Disusun Oleh :
Abstrak
Pengelolaan sumber daya manusia adalah merupakan aspek
yang sangat penting dalam proses
pendidikan secara umum. Oleh karena itu fungsi – fungsi dalam pengelolaan
sumber daya manusia harus dilaksanakan secara optimal sehingga kebutuhan yang
menyangkut tujuan individu, perusahaan, organisasi ataupun kelembagaan dapat
tercapai. Disamping itu dengan prosedur pengelolaan sumber daya manusia yang
baik diharapkan kekurangan dan problem yang dihadapi oleh bangsa Indonesia,
yaitu yang terkait dengn kemampuan daya saing dapat teratasi.
Suatu bukti bahwa bangsa Indonesia belum siap untuk
bersaing dalam dunia global dapat dilihat dari kemampuan daya saing sumber daya
manusianya. Tenaga global dapat dilihat dari kemampuan daya saing sumber daya
manusianya. Tenaga ahli kita belum cukup memadai untuk bersaing di tingkat
global. Dilihat dari pendidikannya, angkatan kerja kita saat ini sungguh
memperhatikan. Sebagian besar angkatan kerja ( 53 % ) tidak berpendidikan.
Mereka yang berpendidikan dasar
sebanyak 34% berpendidikan menengah 11%, dan yang berpendidikan tinggi
(universitas) hanya 2%. Padahal tuntutan dari dunia kerja pada akhir
pembangunan pada jangka panjang II nanti mengharuskan angkatan kerja kita
berpendidikan. Dari angkatan kerja yang ada hanya 11% saja yang tidak
berpendidikan; 52% berpendidikan dasar; 32% berpendidikan menengah; dan 5% dari
angkatan kerja harus telah berpendidikan universitas.
Kata
kunci: Sumber Daya Manusia, Pendidikan.
A. Pendahuluan
Era
globalisasi adalah era yang sedang dihadapi oleh setiap bangsa pada saat ini
dan merupakan era di mana dunia menjadi terbuka dan ini menuntut kesiapan
sumber daya manusia untuk saat akan sampai kepada setiap bangsa di dunia, tidak
terkecuali di dalam era global tersebut menuntut kesiapan suatu bangsa dalam
untuk mempersiapkan sumber daya manusianya, khususnya diselenggarakan oleh
pemerintah Indonesia saat ini, perlu kiranya yang mampu menghasilkan sumber
daya manusia Indonesia untuk salah satu upaya untuk mempersiapkan sumber daya
manusia yang unggul ini adalah ditempuh melalui pendidikan, maka sudah barang
tentu bangsa Indonesia akan selalu tertinggal dengan digalakkan saat ini,
sebagai wahana untuk mempersiapkan sumber daya manusia.
Suatu bukti bahwa bangsa Indonesia masih
belum siap untuk bersaing dalam dunia global dapat dilihat dari kemampuan daya
saing sumber daya manusianya, sebagaimana dikemukakan oleh Boediono (1997:82)
dalam Suyanto dan Hisyam (2000:3) yang menyatakan bahwa berbicara kemampuan
sebagai bangsa, tampaknya kita belum siap benar menghadapi persaingan pada
milenium ketiga. Tenaga ahli kita belum cukup memadai untuk bersaing di tingkat
global. Dilihat dari pendidikannya, angkatan kerja kita saat ini sungguh
memprihatinkan. Sebagian besar angkatan kerja (53%) tidak berpendidikan. Mereka
yang berpendidikan dasar sebanyak 34%, berpendidikan menengah 11%, dan yang
berpendidikan tinggi (universitas) hanya 2%. Padahal tuntutan dari dunia kerja
pada akhir pembangunan pada jangka panjang II nanti mengharuskan angkatan kerja
kita berpendidikan. Dari angkatan kerja yang ada hanya 11% saja yang tidak
berpendidikan; 52% berpendidikan dasar; 32% berpendidikan menengah; dan 5% dari
angkatan kerja harus telah berpendidikan universitas. Bahkan lebih khusus,
Suyanto dan Hisyam (2000) menyatakan bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM)
kita masih rendah. Oleh karena itu, sebenarnya kita patut khawatir terhadap
kemampuan bersaing SDM kita dalam era globalisasi dalam milenium ketiga nanti.
Menurut data yang dipublikasikan oleh United Nation Development Report
Programme (UNDP) yang diberi judul Human Development Report 1996, kualitas SDM
kita berada pada posisi memprihatinkan. Laporan UNDP itu memuat angka indeks
kualitas SDM (Human 'HYHORSPHQW,QGH[+',
dari 174 negara di
dunia. Hasil laporan itu sangat mengejutkan dan memprihatinkan, yaitu Indonesia
berada pada peringkat 102. Dapat dibayangkan betapa rendahnya daya saing
Indonesia untuk memperoleh posisi kerja yang baik dalam era global. Pada tahun
1999, daya saing bangsa Indonesia tentu lebih jelek lagi. Hal ini terjadi
sebagai akibat adanya krisis ekonomi dan politik yang sampai saat ini kita
tidak pernah tahu kapan krisis itu akan berakhir. Kondisi di atas, memberikan
informasi kepada kita bahwa secara tegas pendidikan yang sedang dilaksanakan
oleh bangsa Indonesia perlu dioptimalkan, khususnya yang menyangkut pengelolaan
sumber daya manusianya. Pengelolaan sumber daya manusia ini merupakan aspek
yang sangat penting untuk menunjang keberlangsungan suatu bangsa dalam dataran
makro dan organisasi atau lembaga dalam dataran mikro. Dalam setting organisasi
atau perusahaan, suatu pengelolaan sumber daya manusia perlu diarahkan pada
suatu model yang dapat menarik seluruh potensi sumber daya manusia tersebut
bagi kepentingan organisasi atau dengan kata lain pengelolaan sumber daya
manusia harus dapat diarahkan pada upaya yang mampu menggali potensi SDM agar
dapat memberikan kontribusi yang positif bagi perusahaan atau organisasi. Pada
kenyataannya pula pengelolaan ditingkat
mikro, khususnya yang dilakukan oleh lembaga pemerintah (negeri) seringkali
terjadi perbedaan dengan yang dilakukan oleh pihak swasta. Ini memberikan
indikasi bahwa dalam pengelolaan sumber daya manusia di Indonesia secara ideal
belum mempunyai standar yang jelas. Bahwa untuk mengelola sumber daya manusia,
khususnya yang dapat diarahkan untuk dapat memberikan kontribusi positif bagi
lembaga atau perusahaan, maka perlu dilakukan standarisasi yang jelas.
Standarisasi pengelolaan sumber daya manusia inilah yang nampaknya menjadi
permasalahan yang dihadapi oleh setiap lembaga, organisasi atau perusahaan saat
ini. Disamping itu masalah etika dalam mengelola sumber daya manusia ini perlu
dikedepankan agar tidak menimbulkan efek negatif bagi masyarakat. Namun
demikian, karena aspek yang ada dalam pengelolaan sumber daya manusia ini cukup
banyak, yaitu mencakup proses perencanaan, rekrutmen, seleksi, induksi,
penilaian, pengembangan, kompensasi, bargaining, keamanan, kontinuitas dan
informasi maka penulis mencoba membatasinya pembahasan masalah pada aspek
rekrutmen dan seleksi saja. Dalam hal rekrutmen, masalah yang sangat mendasar
yang dihadapi oleh banyak organisasi, lembaga atau perusahaan adalah bagaimana
menarik para pelamar atau peminat pekerjaan agar dapat bekerja secara optimal
dalam perusahaan, bahkan lebih dari itu para pekerja nantinya dapat menopang
keberlangsungan organisasi, lembaga atau perusahaan dimana mereka bekerja
bahkan setelah mereka bekerja. Karena kenyataannya rekrutmen yang banyak
dilakukan oleh lembaga, perusahaan dan organisasi tertentu cenderung hanya pada
taraf pendaftaran atau registration yang diharapkan tidak berhasil didapatkan.
Belum lagi proses rekrutmen dan seleksi yang dilakukan perusahaan kadangkala
justru mengabaikan aspek etika dalam melakukan rekrutmen dan seleksi. Suatu
bukti yang menarik dan aktual di era reformasi pada bangsa Indonesia, adalah
kecenderungan pada setiap rekrutmen dan seleksi pegawai, baik pada instansi
pemerintah maupun swasta, yang masih mengunakan prinsip kolusi, korupsi, dan
nepotisme (KKN). Bahkan prinsip utama rekrutmen dan seleksi, yang menuntut yang
seringkali harus rela dan “digagalkan” untuk bekerja karena tidak berani
membayar dengan mahal. Ini berarti bahwa uang cukup memainkan peran yang tinggi
dalam proses rekrutmen dan seleksi pada segmen organisasi, perusahaan atau
lembaga apapun di Indonesia. Kalau pun ada perusahaan, lembaga atau organisasi
yang bersih dari praktek KKN dan “main uang” di Indonesia saat ini tentu
persentasenya sangat kecil, bahkan hampir tidak ada. Hal ini sangat “naif”
sekali bila dikembalikan pada semangat reformasi yang akan berupaya menghapus
KKN, tetapi pada kenyataannya justru praktek tersebut masih berjalan dengan
subur. Sebagai akibatnya kualitas kinerja perusahaan juga rendah dan tidak
mempunyai kemampuan daya saing dengan perusahaan lainnya, apalagi dengan
perusahaan yang sudah ERQDÀW, demikian pula dalam scope pengelolaan sumber daya
manusia secara makro. Ini menunjukkan bahwa pendidikan yang dilakukan di
Indonesia belum mampu memberikan landasan yang kuat bagi proses penanaman
nilai-nilai luhur bagi sumber daya manusia Indonesia. Namun demikian dalam
makalah ini penulis tidak akan mengarahkan pembahasan paper ini pada suatu
kondisi obyektif, misalnya perusahaan atau lembaga pendidikan tertentu, dengan
alasan agar paper ini dapat menjadi memerlukannya. Untuk
itulah dalam makalah singkat ini penulis hanya akan mencoba vcmembahas mengenai
pengelolaan sumber daya manusia secara umum, tinjauan mengenai rekrutmen dan
seleksi dan diakhiri dengan kesimpulan.
B. Pengelolaan Sumber Daya Manusia
(SDM)
1.
Pengertian
Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu
faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan di samping faktor yang lain
seperti modal. Oleh karena itu, SDM harus dikelola dengan baik untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi, ini adalah salah satu fungsi
dalam perusahaan yang dikenal dengan manajemen sumber daya manusia (MSDM).
Manajemen sumber daya manusia yang sering juga
disebut dengan manajemen personalia oleh para penulis didefinisikan secara
berbeda. Beberapa di antaranya adalah:
Human resource management (HRM) may be defined as
programs, policies, and practices for managing an organization’s work force.1
Menurut H. Hadari Nawawi yang dimaksudkan sebagai pengertian SDM adalah
meliputi tiga yaitu:
a. Sumber
daya manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi
(disebut juga personil, tenaga kerja, pegawai atau karyawan).
b. Sumber
daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam
mewujudkan eksistensinya.
c. Sumber
daya manusia adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai modal
(non material/non finansial) di dalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan
menjadi potensi nyata
(real)
secara fisik dan non-fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi.2 Berdasarkan
definisi manajemen SDM di atas adalah keseluruhan penentuan dan pelaksanaan
berbagai aktivitas, policy, dan program yang bertujuan untuk mendapatkan tenaga
kerja, pengembangan, dan pemeliharaan dalam usaha meningkatkan dukungannya
terhadap peningkatan efektivitas organisasi dengan cara yang secara etis dan
sosial dapat dipertanggungjawabkan. Secara etis dan sosial dapat
dipertanggungjawabkan artinya semua aktivitas dilakukan dengan tidak
bertentangan dengan norma-norma dalam masyarakat yang berlaku.
2.
Fungsi
Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Pengelolaan
sumber daya manusia pada dasarnya merupakan deskripsi dari administrasi atau
manajemen pendidikan dengan setting proses administrasi atau manajemen
pendidikan yang didesain untuk saling berkaitan antara tujuan individu maupun
organisasi. Menurut Castetter (1981:3) proses administrasi atau manajemen
tersebut meliputi planning, recruitment, selection, induction, appraisal,
development, compensation, bargaining, security, continuity, and information.
Sedangkan Randall (1987:29) fungsi-fungsi tersebut ke dalam proses sumber daya
manusia yang meliputi training”.
Dari manusia di atas dapat dipahami
bahwa suatu pengelolaan sumber daya manusia merupakan suatu proses yang
berhubungan dengan implementasi indikator fungsi-fungsi pengelolaan atau
manajemen yang berperan penting dan efektif dalam menunjang tercapainya tujuan
individu, lembaga, maupun organisasi atau perusahaan.
Bagi
suatu organisasi, pengelolaan sumber daya manusia menyangkut keseluruhan urusan
organisasi dan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu seluruh komponen atau
unsur yang ada di memfokuskan pada perencanaan yang menyangkut penyusunan
staff, penetapan program latihan jabatan dan lain sebagainya. Hal ini perlu
dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan jangka pendek dan jangka panjang
dari suatu organisasi tersebut, khususnya yang menyangkut kesiapan sumber daya
manusianya. Alasan lainnya adalah bahwa suatu pengelolaan sumber daya manusia
dalam suatu organisasi tidak dapat terlepas dari lingkungan internal maupun
eksternal, yang pada suatu saat akan dapat mempengaruhi keberadaan organisasi
tersebut.
3.
Peranan
Pengelola Sumber Daya Manusia (SDM)
Sering
kurang dipahami, dalam arti yang sesungguhnya, bahwa setiap pimpinan dalam
suatu organisasi merupakan manajer sumber daya manusia. Artinya, para manajer
harus terlibat dalam mengambil berbagai langkah dan kegiatan manajemen sumber
daya manusia, mulai dari perencanaan ketenagakerjaan hingga pensiunan pegawai.
Biasanya dalam suatu
organisasi dibentuk satuan kerja yang melakukan kegiatan pengelolaan sumber
daya manusia yang secara fungsional bertanggung jawab dalam melakukan berbagai
kegiatan dan mengambil berbagai langkah dalam menajemen sumber daya manusia.
Terdapat dua alasan kuat mengapa satuan kerja fungsional demikian perlu dibentuk.
Pertama, meskipun benar bahwa setiap manajer adalah juga manajer sumber daya
manusia, secara operasional manajer yang bersangkutan diserahi tugas dan
tanggung jawab melaksanakan kegiatankegiatan lain, baik yang sifatnya tugas
pokok maupun tugas penunjang sehingga perhatian utamanya ditujukan kepada
tanggung jawab fungsional itu. Kedua, dewasa ini manajemen sumber daya manusia
mutlak perlu ditangani secara profesional oleh tenaga-tenaga spesialis karena
hanya dengan demikianlah manajemen sumber daya manusia yang sangat kompleks itu
dapat ditangani dengan baik. Berarti satuan kerja yang mengelola sumber daya
manusia menerima pendelegasian tugas dari para manajer yang memimpin
satuan-satuan kerja lainya.
4. Tujuan Sumber Daya Manusia (SDM)
Dengan memahami fungsi manajemen SDM akan memudahkan dalam
mengidentifikasikan tujuan manajemen SDM. Tujuan yang hendak dicapai adalah
manfaat apa yang akan diperoleh dengan penerapan manajemen SDM dalam suatu
perusahaan. Tujuan manajemen SDM ialah meningkatkan kontribusi produktif
orang-orang yang ada dalam perusahaan melalui sejumlah cara yang bertanggung
jawab secara strategis, etis, dan sosial. Tujuan ini menuntun studi dan praktik
manajemen SDM yang umumnya juga dikenal sebagai manajemen personalia. Studi
manajemen menguraikan upaya-upaya yang terkait dengan SDM, manajer operasional
dan memperlihatkan bagaimana para profesional personalia memberikan adil
terhadap upayaupaya ini.
SDM
memengaruhi keberhasilan setiap perusahaan atau organisasi. Meningkatkan andil
manusia sangat penting, sehingga seluruh perusahaan membentuk departemen SDM.
Dikatakan penting karena departemen SDM tidak mengontrol banyak faktor yang
membentuk andil SDM misalnya: modal, bahan baku, dan prosedur. Departemen ini
tidak memutuskan masalah strategi atau perlakuan supervisor terhadap karyawan,
meskipun departemen tersebut jelas-jelas mempengaruhi keduanya.
5. Fungsi Sumber Daya Manusia (SDM)
A. Perencanaan
Perencanaan
adalah kegiatan memperkirakan tentang keadaan tenaga kerja, agar sesuai dengan
kebutuhan organisasi secara efektif dan efisien, dalam membantu terwujudnya
tujuan. Perencanaan adalah untuk menetapkan program kepegawaian yang meliputi
pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan,
kompensasi, integrasi, pemeliharaan, kedisiplinan dan pemberhentian pegawai.
B. Pengorganisasian
Pengorganisasian
adalah kegiatan untuk mengatur pegawai dengan menetapkan pembagian kerja,
hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi, dalam bentuk
bagan organisasi. Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif.
C. Pengarahan dan pengadaan
engarahan
adalah kegiatan memberi petunjuk kepada pegawai, agar mau kerja sama dan
bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan organisasi.
Pengarahan dilakukan oleh pemimpin yang dengan kepemimpinannya akan memberi
arahan kepada pegawai agar mengerjakan semua tugasnya dengan baik. Adapun
pengadaan merupakan proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan
induksi untuk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan.
D. Pengendalian
Pengendalian merupakan
kegiatan mengendalikan pegawai agar menaati peraturan organisasi dan bekerja
sesuai dengan rencana. Bila terdapat penyimpangan diadakan tindakan perbaikan
dan/atau penyempurnaan. Pengendalian pegawai, meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku kerja sama, dan menjaga situasi lingkungan
pekerjaan.
E.
Pengembangan
Pengembangan merupakan proses peningkatan
keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral pegawai melalui pendidikan
dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan hendaknya sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa yang akan datang.
F.
Kompensasi
Kompensasi merupakan pemberian balas jasa
langsung berupa uang atau barang kepada pegawai sebagai imbalan jasa yang
diberikan kepada organisasi. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak. Adil
diartikan sesuai dengan prestasi kerja, sedangkan layak diartikan dapat memenuhi
kebutuhan primer.
C.
Ruang Lingkup Sumber Daya Manusia (SDM)
Pengelolaan SDM berkisar pada upaya mengelola
unsur manusia dengan segala potensi yang dimilikinya seefektif mungkin sehingga
dapat diperoleh sumber daya manusia yang puas (satisfied) dan memuaskan (satisfactory)
bagi organisasi. SDM merupakan bagian dari manajemen yang memfokuskan diri
pada unsur sumber daya manusia. Perhatian ini mencakup fungsi manajerial,
fungsi operasional, dan peran
serta kedudukan sumber daya manusia dalam pencapaian tujuan-tujuan
organisasi secara terpadu.
Lingkup pengelolan SDM meliputi semua aktivitas
yang berhubungan dengan sumber daya manusia dalam organisasi, seperti dikatakan
oleh Russel & Bernandin bahwa: “… all decisions which affect the
workforce concern the organization’s human resource management function. Aktifitas-aktifitas
yang berkaitan dengan manajerial atau pengelolaan SDM ini secara umum mencakup :
(1)
rancangan organiasi,
(2) staffing,
(3)
sistem reward, tunjangan-tunjangan, dan pematuhan/compliance,
(4) manajemen
performansi,
(5)
pengembangan pekerja dan organisasi; dan
(6)
komunikasi dan hubungan masyarakat.
Jadi lingkup manajemen SDM mencakup
kegiatan-kegiatan seperti keterangan yang terurai di atas. Keterlibatan pekerja
dalam kegiatankegiatan seperti itu dirasakan sangat penting. Para manajer harus
berusaha mengintegrasikan kepentingan dari para pekerja dengan kepentingan
organisasi secara keseluruhan.
D.
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Sumber Daya
Manusia (SDM)
Ada tiga prinsip dalam pengelolaan menejemen sumber daya
manusia yaitu:
a. Orientasi pada pelayanan, dengan berupaya
memenuhi kebutuhan dan keinginan sumber daya manusia di mana kecendurungannya sumber
daya manusia yang puas akan selalu berusaha meenuhi kebutuhan dan keinginan
para konsumennya.
b. Membangun kesempatan terhadap sumber daya
manusia untuk berperan aktif dalam perusahaan, dengan tujuan untuk menciptakan
semangat kerja dan memotivasi sumber daya manusia agar mampu penyelesaikan
pekerjaan dengan baik.
c. Mampu menemukan jiwa interpreneur sumber daya
manusia perusahaan, yang mencakup:
1.
Menginkan adanya akses
keseluruh sumber daya manusia perusahaan.
2.
Berorientasi pencapaian
tujuan perusahaan
3.
Motivasi kerja yang
tinggi
4.
Responsif terhadap
penghargaan dari perusahaan
5.
Berpandangan jauh
kedepan
6.
Bekerja secara
terencana, struktur dan sistematis
7.
Bersedia bekerja keras
8.
Mampu menyelesaikan
pekerjaan
9.
Percaya diri yang tinggi
10.
Berani mengambil resiko
11.
Memiliki intuisi bisnis
yang tinggi
12.
Sensitif terhadap situasi dan
kondisi, baik didalam maupun di luar perusahaan
13.
Mampu menjalin hubungan kerja sama
dengan semua pihak yang bersangkutan
14.
Cermat, sabar dan kompromistis
E.
Perkembangan
Konsep dan Teori Sumber Daya Manusia (SDM)
Perspektif teoritis dan praktis tentang SDM
memiliki dasar pijakan yang berbeda. Teoritisi bertolak dari pemikiran logis
yang bersumberkan pada teori-teori manajemen, perpaduan antara literatur dan
pengalaman praktis yang luas cakupannya. Di sisi lain konsep yang dibangun atas
dasar pengalaman teknis manajerial akan cenderung diperkaya oleh pengalaman
praktis, diwarnai oleh apa yang dirasakan dan apa yang diamati dalam manajemen
suatu organisasi. Jika kedua sumber teori di atas dipadukan maka akan
menghasilkan teori SDM yang lebih berdayaguna.
Ada 3 teori/model gaya manajerial menurut
Benardin dan Russel yang pada gilirannya akan mempengaruhi
keputusan-keputusannya dalam mendesain pegawai, membentuk sistem komunikasi,
kontrol, pemberian penghargaan dan lain-lain dalam arena organisasi.
Miles menyebutkan bahwa ada tiga kelompok teori
manajer yaitu: 11
a. Tradisional (Traditional)
b. Hubungan Kemanusiaan (Human Relations
Theory)
c. Sumber Daya Manusia (Human Resources)
Teori-teori manajemen tersebut mengalami
perkembangan yang cukup lama. Dari teori tradisional kemudian menyusul
perkembangan teori human relation dan pada akhirnya terbentuk teori human
resources. Ketiga teori tersebut dipraktekkan dalam berbagai organisasi. Di
dalam ketiga teori tersebut tercermin perilaku manajer yang dipengaruhi oleh
sosioteknik dan interaksi perilaku manusia yang tergabung dalam
organisasi. Para manajer akhirnya memiliki
konsep dan pandangan sesuai dengan teori yang dianutnya. Keistimewaan
teori-teori tersebut adalah memberikan penjelasan
mengenai asumsi-asumsi dasar yang dimiliki
setiap teori. Asumsi dasar tersebut adalah pandangan yang mengarahkan pada
pengambilan sikap manajer ketika menghadapi situasi karyawan yang
berkarateristik tertentu. Dengan demikian arah dari pandangan tersebut pada
gilirannya adalah untuk memandu manajer dalam mengambil keputusan yang tepat
sehubungan dengan situasi yang dihadapi.
F.
Komponen
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tenaga kerja manusia pada dasarnya dibedakan
atas pengusaha, karyawan, dan pemimpin:
a. Pengusaha
Pengusaha adalah setiap orang yang
menginvestasikan
modalnya untuk memperoleh pendapatan dan
besarnya pendapatan
itu tidak menentu tergantung pada laba yang
dicapai perusahaan
tersebut.
b. Karyawan
Karyawan merupakan kekayaan utama suatu perusahaan,
karena tanpa keikutsertaan mereka, aktivitas perusahaan tidak akan terjadi.
Karyawan berperan aktif dalam menetapkan
rencana, sistem, dan
tujuan yang ingin dicapai. Karyawan adalah penjual jasa (pikiran dan
tenaganya) dan
mendapat kompensasi yang besarnya telah
ditetapkan terlebih dahulu. Mereka wajib dan terikat untuk mengerjakan
pekerjaan yang diberikan dan berhak memperoleh kompensasi sesuai dengan
perjanjian. Posisi karyawan dalam suatu perusahaan dibedakan atas
karyawan operasional dan karyawan manajerial
(pimpinan).
1) Karyawan Operasional
Karyawan operasional adalah setiap orang yang
secara langsung harus mengerjakan sendiri pekerjaannya sesuai dengan perintah
atasan.
2) Karyawan Manajerial
Karyawan manajerial adalah setiap orang yang
berhak memerintah bawahannya untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dan
dikerjakan sesuai dengan perintah. Mereka mencapai tujuannya melalui
kegiatan-kegiatan orang lain. karyawan manajerial ini dibedakan atas manajer
lini (first line manager/low manager) dan manajer staf. Dari ketiga
tingkatan manjer yaitu (manajer puncak/top manager, manjer tingkat
menengah/middle manager, dan manajer
lini/ first line manager/low manager.
a) Manajer Lini (first line manager/low
manager)
Manajer lini adalah seorang pemimpin yang
mempunyai wewenang lini (line authority) dan bertanggung jawab langsung
merealisasi tujuan perusahaan.
b) Manajer Staf
Manajer staf adalah pemimpin yang mempunyai
wewenang staf (staff authority) yang hanya berhak memberikan saran dan pelayanan
untuk memperlancar penyelesaian tugas-tuga manajer lini.19
c. Pemimpin atau Manajer
Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan
wewenang dan kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung
jawab atas pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan. Kepemimpinan
adalah gaya seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya, agar mau bekerja sama dan
bekerja efektif sesuai dengan perintahnya. Asas-asas kepemimpinan adalah
bersikap tegas dan rasional, bertindak konsisten dan berlaku adil dan jujur.
H. Kinerja Karyawan
1. Pengertian Kinerja
Istilah kinerja berasal dari kata job
performance dan actual performance yang berartiprestasi kinerja atau
prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang.
Dari sisi etimologis, Badudu merumuskan kinerja (performance)
yang berarti unjuk kerja. Dalam kamus bahasa inggris, kata “performance”
diterjemahkan dalam bahasa indonesia, berarti daya guna melaksanakan
kewajiban atau tugas. Dalam etimologi lainnya, kinerja
diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi
yang diperlihatkan atau kemampuan kerja
Kinerja atau performance adalah hasil
kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi sesuai dengan kewenangan dan tugas tanggung jawab masing-masing
dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson,
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja yaitu:24
a. Kemampuan
b. Motivasi
c. Dukungan yang diterima
d. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan
e. Hubungan mereka dengan organisasi
3. Penilaian Kinerja
Evaluasi kinerja (performance evaluation) dalam
organisasi publik merupakan peranan kunci dalam pengembangan pegawai dan
produktivitas mereka. Evaluasi kinerja pada prinsipnya merupakan manifestasi
dari bentuk penilaian kinerja seorang pegawai dan sekaligus dapat memberikan feedback.Pada
prinsipnya penilaian kinerja adalah merupakan cara pengukuran
kontribusi-kontribusi dari individu dalam intansi yang dilakukan terhadap
organisasi. Nilai penting dari penilaian kinerja adalah menyangkut penentuan
tingkat kontribusi individu atau kinerja yang diekspresikan dalam penyelesaian
tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya
Penilaian kinerja sangat bermanfaat bagi
pertumbuhan organisasi secara keseluruhan. Melalui penilaian tersebut maka
dapat diketahui bagaimana kondisi riil karyawan dilihat dari kinerja. Dengan
demikian data-data
ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan baik
pada level makro organisasi maupun pada level mikro individual.
Pengukuran kinerja merupakan suatu proses
penilaian kemajuan pekerjaan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah
ditentukan. Dalam hal ini penting untuk ditentukan apakah tujuan pengukuran
adalah untuk menilai hasil kinerja (performance outcome) ataukah menilai
perilaku (personality). Pengukuran kinerja paling tidak harus mencakup
tiga variabel penting yang harus dipertimbangkan yaitu: Perilaku output
(produk langsung suatu aktivitas/program) dan outcome
(dampak akivitas). Perilaku hasil dan nilai tambah, merupakan variabel yang
tidak dapat dipisahkan dan saling tergantung satu dengan lainnya.
4. Manajemen Kinerja
Menurut Bacal manajemen kinerja adalah sebagai
proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara
seorang karyawan dan atasan langsung. Menurut Noe, dan kawan-kawan menyebutkan
tiga tujuan manajemen kinerja yaitu:
a. Tujuan Strategi
Tujuan stratejik yang dimaksud adalah hasil yang
akan dicapai, perilaku karyawan, karakteristik pegawai yang dibutuhkan untuk
melaksanakan strategi, mengembangkan pengukuran dan sistem umpan balik terhadap
kinerja pegawai.
b. Tujuan Administratif
Kebanyakan organisasi menggunakan informasi
manajemen kinerja khususnya evaluasi kinerja untuk kepentingan keputusan
administratif, seperti: penggajian, promosi, pemberhentian pegawai.
c. Tujuan Pengembangan
Manajemen kinerja bertujuan mengembangkan
kapasitas pegawai yang berhasil di bidang kerjanya. Pegawai yang tidak
berkinerja baik perlu mendapat pemberdayaan melalui training, penempatan
yang lebih cocok dan sebagainya. Pihak manajemen perlu memahami apa saja yang
menyebabkan pegawai tidak berkinerja baik, apakah faktor skill atau
motivasi, sehingga dapat diambil langkah-langkah perbaikan kinerjanya.
5.
Evaluasi
Kinerja
Evaluasi kinerja merupakan pendapat yang
bersifat evaluatif atas sifat, perilaku seseorang, atau prestasi sebagai dasar
untuk keputusan dan rencana pengembangan personel. 33
Adapun manfaat evaluasi kinerja adalah sebagai
berikut:
a. Meningkatkan prestasi karyawan
b. Standar kompensasi yang layak
c. Penempatan karyawan
d. Pelatihan dan pengembangan
e. Penataan staf.
6. Peningkatan Kinerja
Kemauan keras (azam) ini dapat
menggerakan motifasi bila hasil evaluasi kinerja menunjukkan kinerja seseorang
rendah atau di bawah standar yang telah ditetapkan, maka orang yang
bersangkutan dan atasannya akan segera membuat segala upaya untuk meningkatkan
kinerja tersebut, misalnya dengan bekerja lebih keras dan tekun. Untuk itu,
setiap pekerja perlu menyadari dan memiliki:
a.
Kemampuan tertentu sebagai dasar
untuk mengembangkan lebih lanjut
b.
Keinginan untuk terus belajar dan
meningkatkan kemampuan kerja
c.
Sikap tertarik pada pekerjaan dan
etos kerja yang tinggi
d.
Kenyakinan untuk berhasil
Kemauan keras (azam) ini dapat
menggerakkan motivasi untuk bekerja dengan sungguh-sungguh. Orang-orang yang
berhasil, atau bangsa yang berhasil ialah bangsa yang mau kerja keras, tahan
menderita, tapi berjuang terus memperbaiki nasibnya. Pekerjaan dakwah yang
dilakukan oleh Rasul pun mencerminkan kerja keras, sehingga dapat berhasil
mencapai kejayaannya. Dalam Al-Qur’an Surat Ali Imron Ayat: 159
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah lah
kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekirannya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bemusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekat, maka
bertawakkallah kepada allah. Sesungguhnya allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal. (Q.S Ali Imron Ayat: 159)
7.Kerangka Berfikir
Kerangka pemikiran ini didasarkan pada pengelolaan
sumber daya manusia yang ada di Idea Design Furniture yang berkaitan dengan
meningkatkan kinerja karyawan. Dalam menjalankan pengelolaan tersebut ada
faktor-faktor yang harus dijalankan oleh perusahaan untuk meningkatkan kinerja
karyawan sehingga kinerja karyawan dapat meningkat.
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
I.
Rekrutmen dan Seleksi Sumber Daya Manusia
Diantara beberapa unsur dari pengelolaan sumber
daya manusia yang sangat terkait dengan keberadaan organisasi atau perusahaan
adalah unsur rekrutmen dan seleksi SDM. Untuk lebih memperjelas mengenai
beberapa konsep tentang rekrutmen dan seleksi, berikut ini akan dipaparkan
mengenai kedua hal tersebut.
1.
Rekrutmen
Menurut Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson
(1997:227) rekrutmen antara lain meliputi upaya pencarian sejumlah calon
karyawan yang memenuhi syarat dalam jumlah tertentu sehingga dari mereka
perusahaan dapat menyeleksi orang-orang yang paling tepat untuk mengisi
lowongan pekerjaan yang ada. Sebagai akibatnya rekrutmen tidak hanya menarik
simpati atau minat seseorang untuk bekerja pada perusahaan tersebut, melainkan
juga memperbesar kemungkinan untuk mempertahankan mereka setelah bekerja.
Jadi intinya rekrutmen merupakan usaha yang
dilakukan untuk memperoleh sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam mengisi
jabatan-jabatan terntu yang masih kosong. Selain itu rekrutmen merupakan
usaha-usaha mengatur komposisi sumber daya manusia secara seimbang sesuai dengan
tuntutan melalui penyeleksian yang dilakukan.Melalui rekrutmen organisasi dapat
melakukan komunikasi dengan pihak-pihak tertentu untuk memperoleh sumber daya
manusia yang potensial, sehingga akan banyak pencari kerja dapat mengenal dan
mengetahui organisasi yang pada akhirnya akan memutuskan kepastian atau
tidaknya dalam bekerja. Dengan rekrutmen diharapkan pencari kerja yang
berkualitas tinggi akan mengetahui adanya kesempatan kerja. Selain itu perlu
juga diusahakan adanya kesan dan image yang positif mengenai organisasi dengan
memberikan informasi yang cukup mengenai pekerjaan sehingga percari kerja dapat
mempertimbangkan minat dan kualifikasinya
Menurut Umi Sukamti (1989), dalam proses
rekrutmen terdiri dari dua fase, yaitu: (a) untuk memonitor perubahan
lingkungan dan organisasi yang menimbulkan kebutuhan sumber daya manusia baru,
dan menetapkan pekerjaan-pekerjaan yang harus diisi dan tipe-tipe pelamar yang
diperlukan;
(b) untuk menyebarluaskan kepada pelamar yang
potensial bahwa ada lowongan pekerjaan, sehingga menarik pelamar yang
bersangkutan dan menyisihkan Lebih lanjut Randall S. Schuler dan Susan E.
Jackson (1997:227) menjelaskan bahwa kegiatan kunci yang merupakan bagian dari
rekrutmen adalah
1. menentukan kebutuhan
jangka pendek dan jangka panjang perusahaan dalam hal jenis pekerjaan (job
title) dan levelnya dalam perusahaan;
2.
terus berupaya
mendapatkan informasi mengenai perkembangan kondisi pasar tenaga kerja;
3. menyusun bahan-bahan rekrutmen yang efektif;
4. menyusun program rekrutmen yang sistematis dan
terpadu yang berhubungan dengan kegiatan sumber daya manusia lain dan dengan
kerja sama antara manajer lini dan karyawan;
5.
mendapatkan pool calon
karyawan yang berbobot atau memenuhi syarat;
6.
mencatat kualitas dan
jumlah pelamar dari berbagai sumber dan masing-masing metode rekrutmennya; dan \
7.
melakukan tindak lanjut
terhadap para calon karyawan baik yang diterima maupun yang ditolak, guna
mengevaluasi efektif tidaknya rekrutmen yang dilakukan. Dan yang paling penting
semua kegiatan ini harus dilakukan sesuai konteks hukum yang berlaku.
suatu pool yang berisikan para calon karyawan
yang memenuhi syarat yang kemungkinan besar akan terpilih dan ditempatkan.
Meskipun demikian, ternyata dalam kenyataannya rekrutmen belum tentu berhasil
dengan baik, hal ini sangat terkait dengan berbagai kendala yang dihadapi.
Menurut Sondang P. Siagaan (1999) berbagai kendala yang dihadapi menurut
berbagai penelitian dan pengalaman banyak orang dalam hal rekrutmen menunjukkan
bahwa kendala yang biasa dihadapi itu dapat mengambil tiga bentuk, yaitu
kendala yang bersumber dari organisasi yang bersangkutan sendiri, kebiasaan
bersumber dari lingkungan di mana organisasi
bergerak.
Lebih
jelasnya, ketiga faktor tersebut dapat digambarkan pada tabel di bawah ini:
Faktor Organisasional |
Kebiasaan Pencari Tenaga Kerja |
Kondisi Eksternal (Lingkungan) |
1. Kebijaksanaan Promosi dari dalam. 2. Kebijaksanaan tentang imbalan, yang tergantung pada: 3. Kepentingan para anggota organisasi. 4. Kemampuan organisasi yang bersangkutan. 5. Keharusan mentaati berbagai peraturan perundangan. 6. Pertimbangan lokasi. 7. Kebijaksanaan tentang status kepegawaian. 8. Rencana sumber daya manusia. |
Pada satuan kerja yang mengelola sumber daya manusia biasanya
ada tenaga spesialis yang terdiri dari sekelompok orang yang
tugasnya adalah melakukan rekrutmen. Tenaga spesialis ini mempunyai dua segi:
1. Segi Positifnya, yaitu proses rekrutmen dapat berlangsung
dengan cepat karena pengetahuan dan pengalamannya mengenai yang dibutuhkan. 2. Segi negatipnya, yaitu kecenderungan untuk berbuat kesalahan dalam merekrut pegawai bila tidak berpengaruh pada organisasi dan juga sikap yang sering menganggap enteng terhadap usaha rekrutmen, khususnya berkaitan dengan persyaratan kuantitas pelamar. |
1. Tingkat pengangguran. 2. Kedudukan organisasi pencari tenaga kerja terhadap
organisasi/ perusahaan lain yang bergerak pada bidang yang sama dan
menghasilkan produk sejenis. 3. Langka tidaknya keahlian atau ketrampilan tertentu. 4. Proyeksi angkatan kerja pada umumnya. 5. Peraturan perundangundangan di bidang ketenagakerjaan. 6. Praktek rekrutmen oleh organisasi lain. 7. Tuntutan tugas yang kelak akan dikerjakan oleh para pekerja
baru itu, yang menyangkut: persyaratan khusus, pengalaman kerja sebelumnya,
tenaga, waktu dan biaya yang besar, persepsi terhadap imbalan, dan juga tenaga kerja yang telah terekrut ternyata yang ditetapkan. |
Sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya bahwa rekrutmen dimaksudkan untuk mendapatkan calon
karyawan yang memenuhi syarat. Oleh karena itu proses rekrutmen hendaknya perlu
memperhatikan sumber-sumber yang dapat dijadikan wahananya, yaitu meliputi
sumber internal dan sumber eksternal. Menurut Randall S. Schuler dan Susan E.
Jackson (1997) sumber-sumber
dan metode tersebut
adalah:
a.
Sumber internal. Sumber-sumber internal meliputi karyawan yang ada
sekarang yang dapat dicalonkan untuk dipromosikan, dipindahtugaskan atau
dirotasi tugasnya, serta mantan karyawan yang bisa dikaryakan dan dipanggil
kembali. Adapun metode yang dapat digunakan adalah dengan menempelkan
pemberitahuan pada papan pengumuman, pengumuman lisan, penelitian riwayat kerja
karyawan (personnel records), penelitian daftar promosi berdasarkan kinerja,
melakukan pemeringkatan dari kegiatan penilaian, melakukan pengecekan daftar
senioritas, dan melihat daftar yang dibuat menurut ketrampilan pada Sistem
Informasi Sumber Daya Manusia perusahaan. Itu semua dapat dilakukan dengan
membuat job posting dan daftar ketrampilan (skill inventories).
b.
Sumber eksternal, adalah sumber untuk mendapatkan karyawan
tertentu. sumber yang dapat dilakukan adalah dengan program referal karyawan,
yaitu iklan secara lisan, di mana sejumlah pelamar mencalonkan diri dengan
mendatangi langsung bagian rekrutmen di perusahaan tersebut melalui perusahaan
lain; melaui biro bantuan sementara; melalui asosiasi dan serikat dagang;
sekolah, WNA (warga negara asing). Adapun metode yang dapat digunakan adalah
melalui iklan radio dan televisi, iklan di koran dan jurnal perdagangan,
&RPSXWHUL]HGService Listings, akuisisi dan merger, open house, rekrutmen
berdasarkan kontrak (contract recruiting), Contingent Workforce Recruiting
(perekrutan tenaga kerja sementara). Selain melalui metode yang telah
disebutkan oleh Randall S. Schuler dan Susan E. Jacson tersebut, Sondang P.
Siagian (1999) juga menambahkan berbagai sumber metode yaitu melalui perusahaan
pencari tenaga kerja profesional, organisasi profesi, dan balai latihan kerja
milik pemerintah. Untuk mendukung suatu rekrutmen agar dapat berjalan dengan
baik maka perlu adanya legalisasi hukum. Hal ini untuk memberikan jaminan
perlindungan bagi perusahaan atau organisasi yang melakukan rekrutmen maupun
bagi calon pelamar, khususnya berkaitan dengan asas keadilan. Oleh karena itu
di Indonesia pun, masalah undang-undang ketenagakerjaan ini telah dibuat
sebagai upaya untuk melindungi hak-hak dan kewajiban pekerja. Untuk lebih
memperjelas hubungan pada aspek rekrutmen dalam pengelolaan sumber daya manusia
dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 1:
Sumber: dari Randall S.
Schuler dan Susan E. Jackson (1997).
Manajemen Erlangga, hal.
231
Berdasarkan gambaran di
atas dan penjelasan sebelumnya, ada beberapa aspek penting yang merupakan
bagian dari rekrutmen, antara lain berupa penetapan kebutuhan sumber daya
manusia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dan aspek lainnya
Randall (1987:125) esensi dari efektivitas rekrutmen adalah membantu lembaga
dalam memperoleh tujuan umum yang meliputi produktivitas kerja, kualitas
kehidupan kerja, dan kepatuhan kerja.
2. Seleksi
Proses seleksi merupakan
salah satu bagian yang terpenting dalam keseluruhan proses manajemen sumber
daya manusia. Pernyataan ini didasarkan pada suatu alasan bahwa suatu
organisasi ataupun perusahaan akan mendapatkan sejumlah pegawai yang tergantung
pada cermat tidaknya proses seleksi ini dilakukan. Dan proses seleksi ini
merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dengan rekrutmen.
Menurut Umi Sukamti
(1989:153 suatu proses penetapan pelamar)yang mana diantara mereka direkrut dengan
melalui pertimbangan persyaratan-persyaratan untuk dapat diterima dalam
melakukan pekerjaan dengan baik.
Sedangkan menurut
Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson (1997), yang mengaitkan seleksi dan
penempatan menyebutkan bahwa seleksi adalah proses mendapatkan dan
mempergunakan informasi mengenai pelamar kerja untuk menentukan siapa yang
seharusnya diterima menduduki posisi jangka pendek dan jangka panjang.
Penempatan (placement) berkaitan dengan pencocokan seseorang dengan jabatan
yang akan dipegangnya, berdasarkan pada kebutuhan jabatan dan pengetahuan,
ketrampilan, kemampuan, preferensi, dan kepribadian karyawan tersebut.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dipahami bahwa seleksi merupakan salah satu cara yang dilakukan
organisasi atau perusahaan untuk melihat kesesuaian atau tidaknya antara
individu, pekerjaan, organisasi, dan lingkungan. Oleh karena itu, prosedur
seleksi yang cermat dan penempatan yang sesuai adalah merupakan esensi dari
pengelolaan sumber daya manusia dalam suatu perusahaan atau organisasi. Jikalau
dilakukan dengan baik, niscaya prosedur ini akan menjamin bahwa sebuah
perusahaan atau organisasi mempunyai karyawan yang dapat menjalankan tugasnya
dengan baik dan menghasilkan produktivitas yang tinggi. Namun demikian, dalam
proses seleksi menurut Sondang P. Siagian (1999:133) ada empat macam tantangan
yang perlu diperhatikan dan dihadapi oleh para petugas seleksi dalam menentukan
jenis dan langkah-langkah dalam proses seleksi, yaitu: penawaran tenaga kerja,
tantangan etis, tantangan organisasional, dan kesamaan kesempatan memperoleh
pekerjaan.
Lebih lanjut (Sondang P.
Siagian, 1999:133) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam proses seleksi
minimal ada delapan langkah, yaitu:
a. penerimaan surat lamaran,
b.
penyelenggaraan ujian,
c.
wawancara seleksi,
d.
pengecekan latar
belakang pelamar dan surat-surat referensinya,
e.
evaluasi kesehatan,
f.
wawancara oleh manajer
yang akan menjadi atasan langsungnya,
g.
pengenalan pekerjaan,
dan
h. keputusan
atas lamaran
Sedangkan tentang isi
langkah-langkah seleksi, menurut
yang didasarkan pada
hasil riset tentang reaksi pelamar dalam prosedur seleksi menunjukkan bahwa
pelamar lebih menyukai proses yang melibatkan mereka dalam kegiatan yang
benar-benar berkaitan dengan lowongan pekerjaan. Bagi pelamar, simulasi dan
contoh kerja biasanya dianggap lebih relevan daripada tes kognitif tertulis dan
analisis tulisan tangan misalnya, dan mungkin karena alasan ini, pelamar
menganggap cara seperti itu lebih adil. Pelamar mungkin bereaksi negatif
terhadap wawancara yang dilakukan secara buruk. Pertanyaan diskriminatif atau
menyerang jelas menimbulkan kesan negatif. Demikian juga pertanyaan dangkal dan
tak berkaitan dengan masalahnya.
Untuk itulah dalam upaya
mendapatkan berbagai informasi untuk meramalkan performasi, organisasi
seharusnya mengupayakan berbagai alat seleksi dari yang biasa dipakai dan yang
tidak biasa dipakai. Dalam hal ini menurut Umi Sukamti (1989:164) ada empat standar
yang dapat digunakan organisasi dalam proses seleksi, yaitu: (a) relevansi,
yaitu sejauhmana alat seleksi dapat mencerminkan sampel yang representatif dari
pekerjaan; (b) reliabilitas, yaitu
sejauhmana suatu alat
seleksi memberikan hasil yang sama apabila dipakai dalam waktu yang tidak sama
atau oleh orang yang berbeda; (c) validitas, yaitu hubungan statis antara
skor-skor pada alat seleksi dengan kriteria atau ukuran performasi pekerjaan;
dan (d) faktor keadilan, yaitu setiap alat seleksi harus dinilai standar
keadilannya yang mana kecenderungan alat ini memperlakukan dan memberi
kesempatan sama kepada semua pelamar untuk mendapatkan
pekerjaan.
Dari berbagai penjelasan
dan konsep mengenai seleksi tersebut, apabila dilakukan dengan prosedur yang
benar dan didukung dengan alat seleksi yang tepat dan akurat, sudah barang
tetentu kualifikasi sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh setiap organisasi
akan dapat terpenuhi. Karena prosedur yang benar dalam melakukan seleksi ini
akan mempunyai dampak positif bukan saja bagi perusahaan tetapi juga bagi para
pelamar pekerjaan yang diseleksi.
Bagi
perusahaan keuntungan yang dapat diperoleh adalah mudah untuk menentukan
kualifikasi pelamar yang dinyakan lolos seleksi.Sedangkan keuntungan bagi para
pelamar adalah dapat merasa puas dan tidak menimbulkan kecurigaan-kecurigaan
dalam proses seleksi. Pelamar akan merasakan adanya sikap dan tindakan yang fair
dari perusahaan atau organisasi penyelenggara seleksi, sehingga apabila pelamar
mengalami kegagalan dalam seleksi, mereka akan dapat merasakan “kepuasan” atau
paling tidak dapat mengadakan introspeksi diri bahwa mereka belum dapat
memenuhi standar yang ditentukan oleh perusahaan atau organisasi untuk bekerja.
Sedangkan bagi para pelamar yang dapat lolos dalam seleksi, tentunya mereka
diharapkan dapat bekerja sesuai dengan job spesifikasinya masing-masing yang
pada akhirnya dapat menampilkan seluruh
potensi yang dimilikinya, baik itu berupa pengetahuan, kemampuan, ketrampilan,
minat, kesukaan, dan kepribadiannya bagi kepentingan dan tujuan perusahaan atau
organisasi tempat mereka bekerja.
J. Kesimpulan
Setelah mencermati latar
belakang permasalahan dan pembahasan mengenai pengelolaan sumber daya manusia,
khususnya yang berkenaan dengan aspek rekrutmen dan seleksi, maka penulis dapat
menarik beberapa kesimpulan:
1.
Pengelolaan sumber daya
manusia adalah merupakan aspek yang sangat penting dalam proses pendidikan
secara umum. Oleh karena itu fungsi-fungsi dalam pengelolaan sumber daya
manusia harus dilaksanakan secara optimal sehingga kebutuhan yang menyangkut
tujuan individu, perusahaan, organisasi ataupun kelembagaan dapat tercapai.
Disamping itu dengan prosedur pengelolaan sumber daya manusia yang baik
diharapkan kekurangan dan problem yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, yaitu
yang terkait dengan kemampuan daya saing dapat teratasi.
2.
Rekrutmen yang merupakan
upaya untuk menghasilkan suatu pool pelamar kerja untuk ditempatkan pada posisi
pekerjaan yang lowong diperoleh melalui sumber eksternal maupun internal.
Rekrutmen harus diupayakan untuk dapat memenuhi kebutuhan perusahaan, individu
pelamar dan masyarakat. Kebutuhan individu dalam rekrutmen ini mempunyai dua
aspek, yaitu menarik calon pelamar dan mempertahankan karyawan yang diinginkan.
Untuk melakukan rekrutmen hendaknya perusahaan benar-benar mempertimbangkan
pelamar yang benar-benar memiliki potensi yang unggul dan memenuhi persyaratan
serta harus disesuaikan dengan jumlah yang diperlukan sehingga orang yang
terpilih benar-benar sesuai dengan pekerjaanya.
3.
Seleksi yang dilakukan
oleh perusahaan, organisasi ataupun lembaga tertentu harus dapat dipastikan
bahwa sumber daya manusia yang terseleksi tersebut adalah orang yang mampu
memenuhi kebutuhan kerja dan dapat bekerja di perusahaan. Oleh karena itu,
perusahaan ingin menyesuaikan antara kebutuhan pelamar dan imbalan yang
ditawarkan menurut kualitas kerja dan konteks perusahaan. Untuk menyesuaikan
pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan seseorang terhadap kebutuhan kerja dan
untuk menyesuaikan kepribadian, minat, dan kesukaan seseorang dengan kerja dan
karakteristik perusahaan maka perusahaan harus mampu mengumpulkan informasi
tentang para pelamar. Dengan informasi yang jelas tersebut perusahaan dapat
melakukan penempatan pelamar sesuai dengan kemampuan, pengetahuan dan
ketrampilannya atau dapat dikatakan bahwa perusahaan akan dapat menentukan pelamar
sesuai dengan job spesifikasinya yang pada akhirnya akan mampu memberikan
konstribusi positif bagi produktifitas perusahaan.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
https://www.google.co.id/url?q=https://media.neliti.com/media/publications/61059-ID-pengelolaan
-sumber-daya-manusia-tinjauan.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwjf-MDWm_zyAhXFisKHX2oDcUQFnoECAcQAg&usg=AOvVaw0ikFMCmOwmGBa7bgoSt0u5
2.
Sukamti, Umi. (1989). Management
Personalia/Sumber Daya Manusia. Jakarta: P2LPTK Dikti
Depdikbud.
3.
Suyanto dan Hisyam, Djihad. (2000). Refleksi
Dan Reformasi Pendidikan Di Indonesia Memasuki Milenium III,
Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa.
Mapping Map
Abstrak
Pengelolaan sumber daya manusia adalah merupakan aspek
yang sangat penting dalam proses
pendidikan secara umum. Oleh karena itu fungsi – fungsi dalam pengelolaan
sumber daya manusia harus dilaksanakan secara optimal sehingga kebutuhan yang
menyangkut tujuan individu, perusahaan, organisasi ataupun kelembagaan dapat
tercapai. Disamping itu dengan prosedur pengelolaan sumber daya manusia yang
baik diharapkan kekurangan dan problem yang dihadapi oleh bangsa Indonesia,
yaitu yang terkait dengn kemampuan daya saing dapat teratasi.
Suatu bukti bahwa bangsa Indonesia belum siap untuk
bersaing dalam dunia global dapat dilihat dari kemampuan daya saing sumber daya
manusianya. Tenaga global dapat dilihat dari kemampuan daya saing sumber daya
manusianya. Tenaga ahli kita belum cukup memadai untuk bersaing di tingkat
global. Dilihat dari pendidikannya, angkatan kerja kita saat ini sungguh
memperhatikan. Sebagian besar angkatan kerja ( 53 % ) tidak berpendidikan.
Mereka yang berpendidikan dasar
sebanyak 34% berpendidikan menengah 11%, dan yang berpendidikan tinggi
(universitas) hanya 2%. Padahal tuntutan dari dunia kerja pada akhir
pembangunan pada jangka panjang II nanti mengharuskan angkatan kerja kita
berpendidikan. Dari angkatan kerja yang ada hanya 11% saja yang tidak
berpendidikan; 52% berpendidikan dasar; 32% berpendidikan menengah; dan 5% dari
angkatan kerja harus telah berpendidikan universitas.
Kata
kunci: Sumber Daya Manusia, Pendidikan.
A. Pendahuluan
Era
globalisasi adalah era yang sedang dihadapi oleh setiap bangsa pada saat ini
dan merupakan era di mana dunia menjadi terbuka dan ini menuntut kesiapan
sumber daya manusia untuk saat akan sampai kepada setiap bangsa di dunia, tidak
terkecuali di dalam era global tersebut menuntut kesiapan suatu bangsa dalam
untuk mempersiapkan sumber daya manusianya, khususnya diselenggarakan oleh
pemerintah Indonesia saat ini, perlu kiranya yang mampu menghasilkan sumber
daya manusia Indonesia untuk salah satu upaya untuk mempersiapkan sumber daya
manusia yang unggul ini adalah ditempuh melalui pendidikan, maka sudah barang
tentu bangsa Indonesia akan selalu tertinggal dengan digalakkan saat ini,
sebagai wahana untuk mempersiapkan sumber daya manusia.
Suatu bukti bahwa bangsa Indonesia masih
belum siap untuk bersaing dalam dunia global dapat dilihat dari kemampuan daya
saing sumber daya manusianya, sebagaimana dikemukakan oleh Boediono (1997:82)
dalam Suyanto dan Hisyam (2000:3) yang menyatakan bahwa berbicara kemampuan
sebagai bangsa, tampaknya kita belum siap benar menghadapi persaingan pada
milenium ketiga. Tenaga ahli kita belum cukup memadai untuk bersaing di tingkat
global. Dilihat dari pendidikannya, angkatan kerja kita saat ini sungguh
memprihatinkan. Sebagian besar angkatan kerja (53%) tidak berpendidikan. Mereka
yang berpendidikan dasar sebanyak 34%, berpendidikan menengah 11%, dan yang
berpendidikan tinggi (universitas) hanya 2%. Padahal tuntutan dari dunia kerja
pada akhir pembangunan pada jangka panjang II nanti mengharuskan angkatan kerja
kita berpendidikan. Dari angkatan kerja yang ada hanya 11% saja yang tidak
berpendidikan; 52% berpendidikan dasar; 32% berpendidikan menengah; dan 5% dari
angkatan kerja harus telah berpendidikan universitas. Bahkan lebih khusus,
Suyanto dan Hisyam (2000) menyatakan bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM)
kita masih rendah. Oleh karena itu, sebenarnya kita patut khawatir terhadap
kemampuan bersaing SDM kita dalam era globalisasi dalam milenium ketiga nanti.
Menurut data yang dipublikasikan oleh United Nation Development Report
Programme (UNDP) yang diberi judul Human Development Report 1996, kualitas SDM
kita berada pada posisi memprihatinkan. Laporan UNDP itu memuat angka indeks
kualitas SDM (Human 'HYHORSPHQW,QGH[+',
dari 174 negara di
dunia. Hasil laporan itu sangat mengejutkan dan memprihatinkan, yaitu Indonesia
berada pada peringkat 102. Dapat dibayangkan betapa rendahnya daya saing
Indonesia untuk memperoleh posisi kerja yang baik dalam era global. Pada tahun
1999, daya saing bangsa Indonesia tentu lebih jelek lagi. Hal ini terjadi
sebagai akibat adanya krisis ekonomi dan politik yang sampai saat ini kita
tidak pernah tahu kapan krisis itu akan berakhir. Kondisi di atas, memberikan
informasi kepada kita bahwa secara tegas pendidikan yang sedang dilaksanakan
oleh bangsa Indonesia perlu dioptimalkan, khususnya yang menyangkut pengelolaan
sumber daya manusianya. Pengelolaan sumber daya manusia ini merupakan aspek
yang sangat penting untuk menunjang keberlangsungan suatu bangsa dalam dataran
makro dan organisasi atau lembaga dalam dataran mikro. Dalam setting organisasi
atau perusahaan, suatu pengelolaan sumber daya manusia perlu diarahkan pada
suatu model yang dapat menarik seluruh potensi sumber daya manusia tersebut
bagi kepentingan organisasi atau dengan kata lain pengelolaan sumber daya
manusia harus dapat diarahkan pada upaya yang mampu menggali potensi SDM agar
dapat memberikan kontribusi yang positif bagi perusahaan atau organisasi. Pada
kenyataannya pula pengelolaan ditingkat
mikro, khususnya yang dilakukan oleh lembaga pemerintah (negeri) seringkali
terjadi perbedaan dengan yang dilakukan oleh pihak swasta. Ini memberikan
indikasi bahwa dalam pengelolaan sumber daya manusia di Indonesia secara ideal
belum mempunyai standar yang jelas. Bahwa untuk mengelola sumber daya manusia,
khususnya yang dapat diarahkan untuk dapat memberikan kontribusi positif bagi
lembaga atau perusahaan, maka perlu dilakukan standarisasi yang jelas.
Standarisasi pengelolaan sumber daya manusia inilah yang nampaknya menjadi
permasalahan yang dihadapi oleh setiap lembaga, organisasi atau perusahaan saat
ini. Disamping itu masalah etika dalam mengelola sumber daya manusia ini perlu
dikedepankan agar tidak menimbulkan efek negatif bagi masyarakat. Namun
demikian, karena aspek yang ada dalam pengelolaan sumber daya manusia ini cukup
banyak, yaitu mencakup proses perencanaan, rekrutmen, seleksi, induksi,
penilaian, pengembangan, kompensasi, bargaining, keamanan, kontinuitas dan
informasi maka penulis mencoba membatasinya pembahasan masalah pada aspek
rekrutmen dan seleksi saja. Dalam hal rekrutmen, masalah yang sangat mendasar
yang dihadapi oleh banyak organisasi, lembaga atau perusahaan adalah bagaimana
menarik para pelamar atau peminat pekerjaan agar dapat bekerja secara optimal
dalam perusahaan, bahkan lebih dari itu para pekerja nantinya dapat menopang
keberlangsungan organisasi, lembaga atau perusahaan dimana mereka bekerja
bahkan setelah mereka bekerja. Karena kenyataannya rekrutmen yang banyak
dilakukan oleh lembaga, perusahaan dan organisasi tertentu cenderung hanya pada
taraf pendaftaran atau registration yang diharapkan tidak berhasil didapatkan.
Belum lagi proses rekrutmen dan seleksi yang dilakukan perusahaan kadangkala
justru mengabaikan aspek etika dalam melakukan rekrutmen dan seleksi. Suatu
bukti yang menarik dan aktual di era reformasi pada bangsa Indonesia, adalah
kecenderungan pada setiap rekrutmen dan seleksi pegawai, baik pada instansi
pemerintah maupun swasta, yang masih mengunakan prinsip kolusi, korupsi, dan
nepotisme (KKN). Bahkan prinsip utama rekrutmen dan seleksi, yang menuntut yang
seringkali harus rela dan “digagalkan” untuk bekerja karena tidak berani
membayar dengan mahal. Ini berarti bahwa uang cukup memainkan peran yang tinggi
dalam proses rekrutmen dan seleksi pada segmen organisasi, perusahaan atau
lembaga apapun di Indonesia. Kalau pun ada perusahaan, lembaga atau organisasi
yang bersih dari praktek KKN dan “main uang” di Indonesia saat ini tentu
persentasenya sangat kecil, bahkan hampir tidak ada. Hal ini sangat “naif”
sekali bila dikembalikan pada semangat reformasi yang akan berupaya menghapus
KKN, tetapi pada kenyataannya justru praktek tersebut masih berjalan dengan
subur. Sebagai akibatnya kualitas kinerja perusahaan juga rendah dan tidak
mempunyai kemampuan daya saing dengan perusahaan lainnya, apalagi dengan
perusahaan yang sudah ERQDÀW, demikian pula dalam scope pengelolaan sumber daya
manusia secara makro. Ini menunjukkan bahwa pendidikan yang dilakukan di
Indonesia belum mampu memberikan landasan yang kuat bagi proses penanaman
nilai-nilai luhur bagi sumber daya manusia Indonesia. Namun demikian dalam
makalah ini penulis tidak akan mengarahkan pembahasan paper ini pada suatu
kondisi obyektif, misalnya perusahaan atau lembaga pendidikan tertentu, dengan
alasan agar paper ini dapat menjadi memerlukannya. Untuk
itulah dalam makalah singkat ini penulis hanya akan mencoba vcmembahas mengenai
pengelolaan sumber daya manusia secara umum, tinjauan mengenai rekrutmen dan
seleksi dan diakhiri dengan kesimpulan.
B. Pengelolaan Sumber Daya Manusia
(SDM)
1.
Pengertian
Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu
faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan di samping faktor yang lain
seperti modal. Oleh karena itu, SDM harus dikelola dengan baik untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi, ini adalah salah satu fungsi
dalam perusahaan yang dikenal dengan manajemen sumber daya manusia (MSDM).
Manajemen sumber daya manusia yang sering juga
disebut dengan manajemen personalia oleh para penulis didefinisikan secara
berbeda. Beberapa di antaranya adalah:
Human resource management (HRM) may be defined as
programs, policies, and practices for managing an organization’s work force.1
Menurut H. Hadari Nawawi yang dimaksudkan sebagai pengertian SDM adalah
meliputi tiga yaitu:
a. Sumber
daya manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi
(disebut juga personil, tenaga kerja, pegawai atau karyawan).
b. Sumber
daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam
mewujudkan eksistensinya.
c. Sumber
daya manusia adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai modal
(non material/non finansial) di dalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan
menjadi potensi nyata
(real)
secara fisik dan non-fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi.2 Berdasarkan
definisi manajemen SDM di atas adalah keseluruhan penentuan dan pelaksanaan
berbagai aktivitas, policy, dan program yang bertujuan untuk mendapatkan tenaga
kerja, pengembangan, dan pemeliharaan dalam usaha meningkatkan dukungannya
terhadap peningkatan efektivitas organisasi dengan cara yang secara etis dan
sosial dapat dipertanggungjawabkan. Secara etis dan sosial dapat
dipertanggungjawabkan artinya semua aktivitas dilakukan dengan tidak
bertentangan dengan norma-norma dalam masyarakat yang berlaku.
2.
Fungsi
Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Pengelolaan
sumber daya manusia pada dasarnya merupakan deskripsi dari administrasi atau
manajemen pendidikan dengan setting proses administrasi atau manajemen
pendidikan yang didesain untuk saling berkaitan antara tujuan individu maupun
organisasi. Menurut Castetter (1981:3) proses administrasi atau manajemen
tersebut meliputi planning, recruitment, selection, induction, appraisal,
development, compensation, bargaining, security, continuity, and information.
Sedangkan Randall (1987:29) fungsi-fungsi tersebut ke dalam proses sumber daya
manusia yang meliputi training”.
Dari manusia di atas dapat dipahami
bahwa suatu pengelolaan sumber daya manusia merupakan suatu proses yang
berhubungan dengan implementasi indikator fungsi-fungsi pengelolaan atau
manajemen yang berperan penting dan efektif dalam menunjang tercapainya tujuan
individu, lembaga, maupun organisasi atau perusahaan.
Bagi
suatu organisasi, pengelolaan sumber daya manusia menyangkut keseluruhan urusan
organisasi dan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu seluruh komponen atau
unsur yang ada di memfokuskan pada perencanaan yang menyangkut penyusunan
staff, penetapan program latihan jabatan dan lain sebagainya. Hal ini perlu
dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan jangka pendek dan jangka panjang
dari suatu organisasi tersebut, khususnya yang menyangkut kesiapan sumber daya
manusianya. Alasan lainnya adalah bahwa suatu pengelolaan sumber daya manusia
dalam suatu organisasi tidak dapat terlepas dari lingkungan internal maupun
eksternal, yang pada suatu saat akan dapat mempengaruhi keberadaan organisasi
tersebut.
3.
Peranan
Pengelola Sumber Daya Manusia (SDM)
Sering
kurang dipahami, dalam arti yang sesungguhnya, bahwa setiap pimpinan dalam
suatu organisasi merupakan manajer sumber daya manusia. Artinya, para manajer
harus terlibat dalam mengambil berbagai langkah dan kegiatan manajemen sumber
daya manusia, mulai dari perencanaan ketenagakerjaan hingga pensiunan pegawai.
Biasanya dalam suatu
organisasi dibentuk satuan kerja yang melakukan kegiatan pengelolaan sumber
daya manusia yang secara fungsional bertanggung jawab dalam melakukan berbagai
kegiatan dan mengambil berbagai langkah dalam menajemen sumber daya manusia.
Terdapat dua alasan kuat mengapa satuan kerja fungsional demikian perlu dibentuk.
Pertama, meskipun benar bahwa setiap manajer adalah juga manajer sumber daya
manusia, secara operasional manajer yang bersangkutan diserahi tugas dan
tanggung jawab melaksanakan kegiatankegiatan lain, baik yang sifatnya tugas
pokok maupun tugas penunjang sehingga perhatian utamanya ditujukan kepada
tanggung jawab fungsional itu. Kedua, dewasa ini manajemen sumber daya manusia
mutlak perlu ditangani secara profesional oleh tenaga-tenaga spesialis karena
hanya dengan demikianlah manajemen sumber daya manusia yang sangat kompleks itu
dapat ditangani dengan baik. Berarti satuan kerja yang mengelola sumber daya
manusia menerima pendelegasian tugas dari para manajer yang memimpin
satuan-satuan kerja lainya.
4. Tujuan Sumber Daya Manusia (SDM)
Dengan memahami fungsi manajemen SDM akan memudahkan dalam
mengidentifikasikan tujuan manajemen SDM. Tujuan yang hendak dicapai adalah
manfaat apa yang akan diperoleh dengan penerapan manajemen SDM dalam suatu
perusahaan. Tujuan manajemen SDM ialah meningkatkan kontribusi produktif
orang-orang yang ada dalam perusahaan melalui sejumlah cara yang bertanggung
jawab secara strategis, etis, dan sosial. Tujuan ini menuntun studi dan praktik
manajemen SDM yang umumnya juga dikenal sebagai manajemen personalia. Studi
manajemen menguraikan upaya-upaya yang terkait dengan SDM, manajer operasional
dan memperlihatkan bagaimana para profesional personalia memberikan adil
terhadap upayaupaya ini.
SDM
memengaruhi keberhasilan setiap perusahaan atau organisasi. Meningkatkan andil
manusia sangat penting, sehingga seluruh perusahaan membentuk departemen SDM.
Dikatakan penting karena departemen SDM tidak mengontrol banyak faktor yang
membentuk andil SDM misalnya: modal, bahan baku, dan prosedur. Departemen ini
tidak memutuskan masalah strategi atau perlakuan supervisor terhadap karyawan,
meskipun departemen tersebut jelas-jelas mempengaruhi keduanya.
5. Fungsi Sumber Daya Manusia (SDM)
A. Perencanaan
Perencanaan
adalah kegiatan memperkirakan tentang keadaan tenaga kerja, agar sesuai dengan
kebutuhan organisasi secara efektif dan efisien, dalam membantu terwujudnya
tujuan. Perencanaan adalah untuk menetapkan program kepegawaian yang meliputi
pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan,
kompensasi, integrasi, pemeliharaan, kedisiplinan dan pemberhentian pegawai.
B. Pengorganisasian
Pengorganisasian
adalah kegiatan untuk mengatur pegawai dengan menetapkan pembagian kerja,
hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi, dalam bentuk
bagan organisasi. Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif.
C. Pengarahan dan pengadaan
engarahan
adalah kegiatan memberi petunjuk kepada pegawai, agar mau kerja sama dan
bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan organisasi.
Pengarahan dilakukan oleh pemimpin yang dengan kepemimpinannya akan memberi
arahan kepada pegawai agar mengerjakan semua tugasnya dengan baik. Adapun
pengadaan merupakan proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan
induksi untuk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan.
D. Pengendalian
Pengendalian merupakan
kegiatan mengendalikan pegawai agar menaati peraturan organisasi dan bekerja
sesuai dengan rencana. Bila terdapat penyimpangan diadakan tindakan perbaikan
dan/atau penyempurnaan. Pengendalian pegawai, meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku kerja sama, dan menjaga situasi lingkungan
pekerjaan.
E.
Pengembangan
Pengembangan merupakan proses peningkatan
keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral pegawai melalui pendidikan
dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan hendaknya sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa yang akan datang.
F.
Kompensasi
Kompensasi merupakan pemberian balas jasa
langsung berupa uang atau barang kepada pegawai sebagai imbalan jasa yang
diberikan kepada organisasi. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak. Adil
diartikan sesuai dengan prestasi kerja, sedangkan layak diartikan dapat memenuhi
kebutuhan primer.
C.
Ruang Lingkup Sumber Daya Manusia (SDM)
Pengelolaan SDM berkisar pada upaya mengelola
unsur manusia dengan segala potensi yang dimilikinya seefektif mungkin sehingga
dapat diperoleh sumber daya manusia yang puas (satisfied) dan memuaskan (satisfactory)
bagi organisasi. SDM merupakan bagian dari manajemen yang memfokuskan diri
pada unsur sumber daya manusia. Perhatian ini mencakup fungsi manajerial,
fungsi operasional, dan peran
serta kedudukan sumber daya manusia dalam pencapaian tujuan-tujuan
organisasi secara terpadu.
Lingkup pengelolan SDM meliputi semua aktivitas
yang berhubungan dengan sumber daya manusia dalam organisasi, seperti dikatakan
oleh Russel & Bernandin bahwa: “… all decisions which affect the
workforce concern the organization’s human resource management function. Aktifitas-aktifitas
yang berkaitan dengan manajerial atau pengelolaan SDM ini secara umum mencakup :
(1)
rancangan organiasi,
(2) staffing,
(3)
sistem reward, tunjangan-tunjangan, dan pematuhan/compliance,
(4) manajemen
performansi,
(5)
pengembangan pekerja dan organisasi; dan
(6)
komunikasi dan hubungan masyarakat.
Jadi lingkup manajemen SDM mencakup
kegiatan-kegiatan seperti keterangan yang terurai di atas. Keterlibatan pekerja
dalam kegiatankegiatan seperti itu dirasakan sangat penting. Para manajer harus
berusaha mengintegrasikan kepentingan dari para pekerja dengan kepentingan
organisasi secara keseluruhan.
D.
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Sumber Daya
Manusia (SDM)
Ada tiga prinsip dalam pengelolaan menejemen sumber daya
manusia yaitu:
a. Orientasi pada pelayanan, dengan berupaya
memenuhi kebutuhan dan keinginan sumber daya manusia di mana kecendurungannya sumber
daya manusia yang puas akan selalu berusaha meenuhi kebutuhan dan keinginan
para konsumennya.
b. Membangun kesempatan terhadap sumber daya
manusia untuk berperan aktif dalam perusahaan, dengan tujuan untuk menciptakan
semangat kerja dan memotivasi sumber daya manusia agar mampu penyelesaikan
pekerjaan dengan baik.
c. Mampu menemukan jiwa interpreneur sumber daya
manusia perusahaan, yang mencakup:
1.
Menginkan adanya akses
keseluruh sumber daya manusia perusahaan.
2.
Berorientasi pencapaian
tujuan perusahaan
3.
Motivasi kerja yang
tinggi
4.
Responsif terhadap
penghargaan dari perusahaan
5.
Berpandangan jauh
kedepan
6.
Bekerja secara
terencana, struktur dan sistematis
7.
Bersedia bekerja keras
8.
Mampu menyelesaikan
pekerjaan
9.
Percaya diri yang tinggi
10.
Berani mengambil resiko
11.
Memiliki intuisi bisnis
yang tinggi
12.
Sensitif terhadap situasi dan
kondisi, baik didalam maupun di luar perusahaan
13.
Mampu menjalin hubungan kerja sama
dengan semua pihak yang bersangkutan
14.
Cermat, sabar dan kompromistis
E.
Perkembangan
Konsep dan Teori Sumber Daya Manusia (SDM)
Perspektif teoritis dan praktis tentang SDM
memiliki dasar pijakan yang berbeda. Teoritisi bertolak dari pemikiran logis
yang bersumberkan pada teori-teori manajemen, perpaduan antara literatur dan
pengalaman praktis yang luas cakupannya. Di sisi lain konsep yang dibangun atas
dasar pengalaman teknis manajerial akan cenderung diperkaya oleh pengalaman
praktis, diwarnai oleh apa yang dirasakan dan apa yang diamati dalam manajemen
suatu organisasi. Jika kedua sumber teori di atas dipadukan maka akan
menghasilkan teori SDM yang lebih berdayaguna.
Ada 3 teori/model gaya manajerial menurut
Benardin dan Russel yang pada gilirannya akan mempengaruhi
keputusan-keputusannya dalam mendesain pegawai, membentuk sistem komunikasi,
kontrol, pemberian penghargaan dan lain-lain dalam arena organisasi.
Miles menyebutkan bahwa ada tiga kelompok teori
manajer yaitu: 11
a. Tradisional (Traditional)
b. Hubungan Kemanusiaan (Human Relations
Theory)
c. Sumber Daya Manusia (Human Resources)
Teori-teori manajemen tersebut mengalami
perkembangan yang cukup lama. Dari teori tradisional kemudian menyusul
perkembangan teori human relation dan pada akhirnya terbentuk teori human
resources. Ketiga teori tersebut dipraktekkan dalam berbagai organisasi. Di
dalam ketiga teori tersebut tercermin perilaku manajer yang dipengaruhi oleh
sosioteknik dan interaksi perilaku manusia yang tergabung dalam
organisasi. Para manajer akhirnya memiliki
konsep dan pandangan sesuai dengan teori yang dianutnya. Keistimewaan
teori-teori tersebut adalah memberikan penjelasan
mengenai asumsi-asumsi dasar yang dimiliki
setiap teori. Asumsi dasar tersebut adalah pandangan yang mengarahkan pada
pengambilan sikap manajer ketika menghadapi situasi karyawan yang
berkarateristik tertentu. Dengan demikian arah dari pandangan tersebut pada
gilirannya adalah untuk memandu manajer dalam mengambil keputusan yang tepat
sehubungan dengan situasi yang dihadapi.
F.
Komponen
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tenaga kerja manusia pada dasarnya dibedakan
atas pengusaha, karyawan, dan pemimpin:
a. Pengusaha
Pengusaha adalah setiap orang yang
menginvestasikan
modalnya untuk memperoleh pendapatan dan
besarnya pendapatan
itu tidak menentu tergantung pada laba yang
dicapai perusahaan
tersebut.
b. Karyawan
Karyawan merupakan kekayaan utama suatu perusahaan,
karena tanpa keikutsertaan mereka, aktivitas perusahaan tidak akan terjadi.
Karyawan berperan aktif dalam menetapkan
rencana, sistem, dan
tujuan yang ingin dicapai. Karyawan adalah penjual jasa (pikiran dan
tenaganya) dan
mendapat kompensasi yang besarnya telah
ditetapkan terlebih dahulu. Mereka wajib dan terikat untuk mengerjakan
pekerjaan yang diberikan dan berhak memperoleh kompensasi sesuai dengan
perjanjian. Posisi karyawan dalam suatu perusahaan dibedakan atas
karyawan operasional dan karyawan manajerial
(pimpinan).
1) Karyawan Operasional
Karyawan operasional adalah setiap orang yang
secara langsung harus mengerjakan sendiri pekerjaannya sesuai dengan perintah
atasan.
2) Karyawan Manajerial
Karyawan manajerial adalah setiap orang yang
berhak memerintah bawahannya untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dan
dikerjakan sesuai dengan perintah. Mereka mencapai tujuannya melalui
kegiatan-kegiatan orang lain. karyawan manajerial ini dibedakan atas manajer
lini (first line manager/low manager) dan manajer staf. Dari ketiga
tingkatan manjer yaitu (manajer puncak/top manager, manjer tingkat
menengah/middle manager, dan manajer
lini/ first line manager/low manager.
a) Manajer Lini (first line manager/low
manager)
Manajer lini adalah seorang pemimpin yang
mempunyai wewenang lini (line authority) dan bertanggung jawab langsung
merealisasi tujuan perusahaan.
b) Manajer Staf
Manajer staf adalah pemimpin yang mempunyai
wewenang staf (staff authority) yang hanya berhak memberikan saran dan pelayanan
untuk memperlancar penyelesaian tugas-tuga manajer lini.19
c. Pemimpin atau Manajer
Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan
wewenang dan kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung
jawab atas pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan. Kepemimpinan
adalah gaya seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya, agar mau bekerja sama dan
bekerja efektif sesuai dengan perintahnya. Asas-asas kepemimpinan adalah
bersikap tegas dan rasional, bertindak konsisten dan berlaku adil dan jujur.
H. Kinerja Karyawan
1. Pengertian Kinerja
Istilah kinerja berasal dari kata job
performance dan actual performance yang berartiprestasi kinerja atau
prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang.
Dari sisi etimologis, Badudu merumuskan kinerja (performance)
yang berarti unjuk kerja. Dalam kamus bahasa inggris, kata “performance”
diterjemahkan dalam bahasa indonesia, berarti daya guna melaksanakan
kewajiban atau tugas. Dalam etimologi lainnya, kinerja
diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi
yang diperlihatkan atau kemampuan kerja
Kinerja atau performance adalah hasil
kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi sesuai dengan kewenangan dan tugas tanggung jawab masing-masing
dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson,
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja yaitu:24
a. Kemampuan
b. Motivasi
c. Dukungan yang diterima
d. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan
e. Hubungan mereka dengan organisasi
3. Penilaian Kinerja
Evaluasi kinerja (performance evaluation) dalam
organisasi publik merupakan peranan kunci dalam pengembangan pegawai dan
produktivitas mereka. Evaluasi kinerja pada prinsipnya merupakan manifestasi
dari bentuk penilaian kinerja seorang pegawai dan sekaligus dapat memberikan feedback.Pada
prinsipnya penilaian kinerja adalah merupakan cara pengukuran
kontribusi-kontribusi dari individu dalam intansi yang dilakukan terhadap
organisasi. Nilai penting dari penilaian kinerja adalah menyangkut penentuan
tingkat kontribusi individu atau kinerja yang diekspresikan dalam penyelesaian
tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya
Penilaian kinerja sangat bermanfaat bagi
pertumbuhan organisasi secara keseluruhan. Melalui penilaian tersebut maka
dapat diketahui bagaimana kondisi riil karyawan dilihat dari kinerja. Dengan
demikian data-data
ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan baik
pada level makro organisasi maupun pada level mikro individual.
Pengukuran kinerja merupakan suatu proses
penilaian kemajuan pekerjaan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah
ditentukan. Dalam hal ini penting untuk ditentukan apakah tujuan pengukuran
adalah untuk menilai hasil kinerja (performance outcome) ataukah menilai
perilaku (personality). Pengukuran kinerja paling tidak harus mencakup
tiga variabel penting yang harus dipertimbangkan yaitu: Perilaku output
(produk langsung suatu aktivitas/program) dan outcome
(dampak akivitas). Perilaku hasil dan nilai tambah, merupakan variabel yang
tidak dapat dipisahkan dan saling tergantung satu dengan lainnya.
4. Manajemen Kinerja
Menurut Bacal manajemen kinerja adalah sebagai
proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara
seorang karyawan dan atasan langsung. Menurut Noe, dan kawan-kawan menyebutkan
tiga tujuan manajemen kinerja yaitu:
a. Tujuan Strategi
Tujuan stratejik yang dimaksud adalah hasil yang
akan dicapai, perilaku karyawan, karakteristik pegawai yang dibutuhkan untuk
melaksanakan strategi, mengembangkan pengukuran dan sistem umpan balik terhadap
kinerja pegawai.
b. Tujuan Administratif
Kebanyakan organisasi menggunakan informasi
manajemen kinerja khususnya evaluasi kinerja untuk kepentingan keputusan
administratif, seperti: penggajian, promosi, pemberhentian pegawai.
c. Tujuan Pengembangan
Manajemen kinerja bertujuan mengembangkan
kapasitas pegawai yang berhasil di bidang kerjanya. Pegawai yang tidak
berkinerja baik perlu mendapat pemberdayaan melalui training, penempatan
yang lebih cocok dan sebagainya. Pihak manajemen perlu memahami apa saja yang
menyebabkan pegawai tidak berkinerja baik, apakah faktor skill atau
motivasi, sehingga dapat diambil langkah-langkah perbaikan kinerjanya.
5.
Evaluasi
Kinerja
Evaluasi kinerja merupakan pendapat yang
bersifat evaluatif atas sifat, perilaku seseorang, atau prestasi sebagai dasar
untuk keputusan dan rencana pengembangan personel. 33
Adapun manfaat evaluasi kinerja adalah sebagai
berikut:
a. Meningkatkan prestasi karyawan
b. Standar kompensasi yang layak
c. Penempatan karyawan
d. Pelatihan dan pengembangan
e. Penataan staf.
6. Peningkatan Kinerja
Kemauan keras (azam) ini dapat
menggerakan motifasi bila hasil evaluasi kinerja menunjukkan kinerja seseorang
rendah atau di bawah standar yang telah ditetapkan, maka orang yang
bersangkutan dan atasannya akan segera membuat segala upaya untuk meningkatkan
kinerja tersebut, misalnya dengan bekerja lebih keras dan tekun. Untuk itu,
setiap pekerja perlu menyadari dan memiliki:
a.
Kemampuan tertentu sebagai dasar
untuk mengembangkan lebih lanjut
b.
Keinginan untuk terus belajar dan
meningkatkan kemampuan kerja
c.
Sikap tertarik pada pekerjaan dan
etos kerja yang tinggi
d.
Kenyakinan untuk berhasil
Kemauan keras (azam) ini dapat
menggerakkan motivasi untuk bekerja dengan sungguh-sungguh. Orang-orang yang
berhasil, atau bangsa yang berhasil ialah bangsa yang mau kerja keras, tahan
menderita, tapi berjuang terus memperbaiki nasibnya. Pekerjaan dakwah yang
dilakukan oleh Rasul pun mencerminkan kerja keras, sehingga dapat berhasil
mencapai kejayaannya. Dalam Al-Qur’an Surat Ali Imron Ayat: 159
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah lah
kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekirannya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bemusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekat, maka
bertawakkallah kepada allah. Sesungguhnya allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal. (Q.S Ali Imron Ayat: 159)
7.Kerangka Berfikir
Kerangka pemikiran ini didasarkan pada pengelolaan
sumber daya manusia yang ada di Idea Design Furniture yang berkaitan dengan
meningkatkan kinerja karyawan. Dalam menjalankan pengelolaan tersebut ada
faktor-faktor yang harus dijalankan oleh perusahaan untuk meningkatkan kinerja
karyawan sehingga kinerja karyawan dapat meningkat.
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
I.
Rekrutmen dan Seleksi Sumber Daya Manusia
Diantara beberapa unsur dari pengelolaan sumber
daya manusia yang sangat terkait dengan keberadaan organisasi atau perusahaan
adalah unsur rekrutmen dan seleksi SDM. Untuk lebih memperjelas mengenai
beberapa konsep tentang rekrutmen dan seleksi, berikut ini akan dipaparkan
mengenai kedua hal tersebut.
1.
Rekrutmen
Menurut Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson
(1997:227) rekrutmen antara lain meliputi upaya pencarian sejumlah calon
karyawan yang memenuhi syarat dalam jumlah tertentu sehingga dari mereka
perusahaan dapat menyeleksi orang-orang yang paling tepat untuk mengisi
lowongan pekerjaan yang ada. Sebagai akibatnya rekrutmen tidak hanya menarik
simpati atau minat seseorang untuk bekerja pada perusahaan tersebut, melainkan
juga memperbesar kemungkinan untuk mempertahankan mereka setelah bekerja.
Jadi intinya rekrutmen merupakan usaha yang
dilakukan untuk memperoleh sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam mengisi
jabatan-jabatan terntu yang masih kosong. Selain itu rekrutmen merupakan
usaha-usaha mengatur komposisi sumber daya manusia secara seimbang sesuai dengan
tuntutan melalui penyeleksian yang dilakukan.Melalui rekrutmen organisasi dapat
melakukan komunikasi dengan pihak-pihak tertentu untuk memperoleh sumber daya
manusia yang potensial, sehingga akan banyak pencari kerja dapat mengenal dan
mengetahui organisasi yang pada akhirnya akan memutuskan kepastian atau
tidaknya dalam bekerja. Dengan rekrutmen diharapkan pencari kerja yang
berkualitas tinggi akan mengetahui adanya kesempatan kerja. Selain itu perlu
juga diusahakan adanya kesan dan image yang positif mengenai organisasi dengan
memberikan informasi yang cukup mengenai pekerjaan sehingga percari kerja dapat
mempertimbangkan minat dan kualifikasinya
Menurut Umi Sukamti (1989), dalam proses
rekrutmen terdiri dari dua fase, yaitu: (a) untuk memonitor perubahan
lingkungan dan organisasi yang menimbulkan kebutuhan sumber daya manusia baru,
dan menetapkan pekerjaan-pekerjaan yang harus diisi dan tipe-tipe pelamar yang
diperlukan;
(b) untuk menyebarluaskan kepada pelamar yang
potensial bahwa ada lowongan pekerjaan, sehingga menarik pelamar yang
bersangkutan dan menyisihkan Lebih lanjut Randall S. Schuler dan Susan E.
Jackson (1997:227) menjelaskan bahwa kegiatan kunci yang merupakan bagian dari
rekrutmen adalah
1. menentukan kebutuhan
jangka pendek dan jangka panjang perusahaan dalam hal jenis pekerjaan (job
title) dan levelnya dalam perusahaan;
2.
terus berupaya
mendapatkan informasi mengenai perkembangan kondisi pasar tenaga kerja;
3. menyusun bahan-bahan rekrutmen yang efektif;
4. menyusun program rekrutmen yang sistematis dan
terpadu yang berhubungan dengan kegiatan sumber daya manusia lain dan dengan
kerja sama antara manajer lini dan karyawan;
5.
mendapatkan pool calon
karyawan yang berbobot atau memenuhi syarat;
6.
mencatat kualitas dan
jumlah pelamar dari berbagai sumber dan masing-masing metode rekrutmennya; dan \
7.
melakukan tindak lanjut
terhadap para calon karyawan baik yang diterima maupun yang ditolak, guna
mengevaluasi efektif tidaknya rekrutmen yang dilakukan. Dan yang paling penting
semua kegiatan ini harus dilakukan sesuai konteks hukum yang berlaku.
suatu pool yang berisikan para calon karyawan
yang memenuhi syarat yang kemungkinan besar akan terpilih dan ditempatkan.
Meskipun demikian, ternyata dalam kenyataannya rekrutmen belum tentu berhasil
dengan baik, hal ini sangat terkait dengan berbagai kendala yang dihadapi.
Menurut Sondang P. Siagaan (1999) berbagai kendala yang dihadapi menurut
berbagai penelitian dan pengalaman banyak orang dalam hal rekrutmen menunjukkan
bahwa kendala yang biasa dihadapi itu dapat mengambil tiga bentuk, yaitu
kendala yang bersumber dari organisasi yang bersangkutan sendiri, kebiasaan
bersumber dari lingkungan di mana organisasi
bergerak.
Lebih
jelasnya, ketiga faktor tersebut dapat digambarkan pada tabel di bawah ini:
Faktor Organisasional |
Kebiasaan Pencari Tenaga Kerja |
Kondisi Eksternal (Lingkungan) |
1. Kebijaksanaan Promosi dari dalam. 2. Kebijaksanaan tentang imbalan, yang tergantung pada: 3. Kepentingan para anggota organisasi. 4. Kemampuan organisasi yang bersangkutan. 5. Keharusan mentaati berbagai peraturan perundangan. 6. Pertimbangan lokasi. 7. Kebijaksanaan tentang status kepegawaian. 8. Rencana sumber daya manusia. |
Pada satuan kerja yang mengelola sumber daya manusia biasanya
ada tenaga spesialis yang terdiri dari sekelompok orang yang
tugasnya adalah melakukan rekrutmen. Tenaga spesialis ini mempunyai dua segi:
1. Segi Positifnya, yaitu proses rekrutmen dapat berlangsung
dengan cepat karena pengetahuan dan pengalamannya mengenai yang dibutuhkan. 2. Segi negatipnya, yaitu kecenderungan untuk berbuat kesalahan dalam merekrut pegawai bila tidak berpengaruh pada organisasi dan juga sikap yang sering menganggap enteng terhadap usaha rekrutmen, khususnya berkaitan dengan persyaratan kuantitas pelamar. |
1. Tingkat pengangguran. 2. Kedudukan organisasi pencari tenaga kerja terhadap
organisasi/ perusahaan lain yang bergerak pada bidang yang sama dan
menghasilkan produk sejenis. 3. Langka tidaknya keahlian atau ketrampilan tertentu. 4. Proyeksi angkatan kerja pada umumnya. 5. Peraturan perundangundangan di bidang ketenagakerjaan. 6. Praktek rekrutmen oleh organisasi lain. 7. Tuntutan tugas yang kelak akan dikerjakan oleh para pekerja
baru itu, yang menyangkut: persyaratan khusus, pengalaman kerja sebelumnya,
tenaga, waktu dan biaya yang besar, persepsi terhadap imbalan, dan juga tenaga kerja yang telah terekrut ternyata yang ditetapkan. |
Sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya bahwa rekrutmen dimaksudkan untuk mendapatkan calon
karyawan yang memenuhi syarat. Oleh karena itu proses rekrutmen hendaknya perlu
memperhatikan sumber-sumber yang dapat dijadikan wahananya, yaitu meliputi
sumber internal dan sumber eksternal. Menurut Randall S. Schuler dan Susan E.
Jackson (1997) sumber-sumber
dan metode tersebut
adalah:
a.
Sumber internal. Sumber-sumber internal meliputi karyawan yang ada
sekarang yang dapat dicalonkan untuk dipromosikan, dipindahtugaskan atau
dirotasi tugasnya, serta mantan karyawan yang bisa dikaryakan dan dipanggil
kembali. Adapun metode yang dapat digunakan adalah dengan menempelkan
pemberitahuan pada papan pengumuman, pengumuman lisan, penelitian riwayat kerja
karyawan (personnel records), penelitian daftar promosi berdasarkan kinerja,
melakukan pemeringkatan dari kegiatan penilaian, melakukan pengecekan daftar
senioritas, dan melihat daftar yang dibuat menurut ketrampilan pada Sistem
Informasi Sumber Daya Manusia perusahaan. Itu semua dapat dilakukan dengan
membuat job posting dan daftar ketrampilan (skill inventories).
b.
Sumber eksternal, adalah sumber untuk mendapatkan karyawan
tertentu. sumber yang dapat dilakukan adalah dengan program referal karyawan,
yaitu iklan secara lisan, di mana sejumlah pelamar mencalonkan diri dengan
mendatangi langsung bagian rekrutmen di perusahaan tersebut melalui perusahaan
lain; melaui biro bantuan sementara; melalui asosiasi dan serikat dagang;
sekolah, WNA (warga negara asing). Adapun metode yang dapat digunakan adalah
melalui iklan radio dan televisi, iklan di koran dan jurnal perdagangan,
&RPSXWHUL]HGService Listings, akuisisi dan merger, open house, rekrutmen
berdasarkan kontrak (contract recruiting), Contingent Workforce Recruiting
(perekrutan tenaga kerja sementara). Selain melalui metode yang telah
disebutkan oleh Randall S. Schuler dan Susan E. Jacson tersebut, Sondang P.
Siagian (1999) juga menambahkan berbagai sumber metode yaitu melalui perusahaan
pencari tenaga kerja profesional, organisasi profesi, dan balai latihan kerja
milik pemerintah. Untuk mendukung suatu rekrutmen agar dapat berjalan dengan
baik maka perlu adanya legalisasi hukum. Hal ini untuk memberikan jaminan
perlindungan bagi perusahaan atau organisasi yang melakukan rekrutmen maupun
bagi calon pelamar, khususnya berkaitan dengan asas keadilan. Oleh karena itu
di Indonesia pun, masalah undang-undang ketenagakerjaan ini telah dibuat
sebagai upaya untuk melindungi hak-hak dan kewajiban pekerja. Untuk lebih
memperjelas hubungan pada aspek rekrutmen dalam pengelolaan sumber daya manusia
dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 1:
Sumber: dari Randall S.
Schuler dan Susan E. Jackson (1997).
Manajemen Erlangga, hal.
231
Berdasarkan gambaran di
atas dan penjelasan sebelumnya, ada beberapa aspek penting yang merupakan
bagian dari rekrutmen, antara lain berupa penetapan kebutuhan sumber daya
manusia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dan aspek lainnya
Randall (1987:125) esensi dari efektivitas rekrutmen adalah membantu lembaga
dalam memperoleh tujuan umum yang meliputi produktivitas kerja, kualitas
kehidupan kerja, dan kepatuhan kerja.
2. Seleksi
Proses seleksi merupakan
salah satu bagian yang terpenting dalam keseluruhan proses manajemen sumber
daya manusia. Pernyataan ini didasarkan pada suatu alasan bahwa suatu
organisasi ataupun perusahaan akan mendapatkan sejumlah pegawai yang tergantung
pada cermat tidaknya proses seleksi ini dilakukan. Dan proses seleksi ini
merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dengan rekrutmen.
Menurut Umi Sukamti
(1989:153 suatu proses penetapan pelamar)yang mana diantara mereka direkrut dengan
melalui pertimbangan persyaratan-persyaratan untuk dapat diterima dalam
melakukan pekerjaan dengan baik.
Sedangkan menurut
Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson (1997), yang mengaitkan seleksi dan
penempatan menyebutkan bahwa seleksi adalah proses mendapatkan dan
mempergunakan informasi mengenai pelamar kerja untuk menentukan siapa yang
seharusnya diterima menduduki posisi jangka pendek dan jangka panjang.
Penempatan (placement) berkaitan dengan pencocokan seseorang dengan jabatan
yang akan dipegangnya, berdasarkan pada kebutuhan jabatan dan pengetahuan,
ketrampilan, kemampuan, preferensi, dan kepribadian karyawan tersebut.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dipahami bahwa seleksi merupakan salah satu cara yang dilakukan
organisasi atau perusahaan untuk melihat kesesuaian atau tidaknya antara
individu, pekerjaan, organisasi, dan lingkungan. Oleh karena itu, prosedur
seleksi yang cermat dan penempatan yang sesuai adalah merupakan esensi dari
pengelolaan sumber daya manusia dalam suatu perusahaan atau organisasi. Jikalau
dilakukan dengan baik, niscaya prosedur ini akan menjamin bahwa sebuah
perusahaan atau organisasi mempunyai karyawan yang dapat menjalankan tugasnya
dengan baik dan menghasilkan produktivitas yang tinggi. Namun demikian, dalam
proses seleksi menurut Sondang P. Siagian (1999:133) ada empat macam tantangan
yang perlu diperhatikan dan dihadapi oleh para petugas seleksi dalam menentukan
jenis dan langkah-langkah dalam proses seleksi, yaitu: penawaran tenaga kerja,
tantangan etis, tantangan organisasional, dan kesamaan kesempatan memperoleh
pekerjaan.
Lebih lanjut (Sondang P.
Siagian, 1999:133) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam proses seleksi
minimal ada delapan langkah, yaitu:
a. penerimaan surat lamaran,
b.
penyelenggaraan ujian,
c.
wawancara seleksi,
d.
pengecekan latar
belakang pelamar dan surat-surat referensinya,
e.
evaluasi kesehatan,
f.
wawancara oleh manajer
yang akan menjadi atasan langsungnya,
g.
pengenalan pekerjaan,
dan
h. keputusan
atas lamaran
Sedangkan tentang isi
langkah-langkah seleksi, menurut
yang didasarkan pada
hasil riset tentang reaksi pelamar dalam prosedur seleksi menunjukkan bahwa
pelamar lebih menyukai proses yang melibatkan mereka dalam kegiatan yang
benar-benar berkaitan dengan lowongan pekerjaan. Bagi pelamar, simulasi dan
contoh kerja biasanya dianggap lebih relevan daripada tes kognitif tertulis dan
analisis tulisan tangan misalnya, dan mungkin karena alasan ini, pelamar
menganggap cara seperti itu lebih adil. Pelamar mungkin bereaksi negatif
terhadap wawancara yang dilakukan secara buruk. Pertanyaan diskriminatif atau
menyerang jelas menimbulkan kesan negatif. Demikian juga pertanyaan dangkal dan
tak berkaitan dengan masalahnya.
Untuk itulah dalam upaya
mendapatkan berbagai informasi untuk meramalkan performasi, organisasi
seharusnya mengupayakan berbagai alat seleksi dari yang biasa dipakai dan yang
tidak biasa dipakai. Dalam hal ini menurut Umi Sukamti (1989:164) ada empat standar
yang dapat digunakan organisasi dalam proses seleksi, yaitu: (a) relevansi,
yaitu sejauhmana alat seleksi dapat mencerminkan sampel yang representatif dari
pekerjaan; (b) reliabilitas, yaitu
sejauhmana suatu alat
seleksi memberikan hasil yang sama apabila dipakai dalam waktu yang tidak sama
atau oleh orang yang berbeda; (c) validitas, yaitu hubungan statis antara
skor-skor pada alat seleksi dengan kriteria atau ukuran performasi pekerjaan;
dan (d) faktor keadilan, yaitu setiap alat seleksi harus dinilai standar
keadilannya yang mana kecenderungan alat ini memperlakukan dan memberi
kesempatan sama kepada semua pelamar untuk mendapatkan
pekerjaan.
Dari berbagai penjelasan
dan konsep mengenai seleksi tersebut, apabila dilakukan dengan prosedur yang
benar dan didukung dengan alat seleksi yang tepat dan akurat, sudah barang
tetentu kualifikasi sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh setiap organisasi
akan dapat terpenuhi. Karena prosedur yang benar dalam melakukan seleksi ini
akan mempunyai dampak positif bukan saja bagi perusahaan tetapi juga bagi para
pelamar pekerjaan yang diseleksi.
Bagi
perusahaan keuntungan yang dapat diperoleh adalah mudah untuk menentukan
kualifikasi pelamar yang dinyakan lolos seleksi.Sedangkan keuntungan bagi para
pelamar adalah dapat merasa puas dan tidak menimbulkan kecurigaan-kecurigaan
dalam proses seleksi. Pelamar akan merasakan adanya sikap dan tindakan yang fair
dari perusahaan atau organisasi penyelenggara seleksi, sehingga apabila pelamar
mengalami kegagalan dalam seleksi, mereka akan dapat merasakan “kepuasan” atau
paling tidak dapat mengadakan introspeksi diri bahwa mereka belum dapat
memenuhi standar yang ditentukan oleh perusahaan atau organisasi untuk bekerja.
Sedangkan bagi para pelamar yang dapat lolos dalam seleksi, tentunya mereka
diharapkan dapat bekerja sesuai dengan job spesifikasinya masing-masing yang
pada akhirnya dapat menampilkan seluruh
potensi yang dimilikinya, baik itu berupa pengetahuan, kemampuan, ketrampilan,
minat, kesukaan, dan kepribadiannya bagi kepentingan dan tujuan perusahaan atau
organisasi tempat mereka bekerja.
J. Kesimpulan
Setelah mencermati latar
belakang permasalahan dan pembahasan mengenai pengelolaan sumber daya manusia,
khususnya yang berkenaan dengan aspek rekrutmen dan seleksi, maka penulis dapat
menarik beberapa kesimpulan:
1.
Pengelolaan sumber daya
manusia adalah merupakan aspek yang sangat penting dalam proses pendidikan
secara umum. Oleh karena itu fungsi-fungsi dalam pengelolaan sumber daya
manusia harus dilaksanakan secara optimal sehingga kebutuhan yang menyangkut
tujuan individu, perusahaan, organisasi ataupun kelembagaan dapat tercapai.
Disamping itu dengan prosedur pengelolaan sumber daya manusia yang baik
diharapkan kekurangan dan problem yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, yaitu
yang terkait dengan kemampuan daya saing dapat teratasi.
2.
Rekrutmen yang merupakan
upaya untuk menghasilkan suatu pool pelamar kerja untuk ditempatkan pada posisi
pekerjaan yang lowong diperoleh melalui sumber eksternal maupun internal.
Rekrutmen harus diupayakan untuk dapat memenuhi kebutuhan perusahaan, individu
pelamar dan masyarakat. Kebutuhan individu dalam rekrutmen ini mempunyai dua
aspek, yaitu menarik calon pelamar dan mempertahankan karyawan yang diinginkan.
Untuk melakukan rekrutmen hendaknya perusahaan benar-benar mempertimbangkan
pelamar yang benar-benar memiliki potensi yang unggul dan memenuhi persyaratan
serta harus disesuaikan dengan jumlah yang diperlukan sehingga orang yang
terpilih benar-benar sesuai dengan pekerjaanya.
3.
Seleksi yang dilakukan
oleh perusahaan, organisasi ataupun lembaga tertentu harus dapat dipastikan
bahwa sumber daya manusia yang terseleksi tersebut adalah orang yang mampu
memenuhi kebutuhan kerja dan dapat bekerja di perusahaan. Oleh karena itu,
perusahaan ingin menyesuaikan antara kebutuhan pelamar dan imbalan yang
ditawarkan menurut kualitas kerja dan konteks perusahaan. Untuk menyesuaikan
pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan seseorang terhadap kebutuhan kerja dan
untuk menyesuaikan kepribadian, minat, dan kesukaan seseorang dengan kerja dan
karakteristik perusahaan maka perusahaan harus mampu mengumpulkan informasi
tentang para pelamar. Dengan informasi yang jelas tersebut perusahaan dapat
melakukan penempatan pelamar sesuai dengan kemampuan, pengetahuan dan
ketrampilannya atau dapat dikatakan bahwa perusahaan akan dapat menentukan pelamar
sesuai dengan job spesifikasinya yang pada akhirnya akan mampu memberikan
konstribusi positif bagi produktifitas perusahaan.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
https://www.google.co.id/url?q=https://media.neliti.com/media/publications/61059-ID-pengelolaan
-sumber-daya-manusia-tinjauan.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwjf-MDWm_zyAhXFisKHX2oDcUQFnoECAcQAg&usg=AOvVaw0ikFMCmOwmGBa7bgoSt0u5
2.
Sukamti, Umi. (1989). Management
Personalia/Sumber Daya Manusia. Jakarta: P2LPTK Dikti
Depdikbud.
3.
Suyanto dan Hisyam, Djihad. (2000). Refleksi
Dan Reformasi Pendidikan Di Indonesia Memasuki Milenium III,
Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa.
Mapping Map
Tidak ada komentar:
Posting Komentar