahaan memunculkan sebuah
produk nyata yang digunakan untuk diuji apakah ada kekurangan dan kekurangan
itu bisa diperbaiki lagi. Produk nyata ini juga menjadi gambaran untuk konsumen
mengenai produk ini. Waktu yang dibutuhkan untuk tahap pengembangan ini memakan
sekitar dua minggu. Hambatan atau kendala yang ditemui pada tahap ini adalah
biaya yang akan dikeluarkan cukup besar karena diperlukan perbaikanperbaikan
pada produk.
Pada
tahap keenam dalam pengujian ini pihak yang terlibat sama dengan yang terlibat
di dalam tahap pengujian pada pengembangan produk lama menjadi baru yang ada
diatas.
Pada
tahap pengujian ini perusahaan memproduksi produk pada jumlah yang terbatas,
karena belum dikomersialisasikan. Produk ini diuji bagaimana keberhasilannya,
produk ini apakah sudah sesuai dengan persyaratan kinerja. Apabila produk sudah
sesuai dengan persyaratan maka produk diuji ke konsumen. Waktu yang dibutuhkan
pada tahap pengujian ini memakan satu minggu. Hambatan atau kendala pada tahap
ini adalah apabila produk yang sudah diproduksi secara terbatas ini masihkurang
menurut konsumen, maka perusahaan harus melakukan analisa dan produksi ulang
untuk perbaikan produk.
Pada
tahap terakhir dalam komersialisasi ini pihak yang terlibat sama dengan yang
terlibat di dalam tahap komersialisasi pada pengembangan produk lama menjadi
baru yang ada diatas. Setelah melalui tahap pengujian maka mulai memasuki tahap
ini bila hasil dari pengujian tersebut positif. Disini perusahaan mulai
memproduksi produk dengan skala penuh dan produk didistribusikan ke konsumen
khusus. Dalam tahap terakhir ini memakan waktu yang singkat sekitar satu
minggu. Hambatan atau kendala yang dialami oleh perusahaan pada tahap ini
adalah keterlambatan produksi, karena diakibatkan oleh lambatnya dan kurangnya
produktivitas pekerja.
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis
data maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Perusahaan melakukan pengembangan
produk atau inovasi dengan dua cara, yang pertama perusahaan mengembangkan
produk yang sudah ada sebelumnya dengan cara mengubah desain kemasan, atau
membuat sebuah produk baru inovasi baru. Inovasi baru ini juga mempunyai dua
model, yang pertama perusahaan melihat tren adanya peralihan selera masyarakat
menjadi menyukai makanan barat sehingga perusahaan juga memunculkan produk
spaghetti, dan beberapa makanan barat yang siap saji juga praktis. Ada juga
perusahaan menghasilkan sebuah produk baru namun produk ini dibuat berdasarkan
permintaan dari konsumen khusus. Konsumen khusus yang mempunyai permintaan
pribadi ini biasanya mengambil dalam partai besar, seperti pabrik roti, pabrik
mi, dll.
2. Perusahaan dalam melakukan
pengembangan produk atau inovasi ini sudah menerapkan tujuh tahapan yaitu pemunculan
gagasan ide produk, penyaringan ide, pengujian konsep, analisis bisnis,
pengembangan prototipe, pengujian produk dan uji pemasaran, sampai
komersialisasi. Semua tahap itu dilalui oleh perusahaan untuk sebuah proses
pengembangan yang berhasil dan menghasilkan profit untuk perusahaan.
3. Untuk proses
pengembangan produk dibutuhkan total waktu kurang lebih sembilan minggu, dengan
diawali pemunculan gagasan ide dibutuhkan waktu dua minggu, penyaringan ide
satu minggu, pengujian konsep satu minggu, analisis bisnis satu minggu,
pengembangan prototipe satu minggu, pengujian produk dua hari dan uji pemasaran
empat hari, terakhir tahap komersialisasi dua minggu.
4. Strategi yang
digunakan perusahaan yaitu overall cost leadership yang sesuai dengan teori
Michael R. Porter (Umar, 2001) merupakan strategi yang bisa diimplemantasikan
perusahaan karena melihat pasar yang dituju untuk produk kemasan baru 1kg ini
adalah pasar basah atau tradisional.
Saran
Dalam penelitian
pada perusahaan ini ditemukan sebuah hal menarik, yaitu terdapat aktivitas
ekspor impor dengan volume tinggi. Perusahaan ini merupakan sebuah perusahaan
yang besar dan unggul dalam bidangnya. Namun dalam melakukan tiap pengembangan
dan inovasinya terdapat selisih waktu yang cukup lama dan juga butuh penerapan
strategi yang lain untuk meningkatkan kinerja perusahaan, oleh sebab itu
penulis menyarankan perusahaan untuk :
1. Perusahaan
perlu lebih sering melakukan pengembangan produk dengan selisih atau jedah
waktu yang tidak terlalu lama agar dapat memaksimalkan peluang bisnis yang ada.
2. Penulis
melihat adanya aktivitas ekspor impor dari perusahaan ini. Aktivitas ekspor
tersebut juga dalam jumlah besar. Sehingga perusahaan ini mempunyai pasar dalam
dan luar negeri yang pada dua pasar tersebut sama – sama sukses. Impor gandum
juga dilakukan dari beberapa negara. Perusahaan juga mempunyai sebuah bisnis
perkapalan, pabrik yang memproduksi kemasan kantong tepung terigu. Hal – hal
ini menjadi menarik untuk digunakan sebagai bahan pada penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adi,
Rianto. (2004). Metodologi penelitian sosial dan hukum. Jakarta: Granit. Retrieved
Oktober 20, 2012,
Aptindo.
Impor tepung terigu turun. (2012). Retrieved September 20, 2012,
Berita
Bogasari. Retrieved September 20, 2012, from Endraswara,
Suwardi. (2006). Metode, teori, teknik, penelitian kebudayaan:
ideologi,epistemologi,dan aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Retrieved
Oktober 17, 2012,
Febransyah,
Ade. (2009). Menikmati Ketidakpastian. Jakarta: Gramedia. Retrieved Oktober 23,
2012,
Griffin,
Ricky W. & Ebert, Ronald J. (2007). Business. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Retrieved September 27, 2012,
Gupta
Praveen. (2007). Business innovation in the 21st century. North Charleston,
South Carolina: Dipak Jain, Dean Kellogg School of Management.
Handoko,
Renny. (2010). Studi deskriptif pengembangan produk baru. Hermawan, Asep.
(2005). Penelitian bisnis. Jakarta: Gramedia. Retrieved Oktober 15, 2012,
Indofood.
Annual report. (2011). Retrieved September 20, 2012,
Jennifer,
Anahita dan Sally. (2011). Towards an innovationtype mapping tool. UK: Emerald.
Kotler,
Philip & Bes, Fernando Trias De. (2003). Lateral Marketing. Jakarta:
Penerbit Erlangga. Retrieved Januari 16, 2013,
Magrab,
et.al. (2010). Integrated product and process design and development (2nd ed).
USA: CRC Press.
Referensi
Industri. Retrieved September 20, 2012,
Santana,
Setiawan. (2007). Menulis ilmiah metode penelitian kualitatif. Jakarta: Buku
Obor. Retrieved Oktober 19, 2012,
Sarwono,
Jonathan. (2011). Mixed methods. Jakarta: Gramedia. Retrieved Oktober 19, 2012,
Semiawan,
Conny R. (n.d). Metode penelitian kualitatif. Grasindo. Retrieved Oktober 19,
2012,
Stamm,
Bettina Von. (2003). Managing innovation design and creativity. Chichester:
John Wiley & Sons, Ltd.
Trott,
Paul. (2008). Innovation management and new product development (4th ed).
England: Pearson Education.
Umar,
Husein. (2001). Strategic management in action. Jakarta: Gramedia.
White,
Margaret A. & Bruton, Garry D. (2007). The management of technology and
innovation: A strategic approach. Oklahoma &Texas : Thomson South Western.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar